backup og meta

Kenapa Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) Perlu Cek Diabetes?

Kenapa Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) Perlu Cek Diabetes?

Penyakit AIDS disebabkan oleh HIV, yaitu human immunodeficiency virus, yang menyerang sistem kekebalan tubuh (imun). Orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) perlu menjalani pengobatan seumur hidup untuk memperkuat sistem imun sehingga tidak mudah terinfeksi penyakit lain. Namun, pengobatan yang disebut antiretroviral ini biasanya menyebabkan sejumlah efek samping. Salah satu efek sampingnya adalah meningkatkan risiko diabetes. Oleh karena itu sebaiknya ODHA cek diabetes terlebih dahulu sebelum dan selama menjalani pengobatan HIV. Jika Anda atau orang terdekat Anda memiliki HIV, ketahui bagaimana obat antiretroviral dapat meningkatkan risiko diabetes berikut ini. Dengan begitu, Anda bisa mengantisipasi dan mencari solusi untuk mengatasinya.

Bagaimana diabetes bisa berkembang?

Diabetes adalah penyakit di mana insulin dalam tubuh rusak atau tidak dihasilkan sama sekali. Insulin adalah hormon yang bertugas untuk mengolah glukosa (gula) dalam tubuh. Maka, gangguan insulin menyebabkan glukosa yang terlalu tinggi dalam darah.

Glukosa berasal dari pemecahan makanan dan minuman yang dikonsumsi dan merupakan sumber energi utama. Diabetes dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, kerusakan saraf, kebutaan, stroke, dan penyakit ginjal. Untungnya, diabetes dapat dikontrol dengan diet, olahraga, dan obat-obatan.

Glukosa dibawa dalam darah ke sel-sel di seluruh tubuh. Hormon insulin membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Setelah masuk ke dalam sel, glukosa digunakan untuk menghasilkan energi. Bila tubuh mengalami kesulitan memindahkan glukosa ke dalam sel, glukosa akan mengendap di dalam darah dan bisa menyebabkan komplikasi diabetes.

Mengapa sebaiknya ODHA cek diabetes?

Faktor risiko diabetes antara lain adalah berusia di atas 45 tahun, riwayat keluarga diabetes, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, serta kondisi kesehatan atau riwayat penyakit tertentu. 

Nah, penggunaan beberapa obat HIV seperti obat nukleosida reverse transcriptase inhibitor (NRTI) dan protease inhibitor (PI) dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada orang dengan HIV. Obat-obatan HIV ini membuat tubuh lebih sulit merespons dan menggunakan insulin (dikenal dengan istilah resistensi insulin). Resistensi insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, yang bisa mengakibatkan diabetes tipe 2.

Karena pengobatan inilah ODHA jadi lebih rentan kena diabetes. Jadi, diabetes bisa saja muncul sebagai efek samping pengobatan dari penyakit AIDS yang sudah lebih dulu menyerang pasien.

Bagaimana cara ODHA cek diabetes?

Tes umum yang digunakan untuk mendiagnosis diabetes adalah tes glukosa plasma puasa (FPG). Tes FPG mengukur jumlah glukosa dalam darah setelah seseorang belum makan atau puasa selama 8 jam.

Orang dengan HIV harus mengetahui kadar glukosa darah mereka sebelum memulai pengobatan dengan obat HIV. Orang dengan kadar glukosa di atas normal mungkin perlu menghindari penggunaan beberapa obat HIV. Tes glukosa darah juga penting setelah memulai pengobatan HIV. Jika pengujian menunjukkan kadar glukosa yang tinggi, perubahan obat HIV mungkin diperlukan. Namun, ini semua harus dikonsultasikan dulu dengan dokter yang menangani Anda. 

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

HIV/AIDS and Diabetes http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/related-conditions/hivaids-and-diabetes.html diakses 25 November 2017.

HIV Treatment https://www.everydayhealth.com/hiv/guide/#hiv-treatment diakses 25 November 2017.

Versi Terbaru

18/12/2020

Ditulis oleh Andisa Shabrina

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Ririn Sjafriani


Artikel Terkait

Dominan dan Submisif dalam Hubungan, Apa Artinya?

Jika Mendapatkan Kiriman Foto Kelamin, Ikuti Tips Ini!


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 18/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan