apakah menjilati celana dalam bekas orang lain bisa terjangkit HIV
Tips Agar Anak Bisa Mengelola Emosi Bagaimana????
Halo dok,
Saya mau tanya. Usia anak saya 2 tahun 3 bulan. Misalkan dia main lalu kesel sendiri sehingga mainan dilempar sana sini. Bagaimana saya menyikapinya dok karena saya ikut kesel sama anak dan cuma sabar Tapi kadang emosian juga jadi marah marah. .. Saya pernah belajar bahwa saya harus validasi emosi anak. Trus saya tanya ke dia. Kamu kesel nak? Dia bilang iya kesel sambil cemberut. Saya bilang kalo kesel jgn lempar lempar. Coba pukul kasur aja gpp.
Pas ad kejadian lagi main n kesel sendiri. Tapi dia masih lempar**.
Bagaimana ya agar anak itu gak marah** juga dan bisa sabar dalam hal apapun. Tips bagi saya dan untuk anak saya bagaimana dok ya
Terimakasih
1 komentar
Terbaru
Halo Uci Falazheury Rahmawati, terima kasih untuk pertanyaannya.
Perilaku tersebut merupakan hal yang wajar terjadi pada anak. Pada rentang usia 1-3 tahun, perkembangan emosi anak biasanya belum stabil sehingga mudah tantrum, melempar barang, dan sebagainya. Namun, tidak bisa dipungkiri apabila anak berperilaku demikian dapat membuat orang tua kebingungan dan merasa kesal menghadapi perilaku anak tersebut. Perlu diketahui bahwa, dengan memarahi, memukul, memaki atau melabeli anak “cengeng/ nakal” hanya akan memperburuk kondisi anak dan berpotensi untuk ditiru olehnya. Anda hanya perlu tetap tenang dan jangan terbawa emosi dalam menghadapinya.
Kenali situasi yang membuat anak merasa marah, kemudian ajarkan cara mengelola marah salah satunya seperti yang anda lakukan terhadapnya. Ada kemungkinan anak melempar barang juga sebagai cara untuk diperhatikan oleh sekitar. Luangkan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak, seperti bermain peran atau membacakan dongeng sambil mengajari anak cara mengenali dan mengelola emosinya, serta cara mengungkapkan keinginan tanpa harus tantrum. Berikan pelukan hangat setelah anak berhenti menangis, kemudian menatap matanya sambil berbicara dengan intonasi lembut, misal “kamu merasa sedih/ marah ya? Tenang ada mama di sini bersama kamu”. Setelah anak berhenti menangis, anda dapat memberikan apresiasi, seperti pujian agar anak mengulang perilaku baiknya di kemudian hari.
Jangan ragu untuk memeriksakan anak anda ke psikolog anak jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.