backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 29/05/2023

    COVID-19

    Sudah dua tahun lebih pandemi Covid-19 melanda. Tak hanya menyebabkan kematian, pandemi juga berdampak buruk bagi perekonomian, pendidikan, dan sektor lainnya. Agar Anda dan keluarga senantiasa terhindar dari penularan penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

    Untuk informasi terbaru soal virus corona baru (SARS-CoV-2) atau COVID-19, cek di sini.

    Apa itu Covid-19?

    Vitamin Cegah COVID-19

    COVID-19 merupakan singkatan dari Coronavirus disease 2019. Penyakit ini disebabkan oleh Coronavirus yang ditemukan pertama kali pada akhir Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok. Ini menandakan bahwa coronavirus merupakan kelompok virus, dan COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh salah satu jenis coronavirus.

    Serupa dengan penyakit akibat coronavirus lainnya, virus ini juga menyerang sistem pernapasan. Virus ini pertama kali diperkenalkan sebagai novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Novel berarti baru, sehingga memiliki arti bahwa ini adalah virus corona yang baru ditemukan dan belum pernah menginfeksi ke orang lain.

    Awalnya, virus penyebab Covid-19 ini diduga menular dari hewan kelelawar dan ular ke manusia. Tempat penularan pertama diduga terjadi di pasar hewan liar Huanan, Provinsi Hubei, Tiongkok.

    COVID-19

    Namun, melihat perkembangannya kini, para ahli meyakini bahwa virus ini telah bermutasi lagi dan dapat menyebar dari manusia ke manusia. WHO kemudian menyepakati nama virus penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.

    Pada 30 Januari 2020, WHO menetapkan wabah Covid-19 sebagai darurat global. Status tersebut kemudian ditingkatkan menjadi pandemi global pada 11 Maret 2020.

    Indonesia sendiri termasuk ke dalam salah satu negara yang “menyusul” negara-negara lain dalam wabah ini.

    Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNPB), telah menetapkan wabah Coronavirus sebagai bencana darurat nasional pada 14 Maret 2020. 

    Saat ini ada banyak varian COVID-19 yang bisa menyerang manusia seperti di bawah ini.

    Daftar varian yang masuk dalam kategori VOI, update 2 September 2021

    • Eta atau B.1.525.
    • Theta atau P.3.
    • Iota atau B.1.526.
    • Kappa atau B.1.617.
    • Lambda atau C.37.
    • Mu atau B.1.621.

    Daftar varian yang masuk dalam kategori VOC, update 7 Desember 2021

    1. Alpha atau B.1.1.7.
    2. Beta atau B.1.31.
    3. Gamma atau P.1.
    4. Delta atau B.1.617.2.
    5. Omicron atau B.1.1.529.

    Tanda dan gejala COVID-19

    Saat pertama kali muncul di dataran Tiongkok, infeksi virus SARS-CoV-2 menimbulkan gejala yang cukup berat, di antaranya seperti pneumonia (infeksi jaringan paru) dan sesak napas. Namun, seiring perkembangannya, ditemukan bahwa kebanyakan kasus menunjukkan gejala coronavirus lebih ringan.

    gejala dan komplikasi coronavirus

    Juru bicara penanganan kasus Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Yurianto, bahkan mengatakan gejala Covid-19 ada yang asimptomatik, alias tidak memunculkan gejala.

    Meski begitu, secara umum, infeksi virus corona baru (SARS-CoV-2) ini menimbulkan gejala seperti:

    • Demam yang cukup tinggi
    • Batuk berdahak
    • Kesulitan bernapas
    • Sakit dada saat bernapas atau batuk

    Tingkat keparahan gejala Covid-19 dapat berkisar dari sangat ringan hingga berat. Orang yang lebih tua atau memiliki kondisi medis terdahulu, seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit paru-paru mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit atau gejala yang lebih serius.

    Maka itu, efek penyakit COVID-19 pada setiap orang mungkin akan berbeda, tergantung kondisi kesehatan mereka saat itu.

    Secara umum, gejala yang muncul biasanya mirip dengan penyakit pernapasan lainnya, seperti influenza. 

    Selain itu, gejala COVID-19 juga ternyata tidak hanya menyerang sistem pernapasan. Pada kasus tertentu, infeksi virus ini juga menimbulkan masalah pencernaan, seperti diare. Bahkan, beberapa orang melaporkan kehilangan indera penciuman dan pengecapan mereka saat terinfeksi coronavirus. 

    Bedanya varian virus yang menginfeksi juga bisa menyebabkan timbulkan gejala yang berbeda.

    Kapan sebaiknya ke dokter?

    Gejalanya yang mirip dengan penyakit pernapasan lainnya mungkin membuat Anda bingung apakah yang Anda alami flu biasa atau justru infeksi virus corona baru yaitu SARS-CoV-2.

    Segera hubungi dokter jika Anda merasakan tanda dan gejala Covid-19, atau ketika Anda merasa telah terpapar virus tersebut.

    Dikutip dari situs Badan Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, CDC, Anda juga perlu menghubungi dokter jika telah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang diketahui memiliki Covid-19 atau tinggal di atau baru melakukan perjalanan dari daerah penyebaran virus corona baru ini. 

    Berikut adalah kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan segera.

    • Kesulitan bernapas atau napas pendek.
    • Nyeri atau merasa tekanan yang menetap di dada.
    • Lingung.
    • Bibir atau wajah kebiru-biruan.

    Penyebab COVID-19

    Memahami CT Value pada Hasil Tes COVID-19

    Seperti yang telah disebutkan, Covid-19 disebabkan oleh virus corona jenis baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona baru ini kemudian diberi nama SARS-CoV-2.

    Journal of Medical Virology menyebutkan bahwa kasus awal penyakit ini diakibatkan oleh paparan daging hewan liar di pasar makanan laut Huanan, yang juga menjual hewan-hewan liar, seperti unggas dan kelelawar.

    Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa virus corona yang menginfeksi manusia pada akhir Desember 2019 adalah berasal dari ular.

    Pada awal kemunculannya, kasus ini diyakini menular dari melakukan kontak langsung dengan hewan pembawa coronavirus.

    Meski begitu, jumlah infeksi yang kian meluas bahkan di luar Tiongkok diyakini bahwa Covid-19 menular dari manusia ke manusia melalui cairan yang dikeluarkan oleh sistem pernapasan (droplets). Air liur yang keluar saat bicara atau bersin adalah droplets.

    Beberapa kemungkinan yang dapat menularkan virus corona baru (SARS-CoV-2) ini, antara lain:

    • Melalui droplets (air liur yang keluar saat batuk dan bersin tanpa menutup mulut, bahkan berbicara). 
    • Melalui sentuhan atau jabat tangan orang yang terinfeksi. 
    • Menyentuh permukaan atau benda yang terdapat virus, kemudian menyentuh hidung, mata, atau mulut. 

    SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19 memiliki masa hidup yang berbeda-beda ketika berada di luar tubuh (permukaan benda) seperti di bawah ini.

    • Permukaan tembaga, mampu hidup hingga 4 jam
    • Karton/kardus, hingga 24 jam
    • Plastik dan stainless steel, hingga 2-3 jam

    virus corona di permukaan

    Awalnya, SARS-CoV-2 belum diketahui apakah dapat menular melalui udara seperti influenza atau tidak. Namun, WHO mengimbau petugas medis bahwa air liur pasien Covid-19 dapat bertahan di udara.

    Kemampuan virus baru ini dalam hal bermutasi juga menjadi salah satu teori yang dipercaya membuatnya mudah menular.

    Pasien yang dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona (SARS-CoV-2) pun masih bisa menularkan Covid-19 ke orang lain. Hal ini dinyatakan dalam sebuah studi terbaru berjudul Positive RT-PCR Test Results in Patients Recovered From COVID-19 sebagaimana dilansir dari Jurnal JAMA.

    Faktor-faktor risiko COVID-19

    Berikut ini adalah beberapa kelompok orang yang berisiko terjangkit virus corona baru SARS-CoV-2:

    • lansia, dan 
    • orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit paru-paru.

    Selain lebih berisiko terhadap Covid-19, orang-orang dalam kelompok di atas juga memiliki risiko mengalami gejala yang lebih parah apabila terinfeksi virus corona tipe SARS-CoV-2.

    Artinya, tingkat kematian orang dalam kelompok tersebut jika terkena penyakit ini jauh lebih besar dibandingkan mereka yang berusia lebih muda dan tanpa kondisi kesehatan terdahulu.

    Hingga saat ini, tingkat kematian orang tua (lansia) adalah sebesar 17-18% dari total jumlah kematian di dunia.

    Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan orang berusia lebih muda, bahkan anak-anak bisa terkena COVID-19 dan mengembangkan kondisi yang serius.

    Diagnosis dan pengobatan COVID-19

    Tagih Insentif, Nakes COVID-19 di Wisma Atlet Diberhentikan

    Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

    Berikut adalah beberapa hal yang mungkin dilakukan dokter untuk mendiagnosis Covid-19 yang mungkin menjangkiti Anda.

    • Memeriksa riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan
    • Menanyakan riwayat perjalanan.
    • Melakukan pemeriksaan fisik.
    • Melakukan tes darah.
    • Melakukan tes laboratorium terhadap dahak, sampel dari tenggorokan, dari hidung atau spesimen pernapasan lainnya.

    Beberapa metode yang juga digunakan untuk mendiagnosis virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, yakni:

    Tes cepat (rapid test

    Rapid test atau tes cepat adalah pemeriksaan imunoglobulin sebagai screening awal. Tes imunoglobulin ini merupakan pemeriksaan reaksi antibodi tubuh terhadap virus SARS-CoV-2. Apabila terdeteksi adanya antibodi terhadap virus ini di dalam tubuh, seseorang dapat dikatakan positif Covid-19, sekalipun ia tak bergejala.

    Tes ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan tes PCR untuk Covid-19. Meski begitu, interpretasi hasil pemeriksaan tetap harus dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

    Pemerintah Indonesia melakukan tes ini dengan tujuan mengetahui lebih cepat sejauh mana penyebaran virus corona sehingga bisa ditekan. Namun, tes ini memiliki sensitivitas lebih rendah.

    Itu sebabnya, orang yang hasilnya positif pada tes ini akan tetap melakukan konfirmasi lagi dengan mengikuti tes Covid-19 RT-PCR.

    Covid-19 RT-PCR

    Dilansir dari situs Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), Covid-19 dapat didiagnosis dengan melakukan tes Covid-19 RT-PCR. Anda mungkin lebih akrab mendengarnya dengan sebutan tes PCR untuk Covid-19.

    Covid-19 RT-PCR bertujuan untuk menentukan adanya asam nukleat (materi genetik, DNA) dari SARS-CoV-2 pada bagian pernapasan atas dan bawah.

    Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel cairan yang berasal saluran pernapasan orang yang dicurigai terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. Di Indonesia sendiri, metode yang paling sering digunakan untuk mengambil sampel adalah swab.

    Metode ini dilakukan dengan mengusapkan kapas (cotton bud) untuk mengambil sampel cairan/lendir dari tenggorokan.

    Tahapan diagnosis Covid-19 (SARS-CoV-2)

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menggunakan beberapa status yang berhubungan dengan Covid-19 sebelum menetapkan diagnosis penyakit ini.

    Dikutip dari Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), berikut adalah tahapan-tahapan pasien sebelum ia pasti dinyatakan positif Covid-19:

    1. Orang dalam Pemantauan (ODP)

    Seseorang yang mengalami demam (lebih dari 38℃) atau riwayat demam, atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan, atau batuk. ODP juga termasuk orang yang punya riwayat bepergian ke daerah di mana wabah terjadi.

    2. Pasien dalam Pengawasan (PDP)

    Disebut juga suspek yaitu seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). PDP juga didefinisikan sebagai orang yang memiliki riwayat perjalanan ke lokasi wabah terjadi pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala. PDP juga seseorang yang melakukan kontak dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19 selama 24 hari terakhir.

    3. Kasus Probabel

    Orang yang masuk dalam kategori ini adalah pasien dalam pengawasan (PDP) yang diperiksa untuk Covid-19. Meski begitu, dalam tahap ini masih belum dapat disimpulkan apakah positif atau tidak.

    4. Kasus konfirmasi

    Orang pada tahap ini sudah ditetapkan memiliki Covid-19 melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang positif.

    Apa saja pilihan pengobatan COVID-19?

    Bahaya mengobati COVID-19 dengan obat antivirus dan antibiotik tanpa resep dokter

    Penyakit ini disebabkan oleh virus baru, belum ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan Covid-19 yang kini menjadi pandemi. Sebagian besar orang dengan penyakit akibat SARS-CoV-2 biasanya akan sembuh dengan sendirinya.

    Hal ini terbukti dari banyaknya kasus kesembuhan yang terjadi, khususnya di Tiongkok.

    Meski belum ada obat khusus, ada beberapa pengobatan yang dapat membantu meredakan gejala penyakit akibat virus corona baru (SARS-CoV-2) ini, seperti:

    • Minum obat untuk menurunkan gejala sakit dan flu, tapi jangan berikan aspirin pada anak-anak
    • Gunakan pelembap ruangan atau mandi dengan air panas untuk melegakan sakit tenggorokan dan batuk
    • Jika Anda mengalami sakit ringan, Anda perlu minum banyak air dan beristirahat di rumah

    Walaupun demikian, para ahli tidak menyarankan penggunaan ibuprofen untuk mengobati gejala virus corona. Hal ini dikarenakan pada pasien tertentu ibuprofen justru memperburuk kondisi pasien COVID-19.

    Pencegahan COVID-19

    Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk mencegah virus corona penyebab Covid-19. Penelitian masih terus dilakukan untuk segera menemukan penangkalnya.

    Yang terbaru pada (18/3), peneliti di Amerika Serikat dan Tiongkok baru saja mulai melakukan uji coba pertama vaksin pada manusia.

    Meski begitu, Anda masih bisa melakukan sesuatu untuk mencegah Covid-19, di antaranya:

    • Cuci tangan lebih sering dengan sabun dan air, setidaknya 20 detik (dua kali lagu Happy Birthday).
    • Apabila tidak tersedia sabun dan air, gunakan hand sanitizer berbasis alkohol.
    • Hindari berjabat tangan dengan orang lain untuk sementara waktu.
    • Tutupi mulut Anda saat batuk dan bersin dengan tisu dan segera cuci tangan. 
    • Lakukan karantina mandiri
    • Mengikuti vaksinasi dua kali dosis, dan bisa juga diperlengkap dengan vaksin booster.
    • Lakukan physical dan social distancing atau memberi jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, khususnya yang sedang batuk atau bersin.
    • Konsumsi makanan sehat dan bergizi untuk membantu menjaga daya tahan tubuh.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 29/05/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan