🔥 Diskusi Menarik

Anak 3 tahun menahan tangisan

Hallo dok, perkenalkan saya nola, ibu dari 2 orang anak, saya juga bekerja sehingga anak lebih sering ditemani oleh neneknya. Anak pertema saya berumur 7y, dan anak kedua saya berumur 3y. Pada suatu saat kedua anak saya sedang berantem dan saya sedikit meninggikan suara saya kepada mereka, tapi saya baru sadar kalau anak kedua saya menahan tangisnya dengan menaikkan matanya dan mengepalkan tangannya dok. Saya takut anak saya tidak mengeluarkan ekspresi perasaannya. Di waktu yg bersamaan seringnya suami saya dinas keluar kota, anak kedua saya tidak memperlihatkan ekspresi sedihnya bahkan ia akan lebih cepat tidur atau masuk ke dalam kamarnya. Apa yg harus saya lakukan ya dok, dengan keadaan anak saya yg tdk mau menangis.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
68
2

2 komentar

Halo Nola Yudistira, terima kasih atas pertanyaan anda


Selain perkembangan fisik, kognitif, dan sosial, perkembangan emosi juga perlu diperhatikan dengan melatih keterampilan mengenali dan mengelolanya. Hal ini penting untuk diperhatikan karena akan membantu anak dalam menghadapi lingkungannya, baik itu dalam lingkungan keluarga dan diluar lingkungan keluarga (sekolah dan pertemanan).

Perkembangan emosi anak usia 7 tahun biasanya sudah mampu memahami emosinya dan orang lain di sekitarnya. Biasanya anak menunjukkan ketakutan tertentu terhadap karakter yang ada di imajinasinya, seperti monster, hewan raksasa, dsb. Pada usia tersebut, anak juga terkadang mampu menunjukkan perhatian dan sikap mengayomi terhadap adik yang lebih kecil.

Dalam mendampinginya, tentu perlu mengetahui alasan anak berperilaku demikian, bisa saja ia memiliki rasa takut akan dimarahi jika mengekspresikan emosinya. Hal pertama yang dapat anda lakukan yaitu, ajak anak berbicara dari hati ke hati, tidak ada salahnya untuk meminta maaf kepada anak atas perilaku yang anda tampilkan kepadanya. Kemudian berikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan, latih anak mengenali dan validasi emosinya seperti mengatakan "kakak sedang marah/ sedih/ kecewa/ takut/ senang ya? sini cerita sama ayah/ bunda". Kemudian bantu mengelolanya seperti "ayo kita sama-sama tarik napas yuk yang panjang lalu buang perlahan lewat mulut atau yuk kita remas kertas aja sampai marahnya kakak redah". Berikan pelukan dan apresiasi setiap prosesnya. Dapat disampaikan ke anak bahwa tidak masalah jika kita merasakan marah, takut, sedih, dsb yang terpenting diekspresikan secara sehat tanpa menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Hargai setiap proses anak, serta apresiasi perubahan kecil yang dilakukan.

Jika diperlukan, anda dapat mendampingi buah hati anda bertemu psikolog anak agar tertangani dengan tepat. Semoga membantu

1 tahun yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saya memahami kekhawatiran Anda mengenai anak kedua Anda yang tampak menahan tangis dan tidak menunjukkan ekspresi sedihnya. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam situasi ini:
  1. Berikan ruang untuk berekspresi: Penting bagi anak untuk dapat mengungkapkan emosi mereka dengan bebas. Beri tahu anak Anda bahwa menangis adalah cara yang sehat untuk melepaskan emosi dan bahwa Anda akan mendengarkan dan memahami perasaannya. Jika anak Anda menahan tangis, cobalah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana ia merasa nyaman untuk mengekspresikan emosinya.

  2. Ajak anak berbicara: Ajak anak Anda berbicara tentang perasaannya. Tanyakan apa yang membuatnya sedih atau marah, dan dengarkan dengan penuh perhatian. Berikan dukungan dan pengertian, dan bantu anak Anda mengidentifikasi dan mengungkapkan emosinya dengan kata-kata.

  3. Beri contoh yang baik: Sebagai orang tua, Anda adalah contoh utama bagi anak-anak Anda. Cobalah untuk mengelola emosi Anda dengan baik dan menunjukkan cara yang sehat untuk mengungkapkan perasaan. Jika Anda merasa marah atau sedih, tunjukkan kepada anak Anda bahwa Anda juga bisa mengekspresikan emosi tersebut dengan cara yang sehat dan konstruktif.

  4. Beri waktu dan perhatian yang cukup: Anak-anak seringkali menunjukkan emosi mereka dengan lebih jelas ketika mereka merasa aman dan diperhatikan. Luangkan waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak Anda, bermain bersama, dan mendengarkan ceritanya. Ini akan membantu anak Anda merasa didengar dan dihargai, sehingga lebih mungkin untuk mengungkapkan emosinya.

  5. Bicarakan dengan nenek: Jika anak Anda lebih sering berada di bawah pengawasan neneknya, penting untuk berkomunikasi dengan nenek tentang kekhawatiran Anda. Diskusikan tentang pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosinya dan bagaimana Anda dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.

Jika Anda masih merasa khawatir atau anak Anda terus menahan tangisnya tanpa menunjukkan ekspresi emosi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau psikolog anak. Mereka dapat memberikan saran dan bantuan yang lebih spesifik sesuai dengan situasi anak Anda.

1 tahun yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan