Menstruasi yang berat dengan perdarahan berkepanjangan tentu bisa membuat Anda tidak nyaman melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mengatasi masalah ini, Anda mungkin mengonsumsi obat-obatan tertentu dari dokter atau menggunakan KB spiral. Namun, jika obat itu tidak ampuh, biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan ablasi endometrium.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan ablasi endometrium? Apakah ada efek sampingnya jika melakukan tindakan medis ini?
Apa itu ablasi endometrium?
Ablasi endometrium adalah pengangkatan jaringan yang melapisi rahim (endometrium) dengan tujuan mengurangi atau menghentikan aliran perdarahan menstruasi yang berat.
Ablasi endometrium termasuk salah satu jenis pengobatan yang efektif untuk menghentikan perdarahan rahim yang tidak normal, tapi bukan disebabkan oleh kanker.
Sementara jika perdarahan rahim terjadi akibat adanya sel kanker, tindakan ini tidak cukup untuk menghentikan dan mengatasinya.
Biasanya, ablasi endometrial perlu dilakukan ketika perdarahan masih muncul meski sudah minum obat dari dokter atau memasang KB spiral.
Seorang wanita dikatakan mengalami perdarahan rahim yang abnormal jika memiliki kondisi berikut ini.
- Periode menstruasi yang sangat berat (menoragia).
- Perdarahan di antara periode menstruasi.
- Periode menstruasi yang lama yang bertahan lebih dari 1 minggu.
- Perdarahan yang menyebabkan anemia.
- Perdarahan yang menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Pada beberapa wanita, aliran darah menstruasi dapat berhenti sepenuhnya. Sementara pada wanita lainnya, tindakan ini hanya mengurangi jumlah perdarahan.
Apa itu endometrium?
Endometrium merupakan lapisan dalam dinding rahim yang mengalami perubahan secara berkala selama
siklus menstruasi. Lapisan ini berperan penting dalam proses terjadinya kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, endometrium akan meluruh dan keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Apakah semua wanita boleh melakukan ablasi endometrium?
Tidak semua wanita yang mengalami haid berat dan berkepanjangan dianjurkan untuk melakukan ablasi endometrium.
Prosedur ini tidak disarankan untuk wanita yang sedang hamil atau berencana hamil. Ini karena ablasi endometrium dapat membuat kehamilan menjadi lebih sulit.
Ablasi endometrium juga tidak dianjurkan untuk wanita yang mengalami kondisi berikut ini.
- Sudah melewati menopause.
- Infeksi pada vagina atau leher rahim.
- Kanker uterus atau servik.
- Bekas luka operasi caesar.
- Menggunakan IUD.
- Gangguan rahim.
- Penyakit radang panggul.
- Dinding rahim yang lemah.
Bagaimana prosedur ablasi endometrium?
Sebelum prosedur dilakukan, dokter akan mengambil sampel lapisan rahim untuk diuji apakah ada kemungkinan sel kanker tumbuh.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan visual rahim, yaitu dengan alat ultrasound, sebelum prosedur.
Hal ini untuk melihat apakah di dalam rahim terdapat polip atau tumor jinak yang menyebabkan haid berkepanjangan.
Selain itu, dokter juga akan memastikan bahwa Anda sedang tidak dalam keadaan hamil dan tidak menggunakan KB spiral.
Lalu, dokter akan memasukkan alat tipis melalui serviks hingga ke dalam rahim.
Langkah selanjutnya akan tergantung pada jenis ablasi yang akan dilakukan. Berdasarkan Johns Hopkins Medicine, berikut jenis ablasi yang paling umum.
1. Pembekuan (cryoablation)
Pembekuan dilakukan menggunakan sebuah alat khusus yang suhunya memang diatur sangat dingin saat dimasukkan ke dalam rahim.
Suhu yang sangat dingin tersebut akan membuat lapisan rahim atau endometrium meluruh.
2. Terapi balon panas
Terapi ini dilakukan dengan alat khusus yang telah ditambahkan balon di ujungnya dan dimasukkan ke dalam rahim.
Kemudian, cairan panas akan dimasukkan ke dalam balon untuk membuatnya mengembang dan memecah lapisan rahim. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 2—10 menit.
3. Hidrotermal
Jenis ablasi endometrium hidrotermal dilakukan dengan memompa cairan ke dalam rahim dengan lembut, lalu memanaskannya.
Setelah 10 menit, cairan ini akan menghancurkan lapisan rahim.
4. Gelombang radio
Dokter akan memasukkan jaring listrik ke dalam rahim Anda dan melebarkannya. Kemudian energi dan panas yang dikirim oleh gelombang radio yang kuat akan merusak lapisan.
Setelah itu, dokter bisa menyingkirkan lapisan yang rusak dengan proses penyedotan dalam 1—2 menit.
5. Microwave
Proses microwave dilakukan menggunakan tongkat khusus yang dimasukkan melalui vagina untuk menghantarkan energi gelombang mikro yang bisa menghancurkan lapisan rahim Anda.
Prosedur ini membutuhkan waktu 3—5 menit.
6. Listrik
Prosedur ini membutuhkan anestesi umum dengan menggunakan alat yang disebut resectoscope dan alat yang dipanaskan untuk melihat dan mengangkat jaringan rahim.
Namun, prosedur ini tidak umum digunakan seperti jenis yang lain.
Risiko efek samping atau komplikasi dari ablasi endometrium
Kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi antara lain sebagai berikut.
- Keputihan yang berbau busuk.
- Demam.
- Panas dingin.
- Kram atau sakit perut.
- Perdarahan yang banyak dan terus-menerus, lebih dari 2 hari setelah prosedur.
- Sulitan buang air kecil.
Jika Anda mengalami gejala tersebut menjalani prosedur ablasi endometrium, segera cari bantuan medis mengurangi risiko infeksi dan komplikasi lainnya.
Ablasi endometrium bukan prosedur yang berisiko tinggi, tetapi tetap ada kemungkinan kecil mengalami komplikasi. Berikut beberapa kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi.
- Kerusakan pada serviks, vagina, vulva atau usus akibat dari aplikasi panas atau dingin selama prosedur.
- Infeksi, perdarahan, dan luka bakar ke rahim atau usus.
- Dalam kasus yang sangat jarang, cairan yang digunakan untuk memperluas rahim selama prosedur dapat diserap ke dalam aliran darah, yang menyebabkan cairan di paru-paru (edema paru).
Penting untuk membahas potensi risiko dan komplikasi dengan dokter sebelum menjalani ablasi endometrium.
Dengan begitu, Anda bisa mempertimbangkan untuk menjalani prosedur ini hanya setelah memahami manfaat dan risikonya.
[embed-health-tool-ovulation]