🔥 Diskusi Menarik

Anak diare atau tidak ? harus bagaimana ?

Dok, anak saya usia 21 hari sudah 4 hari ini tiap habis menyusu mencret, sehari mencretnya mungkin bisa sampai 6x, mencretnya warna kuning, kadang hijau kekuningan dan berlendir, tapi tidak ada gejala dehidrasi, tidak demam, dan nafsu makan normal, apakah ini termasuk diare ? apakah harus dibawa ke dokter ?

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
5
2
1

1 komentar

Halo, terima kasih atas pertanyaan anda.


Kemungkinan anak anda diare akibat intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika usus tidak mampu mencerna laktosa. Laktosa adalah jenis gula yang banyak terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya, seperti keju, es krim, yogurt, dan mentega (butter). Normalnya, usus kecil butuh enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Tubuh kemudian menyerap gula sederhana ini ke dalam aliran darah untuk dijadikan energi. Ketika tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akhirnya berubah menjadi gas yang menyebabkan munculnya berbagai gejala masalah pencernaan.


Gejala intoleransi laktosa yang umumnya muncul adalah sebagai berikut.

1. Perut sakit, kembung, dan/atau kram -> Laktosa yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan mengalami proses fermentasi. Selama proses fermentasi ini, laktosa akan melepaskan asam lemak dan sekumpulan gas berupa hidrogen, metana, dan karbon dioksida. Kandungan asam dan gas yang berlebihan bisa menyebabkan perut terasa kembung, sakit, dan bahkan kram.

2. Diare -> Orang yang tidak bisa mencerna laktosa rentan mengalami gejala diare. Diare terjadi sebagai reaksi tubuh ketika volume air dalam usus besar bertambah. Semakin banyak cairan yang dialirkan ke usus, semakin banyak pula air yang ikut terbawa bersama feses.

3. Gejala lainnya -> Selain tiga gejala di atas, ada beberapa gejala lainnya yang lebih jarang terjadi, seperti:

- sakit kepala,

- kelelahan,

- kehilangan konsentrasi, dan

- terdengar suara gemuruh dari perut.

Namun, gejala-gejala ini belum ditetapkan sebagai gejala sebenarnya dan mungkin memiliki penyebab lain.Sementara itu, gejala intoleransi laktosa pada anak mungkin akan sedikit berbeda, yaitu:

- diare berbuih,

- pertumbuhan dan perkembangan yang melambat, serta

- terkadang muntah.


Penyebab intoleransi laktosa yaitu tubuh yang tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna gula dalam susu. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

1. Intoleransi laktosa primer -> Jenis intoleransi ini umumnya dimiliki oleh orang-orang yang sebelumnya pernah dan bisa mengonsumsi produk susu tanpa masalah apa pun. Hampir setiap tubuh orang yang lahir ke dunia akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam ASI dan susu formula untuk bayi. Namun bagi beberapa orang, kondisi ini dapat berkembang seiring usia. Umumnya setelah konsumsi susu sempat lama dihentikan, usus akan memproduksi lebih sedikit enzim laktase. Perubahan ini membuat mereka lebih rentan mengalami intoleransi seiring waktu.

2. Intoleransi laktosa sekunder -> Jenis intoleransi yang satu ini terjadi sementara akibat pengaruh penyakit pada sistem pencernaan, efek samping operasi, atau selama mengonsumsi obat tertentu. Salah satu penyakit yang sering menyebabkan orang menjadi intoleran terhadap susu adalah muntaber (gastroenteritis) akut. Infeksi menyebabkan kerusakan sementara pada lapisan usus selama masih sakit. Orang yang terkena muntaber cenderung mengalami mual, muntah, dan diare saat mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Namun, begitu sembuh, tubuhnya kembali bisa mencerna laktosa seperti biasa.

3. Intoleransi laktosa bawaan -> Kondisi ini disebabkan karena seseorang tidak menghasilkan enzim laktase sejak lahir akibat kelainan genetik yang diturunkan. Kedua sisi orangtua harus sama-sama memiliki gen mutasi untuk dapat menurunkan kondisi ini kepada sang bayi.


Intoleransi laktosa tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan gejala dan faktor pemicunya. Kebanyakan orang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan dan membatasi jumlah laktosa yang mereka konsumsi. Beberapa orang bahkan mencegahnya lebih baik dengan mengurangi asupan laktosa dari diet mereka sama sekali. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Makan makanan yang bergizi seimbang -> Dengan membatasi konsumsi produk yang terbuat dari susu, tidak berarti Anda pasti kekurangan asupan kalsium. Ada beragam makanan bebas laktosa yang mengandung kalsium, seperti:

- brokoli,

- produk yang diperkaya kalsium seperti roti dan jus,

- ikan salmon,

- alternatif susu lain seperti susu kedelai dan susu beras,

- jeruk, serta

- bayam.

Pastikan juga Anda mendapat cukup vitamin D yang biasanya ada dalam susu. Anda bisa mengonsumsi, telur, hati, dan yogurt yang mengandung vitamin D. Tubuh secara alami juga dapat menghasilkan vitamin D saat Anda terkena sinar matahari. Selain lewat makanan, Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter terkait konsumsi suplemen kalsium atau vitamin D. Suplemen dapat membantu memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak Anda peroleh dari makanan.

2. Membatasi produk susu -> Mencegah munculnya gejala sekaligus keparahan intoleransi laktosa mengharuskan Anda membatasi konsumsi produk susu seperti berikut.

- Susu, milkshake, dan smoothies yang dibuat dengan susu atau yogurt, atau minuman berbahan dasar susu hewani lainnya.

- Whipped cream (krim kocok) dan krimer dairy.

- Es krim, es susu, gelato, yogurt, puding susu, atau camilan dingin apa pun yang mengandung susu.

- Keju atau mentega.

- Sup krim atau saus dan krim dari susu (misalnya saus pasta carbonara).

- Makanan-makanan lainnya yang dibuat dari susu.

3. Mengonsumsi probiotik -> Probiotik adalah bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus untuk membantu meredakan gejala intoleransi. Probiotik biasanya identik dengan yogurt. Namun, orang dengan intoleransi laktosa juga bisa mengonsumsi versi yang lebih aman berupa tempe atau suplemen probiotik.


Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi sekaligus mencegah penyakit bertambah parah.

- Konsumsi cukup kalsium dan vitamin D dari makanan atau suplemen.

- Beri tahu dokter tentang semua obat-obatan yang Anda konsumsi.

- Pertimbangkan lagi apabila ingin menyusui bayi dengan susu formula, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga yang mengalami intoleransi laktosa.

- Konsumsi susu formula berbahan dasar kedelai atau susu bebas laktosa.

- Hubungi dokter jika diet bebas susu tidak membantu menghilangkan gejala.

- Hubungi dokter jika berat badan anak Anda tidak bertambah atau anak Anda menolak makanan atau susu formula.


Maka dari itu sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik untuk penanganan anak anda.


Sekian dan Terima Kasih

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan