Vagina perlu dijaga kebersihan dan kesehatannya. Nah, belakangan ini hadir sebuah metode baru untuk membersihkan vagina yang disebut facial vagina alias vajacial. Seperti apa caranya, dan benarkah prosedur ini aman?
Seperti apa cara melakukan facial vagina?
Facial vagina adalah metode membersihkan vulva, bukan vagina. Vulva adalah bagian terluar vagina yang dapat dilihat oleh mata telanjang, ditandai dengan punuk berdaging yang (umumnya) ditumbuhi dengan rambut pubis. Sementara vagina itu sendiri adalah terowongan jalur lahir yang dimulai dengan lubang dekat lubang kencing.
Dr. Leah Millheiser, seorang dokter kandungan dan profesor di Stanford University Medical Center, menyatakan bahwa facial vagina berfokus membersihkan garis selangkangan, tempat tumbuhnya rambut kemaluan, dan labia bagian luar.
Facial vagina dilakukan bersamaan atau setelah menghilangkan rambut kemaluan, seperti dengan laser, waxing, atau bercukur. Vajacial bertujuan untuk mengurangi rambut yang tumbuh ke dalam, penyumbatan pori di sekitar organ intim, dan mengatasi kulit kering di sekitar vagina.
Setelah menghilangkan rambut pubis, area vagina akan diuapi, dieksfoliasi untuk merontokkan sel kulit mati, hingga dioleskan masker dan juga pelembap kulit. Mirip seperti tahapan facial wajah pada umumnya.
Selain itu, beberapa salon kecantikan yang menyediakan jasa ini juga menggunakan terapi infrared untuk menyingkirkan bakteri dan mencerahkan warna kulit di area selangkangan yang menggelap akibat hiperpigmentasi.
Apakah prosedur ini aman dan dianjurkan?
Dr. Millheiser menyatakan bahwa facial vagina tidak dianjurkan karena tidak bermanfaat. Facial di area vagina justru berisiko tinggi mendatangkan risiko masalah kesehatan pada vagina Anda, seperti infeksi atau reaksi alergi. Pasalnya, kebanyakan jasa vajacial dilakukan di tempat yang tidak bersertifikat dengan teknisi yang bukan ahlinya.
Sebagian besar ahli kecantikan yang melakukan vajacial tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai vagina. Kulit di area vulva jauh lebih tipis dan lebih sensitif dibandingkan dengan kulit wajah. Oleh karena itu, berbagai tindakan yang cukup berisiko seperti pengelupasan kulit justru bisa membuat kulit vulva menjadi lecet dan terluka.
Kulit vulva yang lecet atau bahkan terluka akibat prosedur ini berisiko tinggi untuk terinfeksi. Pasalnya, Anda juga tidak bisa memastikan kebersihan dan kesterilan alat yang digunakan. Bahkan, jika alatnya diganti setiap pemakaian pun Anda tetap berisiko terinfeksi akibat proses pencabutan rambut kemaluan atau terititasi dari krim pemutih yang dioleskan untuk mencerahkan kulit vulva.
Luka dan iritasi pada kulit vulva bisa meningkatkan risiko tertular penyakit kelamin dari berhubungan seks tanpa kondom.
Vagina tidak memerlukan perawatan khusus
Perlu dipahami bahwa vagina memiliki sistem otomatis dan alami untuk membersihkan juga melindungi dirinya sendiri.
Untuk merawat vagina, Anda hanya perlu mencuci daerah terluar (vulva) dengan kain lap yang dibasahi air dan sabun netral (tanpa parfum atau pewangi; bukan sabun antibakteri), atau usap dari depan ke belakang pakai tangan Anda dengan air mengalir. Cukup bersihkan vagina satu kali sehari, misalnya setelah berolahraga, setelah berhubungan seks, atau saat mandi.
Setelahnya, jaga agar tetap bersih dan kering. Gunakan celana dalam berbahan katun, dan hindari memakai pakaian dalam terlalu ketat. Segera ganti baju renang yang basah atau baju olahraga yang lembap oleh keringat. Vagina yang lembap merupakan “ladang’ ternak bagi bakteri dan jamur penyebab infeksi.
[embed-health-tool-ovulation]