Liburan telah usai. Itu artinya, Anda harus berkutat kembali dengan rutinitas sehari-hari. Namun, bagi sebagian orang, ini bisa menimbulkan masalah mental setelah liburan yang dikenal sebagai post holiday blues atau post vacation blues.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Liburan telah usai. Itu artinya, Anda harus berkutat kembali dengan rutinitas sehari-hari. Namun, bagi sebagian orang, ini bisa menimbulkan masalah mental setelah liburan yang dikenal sebagai post holiday blues atau post vacation blues.
Lantas, bagaimana kondisi mental ini bisa terjadi?
Post holiday blues adalah perubahan emosi dan suasana hati yang terjadi setelah kembali dari liburan yang menyenangkan.
Perubahan terkait post holiday syndrome ini ditandai dengan timbulnya perasaan kecewa, suasana hati atau mood yang buruk, dan kurangnya motivasi untuk menjalani rutinitas.
Bayangkan beberapa hari lalu Anda sedang berkunjung ke tempat wisata favorit, tetapi saat ini Anda dihadapkan dengan tumpukan email yang menggunung.
Perubahan yang mendadak dari momen liburan yang menyenangkan ke tuntutan dan tanggung jawab pekerjaan inilah yang dapat menyebabkan post holiday blues.
Pada dasarnya, post vacation blues tidak termasuk gangguan mental yang terdaftar di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-V).
Kondisi ini mirip dengan beberapa kondisi mental sejenis yang memiliki karakteristik yang serupa dengan depresi dan kecemasan, seperti post concert depression.
Beberapa gejala emosional yang terkait dengan post holiday blues antara lain sebagai berikut.
Tidak hanya itu, kondisi mental ini juga berpotensi menimbulkan gejala fisik sebagai berikut.
Post holiday blues sudah banyak dikeluhkan dan memang bisa dialami oleh siapa saja. Kondisi ini dapat dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak setelah pergi liburan.
Tidak ada penyebab pasti dari post holiday syndrome. Akan tetapi, perubahan kadar dopamin dalam tubuh selama dan setelah liburan diduga menjadi pemicu utamanya.
Dopamin adalah neurotransmiter atau pembawa pesan kimia pada otak yang bisa menciptakan perasaan senang dan bahagia saat dilepaskan dalam jumlah besar.
Nah, berbagai momen liburan, misalnya menghabiskan waktu dengan orang terkasih, memanjakan diri dengan hidangan lezat, dan bertukar hadiah, dapat memicu pelepasan dopamin.
Itu sebabnya banyak orang merasa sangat senang serta bersemangat selama mereka berlibur. Begitu liburan usai, kegiatan yang meningkatkan dopamin ini ikut terhenti.
Kadar dopamin yang memuncak bisa menurun drastis. Kondisi yang disebut dopamine crash ini dapat menimbulkan perasaan hampa, mood rendah, dan kurang motivasi yang terkait dengan post holiday blues.
Selain perubahan kadar dopamin, beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kondisi ini adalah sebagai berikut.
Perasaan sedih usai liburan umumnya tidak membahayakan. Emosi negatif akibat post holiday blues ini tidak akan berlangsung lama dan bisa membaik dengan sendirinya.
Meski begitu, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk mencegahnya berkembang menjadi masalah kesehatan mental serius.
Jangan memaksakan diri Anda untuk kembali bekerja secara maksimal setelah liburan. Beri diri Anda beberapa waktu untuk beradaptasi kembali dengan rutinitas sehari-hari.
Selama minggu pertama selepas liburan, Anda juga dapat menjadwalkan aktivitas yang santai dan menyenangkan, seperti ngopi bersama teman atau menikmati hobi.
Perawatan diri alias self-care penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental pascaliburan.
Anda dapat kembali melakukan rutinitas yang terhenti selama liburan, seperti olahraga teratur, mengonsumsi makanan bergizi, dan menerapkan pola tidur yang sehat.
Penting juga untuk memanjakan diri sendiri bila Anda merasakan post holiday blues, contohnya dengan berendam, pijat, atau aktivitas lain yang membuat Anda merasa lebih baik.
Kemunculan post holiday syndrome kerap dipicu oleh masalah keuangan setelah seseorang berlibur.
Jika Anda merasa bahwa pengeluaran selama liburan terlalu besar, buat rencana anggaran serta coba untuk kembali ke jalurnya secara perlahan.
Ingat, jangan terlalu keras kepada diri sendiri. Tetapkan tujuan kecil terlebih dahulu yang dapat dicapai dan mulailah menabung kembali untuk liburan mendatang.
Jagalah koneksi yang sudah Anda bangun selama liburan. Coba hubungi kembali teman atau keluarga meski hanya untuk mengobrol singkat melalui panggilan suara maupun video.
Selain itu, Anda juga dapat merencanakan pertemuan dengan orang yang dicintai. Memiliki rencana di masa depan bisa membantu meningkatkan mood Anda.
Gejala post holiday blues yang parah bisa bertahan lebih dari beberapa minggu. Apabila Anda mengalaminya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Psikolog dapat memberikan bimbingan yang tepat bagi Anda untuk mengelola perasaan dan menemukan strategi untuk mengatasi tantangan ini.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar