apakah menjilati celana dalam bekas orang lain bisa terjangkit HIV
Bagaimana membuat anak agar tidak sering bertengkar
Saya memiliki 4 anak(3 perempuan dan 1 laki2) usia 13th, 8th, 6 th(laki2) dan 2 th
Untuk anak kedua saya yg usia 8th ini sering sekali memicu emosi saya, terkadang ia suka berantem sama kakaknya maupun adik-adiknya. Ada aja ulah yang dibuatnya. Terkadang saya merasa adik adiknya jadi ikutan perilakunya cenggeng dan sering bertengkar, hal hal kecil slalu dibesar- besarkan , setiap hari bertengkar bisa setiap jam kadang2 juga adu mulut , fisik dan juga menangis teriak2an ...sampai pernah tetangga sebelah rumah saya komplain karena berisik skali.. saya binggung harus bagaimana menyikapinya...dari hal2 baik2 sy sdh coba hingga sampai saya tidak kuat dan sering memukulnya ... jadi bagaimana solusi baiknya??saya sdh diskusi dgn suami tapi jawabannya hanya anak2 memang seperti itu maklumi saja tp karena sy sudah sering pusing hingga sampai darah tinggi..
1 komentar
Terbaru
Halo Mutia, terima kasih atas pertanyaan anda.
ada beberapa alasan kenapa kakak adik bertengkar, di antaranya:
- Bagian dari tumbuh berkembang. Seiring bertumbuh besarnya anak, ia semakin memiliki insting untuk melindung apa yang mereka miliki. Selain itu, mereka juga sedang belajar untuk menegaskan keinginan mereka sehingga cenderung menjadi agresif.
- Tingkat emosi anak. Suasana hati dan kemampuan beradaptasi memainkan peran besar pada perilaku anak. Contohnya, sang kakak yang merasa iri dengan adiknya yang terlihat lebih disayang. Biasanya, ini rentan dialami kakak adik yang selisih usianya tidak berbeda jauh.
- Mencontoh orang di lingkungannya. Orangtua yang sering bertengkar membuat anak melakukan hal yang sama untuk menyelesaikan masalah dan perselisihan.
Supaya tidak salah langkah dalam menghadapi anak-anak yang berantem, ikuti beberapa tipsnya berikut ini.
1. Lihat situasinya, jangan langsung terlibat -> Saat anak berantem, jangan langsung bergegas melerai anak. Tidak semua pertengkaran berakhir dengan aksi saling pukul, jambak, atau gigit. Ada kalanya, Anda perlu memberi waktu bagi anak untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Namun, bila salah satunya mulai terlihat agresif, keberadaan Anda sangat dibutuhkan sebagai pemisah supaya pertengkaran tidak bertambah parah.
2. Jangan biarkan anak saling berkata kasar -> Saat bertengkar, si kecil mungkin akan beradu mulut, ia bahkan bisa saja mengejek satu sama lain, dengan kata-kata yang kasar. Keluarnya perkataan yang tidak baik ini bisa memperkeruh suasana dan membuat amarah anak semakin bergejolak. Ketika hal ini terjadi, fokuslah pada perasaan yang mungkin anak Anda rasakan dibandingkan memarahinya karena menggunakan kata-kata yang kasar. Misalkan Anda mendengar sang adik mengejek sang kakak “jahat” karena tak meminjamkan mainannya. Anda bisa berkata, “Adek bosan ya main sendirian?” dibandingkan memarahinya karena menggunakan kata “jahat”. Membantu anak mengekspresikan apa yang ia rasakan juga bisa membantu saudaranya untuk mengerti satu sama lain lebih baik. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak memang masih sulit untuk memahami sesuatu yang dirasakan oleh orang lain sehingga perlu dibantu dalam menyampaikannya. Tak hanya itu, menunjukkan bahwa Anda memahami apa yang mereka rasakan juga dapat membuat mereka merasa lebih baik dan tenang.
3. Pisahkan jika anak sudah mulai “main” fisik -> Saat Anda mendapati anak-anak yang berantem mulai melakukan penyerangan fisik, inilah saatnya Anda memisahkan salah satunya dari ruangan tersebut. Biarkan mereka berada di ruangan berbeda hingga mereka tenang. Setelah suasananya mereda, jangan fokus mencari tahu kesalahan apa yang dilakukan anak. Justru, mintalah sang anak untuk saling memaafkan satu sama lain. Terapkan metode “win-win solution” sehingga anak harus bekerja sama untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tidak mudah memang menghadapi anak-anak yang bertengkar. Namun, cara Anda menghadapinya ternyata berimbas pada perilaku anak di masa depan. Pasalnya, tindakan Anda akan memberi mereka contoh dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
4. Jadi pendengar yang baik -> Dalam sebuah situasi di mana anak bertengkar dengan adik atau temannya, mereka pasti akan lari pada orangtuanya untuk mengadu. Sebagai orangtua yang bijak, sebaiknya Mama berhenti sejenak dari kesibukan dan mendengarkan keluhan mereka tentang kejadian yang menimpa dirinya. Biarkan dia selesai bercerita, jadilah pendengar yang baik. Dengan Mama mendengarkan keluhan mereka, maka akan membuat anak merasa nyaman dan tenang. Setelah menuntaskan ceritanya, barulah bantu anak untuk mencari solusi bagaimana cara yang tepat dalam menyelesaikan persoalannya.
5. Tidak boleh memihak satu anak -> Sering kali terjadi bahwa orangtua yang melihat anaknya bertengkar cenderung akan memihak pada anak sendiri, apalagi jika usia anak di bawah anak yang lain. Contohnya saja kakak harus mengalah pada adiknya. Kebiasaan tersebut akan membuat sang kakak merasa tidak dipedulikan dan adik akan merasa selalu menang lho. Selain itu juga membuat anak tumbuh menjadi pemberontak. Cara lain dalam melerai anak bertengkar yakni bersikap adil. Mama harus bijaksana dan memberitahu pada mereka siapa yang bersalah. Dengan begitu baik adik ataupun kakak akan menyadari kesalahan masing-masing.
6. Ajarkan mereka mencari solusi -> Saat Mama mendengar anak-anak berdebat, sebaiknya mendekatlah perlahan sehingga mereka tahu Mama mendengarkan pertengkaran mereka. Katakan bahwa Mama akan memberi mereka beberapa menit untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Di mana orangtua boleh ikut campur bila anak tidak mengarah untuk berdamai. Selanjutnya agar tidak terjadi hal yang sama, maka cobalah untuk menawarkan beberapa solusi untuk mereka yang sedang bertengkar.
7. Beri perhatian -> Ketika anak-anak sedang bertengkar, saat itulah mereka sedang memiliki emosi yang tinggi. Salah satu jadi tidak mau mengalah, sehingga pertengkaran tak kunjung usai. Tugas Mama yaitu memberi perhatian secara langsung pada anak saat bertengkar, dengan cara itu maka anak bisa menjadi lebih lembut. Mama pun dapat membagi pujian pada anak, karena pujian akan menimbulkan rasa senang dan mendapat energy positif dari pujian tersebut. Tak hanya itu, dengan memberikan pujian pada suatu masalah maka anak akan mengingat bahwa bermain secara akur membuat orangtua senang.
8. Jangan memukul anak ketika anak salah -> hal itu akan membuat anak merasa takut namun tidak akan mendidik anak tersebut dan membuat anak selalu menghindar dari masalah. Beri pengajaran kepada anak dengan diberikan pengertian dan ceritakan sebab dan akibat perbuatan yang dilakukan ke depannya.
Apabila anda merasa kesusahan, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang,
Sekian dan Terima Kasih