Ada banyak istilah yang terkait dengan menopause pada wanita. Selain menopause itu sendiri, ada pula premenopause dan perimenopause yang sering disamaartikan. Padahal, premenopause dan perimenopause tidak sama, sehingga tentu memiliki perbedaan.
Jadi, apa bedanya premenopause dan perimenopause? Apa yang perlu diketahui tentang perbedaan dua istilah ini? Ketahui faktanya pada ulasan berikut.
Perbedaan definisi premenopause dan perimenopause
Baik premenopause maupun perimenopause, keduanya sama-sama terjadi sebelum masa menopause.
Inilah mengapa kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian. Padahal, premenopause dan perimenopause memiliki definisi yang berbeda.
Premenopause adalah rentang waktu dari menstruasi pertama wanita hingga fase perimenopause. Biasanya, masa ini dimulai sejak pubertas atau sekitar usia 12 tahun.
Sementara perimenopause adalah fase transisi menuju menopause. Fase ini biasanya terjadi saat usia 40-an hingga awal 50-an, meski ada pula yang mengalaminya ketika berusia 30-an.
Seseorang yang berada dalam masa premenopause dianggap sedang dalam masa subur atau usia reproduktif. Pada masa ini, kemungkinan terjadinya kehamilan lebih tinggi.
Sementara perimenopause merupakan kondisi ketika seorang wanita mulai mengalami perubahan dalam siklus menstruasi dan munculnya gejala terkait menopause.
Pada fase ini, estrogen (hormon utama wanita) naik dan turun secara tidak merata. Akibatnya, siklus menstruasi bisa memanjang, memendek, atau ada bulan di mana Anda tidak menstruasi.
Sejalan dengan kondisi tersebut, kehamilan pun lebih jarang terjadi, meski kemungkinannya tetap ada.
Nantinya, begitu memasuki menopause, Anda akan mengalami mati haid permanen. Kondisi ini dapat dipastikan setelah Anda 12 bulan berturut-turut tak mengalami haid sekali pun.
Perbedaan durasi premenopause dan perimenopause
Beda definisi, beda pula durasi antara perimenopause dan premenopause.
Berkaca pada definisi di atas, durasi premenopause umumnya berlangsung lebih lama, yaitu sejak sekitar usia 12 tahun hingga 40-an atau kira-kira mencapai 20—40 tahun.
Sementara perimenopause biasanya berlangsung sekitar 4—8 tahun sebelum menopause dimulai. Namun, ada pula yang mengalaminya hanya dalam beberapa bulan.
Meski begitu, durasi atau lamanya tiap fase ini bisa berbeda pada tiap wanita, tergantung dari kapan Anda memulai menstruasi serta perimenopause dan menopause terjadi.
Selain itu, tak semua wanita akan mengalami perimenopause. Melansir The North American Menopause Society, perimenopause hanya terjadi pada wanita yang mengalami menopause alami, bukan menopause diinduksi.
Menopause yang diinduksi (induced menopause) adalah menopause yang terjadi lebih awal karena kedua ovarium yang diangkat melalui proses bedah atau rusak permanen akibat pengobatan kanker.
Perbedaan gejala premenopause dan perimenopause
Perbedaan antara perimenopause dan premenopause bisa terlihat dari gejala yang ditimbulkan. Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Gejala premenopause
Meski bernama premenopause, tidak ada gejala terkait menopause yang muncul pada fase ini. Pasalnya, produksi serta kerja hormon estrogen belum mengalami perubahan.
Di sisi lain, seorang wanita yang dalam fase premenopause masih mengalami menstruasi yang normal tiap bulannya.
Ini artinya, gejala yang sering dirasakan wanita pada fase premenopause umumnya terkait dengan menstruasi atau premenstrual syndrome (PMS), seperti berikut ini.
- Payudara membengkak atau terasa nyeri.
- Perubahan suasana hati (mood swings).
- Perut kembung.
- Jerawat.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Kram perut.
Selain itu, siklus menstruasi pada fase premenopause mungkin tidak teratur ketika masa pubertas atau saat pertama kali menstruasi.
Namun, siklusnya bisa menjadi teratur dalam beberapa tahun kemudian hingga seterusnya.
2. Gejala perimenopause
Perbedaan paling terlihat dari gejala premenopause dan perimenopause ini adalah siklus menstruasinya.
Jika pada fase premenopause umumnya teratur, siklus menstruasi saat perimenopause mulai tidak teratur.
Lamanya waktu antarperiode menstruasi mungkin bisa lebih lama atau lebih pendek dari biasanya. Anda juga mungkin melewatkan beberapa periode menstruasi.
Aliran darah menstruasi Anda pun bisa jadi lebih ringan atau bahkan deras.
Melansir Mayo Clinic, jika siklus menstruasi Anda mengalami perubahan selama tujuh hari atau lebih dari biasanya, Anda mungkin sedang dalam tahap awal perimenopause.
Namun, jika perbedaan siklus menstruasi ini mencapai 60 hari atau lebih, Anda kemungkinan berada di akhir fase perimenopause.
Bukan cuma dari siklus menstruasi, beberapa wanita yang memasuki fase perimenopause pun umumnya mulai mengalami gejala atau tanda-tanda dari menopause.
Gejala ini muncul karena penurunan produksi estrogen yang mulai terjadi pada fase perimenopause. Berikut adalah tanda-tanda atau gejala perimenopause yang umum muncul.
- Hot flashes.
- Berkeringat pada malam hari.
- Susah tidur.
- Vagina kering yang membuat hubungan intim terasa menyakitkan.
- Perubahan suasana hati, seperti mudah marah atau depresi.
- Perubahan dalam gairah seks.
- Perlu buang air kecil lebih sering.
Perhatian!
Penurunan produksi estrogen juga dapat menyebabkan penipisan tulang yang meningkatkan risiko osteoporosis serta perubahan kadar kolesterol yang berisiko pada penyakit jantung.
Jadi, sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin untuk dapat mengawasi kesehatan Anda.
Itulah beberapa perbedaan antara premenopause dan perimenopause yang perlu Anda ketahui. Jika Anda ragu fase mana yang sedang Anda lalui, konsultasikan kepada dokter Anda.
Tanyakan juga kepada dokter jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait hal ini.
[embed-health-tool-ovulation]