Perbandingan yang lebih umum lainnya adalah saat digelitik. Sentuhan menggelitik bisa menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan. Namun, saat dilakukan melawan keinginan orang tersebut, gelitikan ini bisa menjadi suatu yang tidak nyaman.
Selama digelitik, Anda bisa akan terus tertawa geli karena ini adalah refleks atau respons otomatis dari sentuhan tersebut.
Tubuh secara otomatis menanggapi stimulasi dengan cara yang sudah diatur sedemikian rupa dari sinyal yang dikirim kelompok ujung saraf di area yang distimulasi tersebut.
Maka dari itu, tubuh bisa memberikan respons seksual dalam bentuk ereksi, ejakulasi, atau keluarnya cairan dari vagina akibat kekerasan seksual yang melibatkan sentuhan atau penetrasi.
Masalahnya, istilah orgasme yang melekat di masyarakat merujuk pada puncak kenikmatan seksual, padahal dari sisi medis orgasme merupakan respons biologis tubuh dan tidak selalu berhubungan dengan rasa puas atau senang.
Seseorang bisa merasakan orgasme, tapi merasa tidak menikmati seks. Persoalan kepuasan ini lebih berkaitan dengan reaksi psikologis.
Jadi, rangsangan orgasme selama perkosaan yang ditunjukkan melalui ejakulasi atau keluarnya cairan vagina bukan menunjukkan kenikmatan seksual. Hal tersebut merupakan respons biologis tubuh terhadap rangsangan atau stimulasi seksual.
Rangsangan seksual sebagai mekanisme pertahanan diri

Reaksi seksual yang ditunjukkan kroba juga bisa dipengaruhi rasa takut. Ciri ketakutan dan rangsangan fisik cuku mirip, misalnya peningkatan denyut jantung, pelepasan hormon adrenalin, dan napas yang berubah cepat.
Berdasarkan laporan dari dua ilmuwan, Suschinsky dan Lalumiere reaksi seksual seperti keluarnya cairan dari vagina saat penetrasi merupakan mekanisme pertahanan otomatis dari vagina untuk melindungi diri.
Dalam kasus pemerkosaan, reaksi tersebut juga berhubungan dengan respons tubuh terhadap rasa takut.
Selama rangsangan seksual, satu wilayah dalam otak di belakang mata kiri (lateral orbitofrontal cortex), yang berfungsi mengontrol tindakan dan memahami informasi, menjadi tidak aktif.
Akibatnya, tubuh tetap bereaksi terhadap ancaman rasa takut meskipun tidak “menerima” stimulasi seksual yang diberikan. Ini adalah tanda bahwa tubuh bereaksi secara alami terhadap ancaman dan bahaya.
Rangsangan orgasme bisa terjadi selama perkosaan atau tindak pelecehan seksual lainnya sebagai respons biologis tubuh. Namun, hal ini tidak menunjukkan kesenangan atau adanya persetujuan dari korban. Bukan berarti korban mendapatkan kepuasan seksual dari kekerasan tersebut.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar