Kesalahpahaman bahwa seks oral adalah aktivitas seksual yang bebas risiko tersebar luas di kalangan dewasa muda, terutama remaja. Studi menunjukkan, mitos “bebas risiko” ini adalah salah satu alasan paling umum yang dilontarkan oleh sebagian besar orang untuk memilih terlibat dalam seks oral daripada hubungan seksual penetrasi penis-vagina (selain menjaga ‘keperawanan’ dan mencegah kehamilan).
Daftar penyakit menular melalui seks oral termasuk, klamidia, sipilis, gonore, herpes simplex, dan HPV. Beberapa jenis tipe HPV oral yang berisiko tinggi telah dikaitkan dengan kanker mulut-tenggorokan (oropharyngeal), yang lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Centers for Disease Control US (CDC) melalui divisi S.T.D Prevention, mencatat bahwa kondisi tertentu dapat memperburuk kemungkinan penularan oral. Ini termasuk gusi berdarah, penyakit gusi atau kesehatan mulut yang buruk, dan sariawan di mulut atau luka pada alat kelamin. Bahkan, cairan pra-ejakulasi dari pasangan seksual yang terinfeksi dapat menularkan penyakit.
Meskipun risiko penularan penyakit-penyakit ini dan infeksi lain, seperti HIV, tergolong lebih rendah untuk seks oral daripada penetrasi dan anal, peneliti enggan untuk membedakan. Menurut mereka, terlepas dari besar kecil peluang, risiko tetaplah risiko. Untuk meminimalisir risiko infeksi, CDC menyarankan strategi pencegahan seperti menggunakan kondom; membatasi jumlah mitra seksual; dan mendapatkan vaksinasi HPV dan hepatitis B jika usia Anda sudah mencukupi.
MITOS 3: Anda tidak bisa hamil lewat seks oral
FAKTA: Benar
Anda tidak bisa hamil lewat seks oral, bahkan jika Anda menelan air mani.