backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

6

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Batu Amandel

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 18/10/2022

Batu Amandel

Selain radang amandel (tonsilitis), ada kondisi medis lain yang dapat mengganggu kinerja amandel, yaitu batu amandel. Jika Anda melihat bintik putih pada sisi kiri atau kanan kerongkongan, bintik tersebut bisa saja merupakan batu amandel. Pada kasus yang ringan, kondisi ini biasanya tidak membahayakan kesehatan. Namun, Anda mungkin akan merasa tidak nyaman karena terasa ada yang mengganjal di tenggorokan

Apa itu batu amandel?

Anatomi amandel atau tonsil

Batu amandel, tonsilolit, atau tonsil stone adalah gumpalan kecil yang dapat terlihat pada permukaan amandel.

Amandel atau tonsil adalah sepasang jaringan lunak yang terdapat di sisi kiri dan kanan belakang tenggorokan.

Jaringan ini berfungsi untuk menghalau bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh melalui tenggorokan. Permukaan amandel terdiri dari banyak celah dan lekukan yang disebut kripta.

Tonsilolit terjadi ketika ada penumpukan kontoran pada amandel. Gumpalan biasanya berwarna putih kekuningan dan menempel sampai ke dalam amandel.

Ukuran batu bisa bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga sebesar kacang polong.

Berbagai gejala batu amandel yang perlu diwaspadai

Pada awalnya, tonsilolit sering kali tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Namun, seiring membesarnya ukuran batu ang, maka amandel bisa membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Selain amandel yang bengkak, terdapat juga beberapa gejala batu amandel lainnya yang mungkin dialami, seperti berikut ini.

  • Bau mulut (halitosis).
  • Tenggorokan gatal.
  • Sakit saat menelan.
  • Batuk.
  • Sakit tenggorokan.
  • Gumpalan putih atau kuning di tenggorokan.
  • Telinga terasa sakit.
  • Rasa tidak enak di tenggorokan, misalnya rasa pahit.
  • Sensasi seperti ada yang menyangkut di tenggorokan.
  • Infeksi tenggorokan yang sulit diatasi dengan antibiotik.

Penyebab terbentuknya batu amandel

membuka mulut saat periksa dokter

Melansir dari Cleveland Clinic, dijelaskan bahwa tonsil stone terbentuk dari bakteri, sisa makanan, kotoran, sel-sel mati, dan bahan sejenisnya yang menumpuk di dalam kripta.

Seluruh kotoran ini kemudian terkumpul dan bertambah banyak. 

Kotoran yang menumpuk lama-kelamaan mengendap dan mengeras dalam proses yang disebut kalsifikasi. Akhirnya, terbentuklah batuan dengan tekstur yang keras.

Terdapat beberapa kondisi dan faktor yang dapat menjadi penyebab terbentuknya batu amandel, yaitu sebagai berikut.

  • Kebersihan mulut yang kurang terjaga, misalnya karena jarang gosok gigi atau memiliki kebiasaan merokok, sehingga menyebabkan banyak kotoran dan bakteri bersarang dan menumpuk pada amandel.
  • Struktur amandel yang tersusun banyak kripta, sehingga Kotoran lebih mudah terperangkap dan menumpuk pada amandel yang memiliki lebih banyak lekukan dan celah yang.
  • Sering mengalami radang amandel karena bisa membuat amandel bengkak dan bertambah besar, sehingga kotoran lebih mudah menumpuk.

Bagaimana cara mendiagnosis batu amandel?

Untuk mendeteksi batu pada amandel, dokter biasanya akan mengawali dengan melihat secara langsung kondisi mulut dan tenggorokan.

Jika tonsilolit sulit untuk dlihat secara langsung, dokter mungkin akan melakukan tes pemindaian, seperti CT scan atau foto rontgen.

Sementara itu, pada kasus tonsilolit yang tidak disertai gejala, benjolan mungkin tidak sengaja terlihat oleh dokter gigi atau dokter lainnya saat sedang melakukan pemeriksaan.

Pengobatan atau cara menghilangkan batu amandel secara medis

operasi amandel

Untuk batu amandel yang berukuran kecil, pengobatan secara medis juga cukup dilakukan dengan mengeluarkan batu dari dalam amandel.

Dokter mungkin akan mengeluarkan gumpalan secara manual dengan tangan atau menggunakan alat, seperti pinset.

Jika diperlukan, dokter juga bisa menyuntikan obat bius pada amandel untuk mengurangi rasa sakit saat batu sedang dikeluarkan.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan antibiotik jika sudah terjadi infeksi bakteri akibat adanya batu pada amandel. Namun, hal ini cukup jarang terjadi.

Untuk menghilangkan tonsil stone, dokter mungkin perlu melakukan operasi bila gumpalan:

  • cukup besar,
  • menyebabkan nyeri, atau
  • menimbulkan infeksi pada amandel atau sakit tenggorokan.

Pada kondisi ini, jangan mencoba untuk mencabutnya sendiri dengan alat atau benda tajam apapun.

Jika sembarangan, Anda bisa merusak jaringan amandel dan pembuluh darah yang berada di sekitarnya.

Untuk mengangkat tonsilolit ini, dokter bisa melakukan beberapa pengobatan berikut ini.

1. Operasi laser amandel

Pada operasi laser ini, dokter akan menggunakan laser untuk menghilangkan tonsil stone.

Setelahnya, dokter akan melapisi dan memperbaiki kembali bagian tersebut (tidak menghilangkan amandel sepenuhnya).

Operasi laser lebih kecil risikonya daripada operasi amandel lain. Operasi laser amandel ini juga lebih cepat sembuh dan tidak terlalu sakit.

2. Operasi coblation amandel

Cara menghilangkan tonsilolits ini menggunakan energi frekuensi radio dan air garam untuk menghilangkan batu di celah-celah amandel.

Operasi ini juga lebih kecil risikonya. Laser yang digunakan pada operasi juga suhunya rendah dan risiko seperti perdarahan juga tidak terlalu tinggi.

3. Tonsilektomi (operasi pengangkatan amandel)

Tonsilolit lebih sulit diangkat jika berukuran terlalu besar dan terjadi peradangan parah pada amandel.

Untuk mengatasinya, dokter mungkin akan melakukan operasi pengangkatan amandel. Operasi ini juga bisa menimbulkan risiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.

Setelah amandel diangkat, kemungkinan besar ada rasa nyeri berat pada bagian tenggorokan hingga 2 minggu lebih.

Namun, sebagian besar operasi amandel tidak menyebabkan gangguan jangka panjang dan Anda tetap bisa hidup sehat dan normal meskipun tidak lagi memiliki amandel.

Operasi pengangkatan amandel adalah tindakan yang besar dan membutuhkan pertimbangan yang matang.

Oleh karena itu, pastikan Anda telah berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter apakah operasi pengangkatan amandel menjadi pengobatan yang tepat untuk Anda.

Cara mengobati batu amandel di rumah

Cara menghilangkan tonsilolits di rumah bisa dilakukan apabila batu berukuran kecil dan tidak menyebabkan sakit. 

Dengan mengeluarkan batu tersebut, gejala yang dialami juga bisa meredalebih cepat. Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba. 

1. Batuk

Pada beberapa orang, batuk bisa membantu melonggarkan batu dari amandel sehingga akan lebih mudah keluar dengan sendirinya.

2. Dikeluarkan pakai kapas atau jari

Jika Anda dapat melihat batu di amandel di tenggorokan, Anda kemungkinan bisa mengeluarkannya pakai jari atau kapas.

Namun, untuk mengeluarkan pakai jari atau kapas, Anda harus hati-hati. Apabila kuku menusuk amandel atau jari Anda kotor, ini bisa menyebabkan infeksi dan membuat gumpalan tambah besar. 

Cara mencegah terbentuknya batu amandel

Anda dapat mengurangi risiko batu amandel dengan menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Biasakan untuk rutin menyikat gigi minimal dua kali dalam sehari. Gunakan juga benang gigi untuk membersihkan sisa makanan yang menempel pada celah gigi.

Kemudian, bersihkan seluruh bagian mulut Anda dengan obat kumur. Utamakan berkumur pada bagian belakang tenggorokan yang sering kali menjadi tempat terbentuknya tonsilolit.

Selain itu, hindari kebiasaan merokok. Ini karena asap rokok yang dihirup akan bisa menempel pada bagian belakang tenggorokan.

Hal tersebut bisa memengaruhi kondisi amandel dan membuatnya lebih rentan terhadap gangguan tenggorokan.

Kapan harus ke dokter?

Pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan bila tidak kunjung sembuh, bertambah besar, atau terus-menerus kambuh.

Kondisi tersebut bisa menimbulkan gejala yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.

Pemeriksaa juga perlu dilakukan bila Anda tidak yakin pengobatan rumahan apa saja yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi tonsilolit.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 18/10/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan