Di rumah sakit, ada beragam istilah darurat yang dikomunikasikan melalui kode warna, salah satunya code blue. Kode warna ini menggambarkan adanya keadaan darurat medis yang dialami oleh pasien di rumah sakit.
Tidak hanya kode biru, masih ada kode-kode warna lainnya dengan arti yang berbeda-beda. Berikut penjelasan selengkapnya.
Apa arti code blue di rumah sakit?
Code blue adalah kode yang menjadi pertanda adanya pasien dengan kondisi darurat medis. Ketika diumumkan, tim khusus yang sudah ditugaskan akan bergegas menuju kamar pasien.
Biasanya, kode biru diumumkan saat pasien mengalami henti jantung atau tidak bernapas. Pertolongan pertama akan langsung diberikan sembari menunggu lebih banyak bantuan.
Di beberapa rumah sakit, code blue hanya dikhususkan bagi pasien yang mengalami henti jantung. Selain itu, ada rumah sakit yang menerapkan kode ini khusus untuk pasien dewasa.
Tugas tim rumah sakit saat code blue diumumkan
Setiap rumah sakit umumnya telah mempersiapkan tim khusus untuk menanggapi kode biru. Ketika diumumkan, tiap anggota tim telah mengetahui tugasnya masing-masing dengan baik.
Dengan begitu, tidak ada sedikit pun waktu yang terbuang sia-sia. Setiap detik tentu menjadi waktu yang berharga bagi keselamatan nyawa pasien.
Menurut studi berjudul Code blue – Do you know what to do, berikut pembagian tugas tim kode biru di rumah sakit.
1. Petugas resusitasi jantung paru (CPR)
Petugas resusitasi jantung paru (CPR) merupakan orang yang pertama kali merespon kode biru. Tugasnya adalah melakukan kompresi dada pasien sebanyak 100 kali per menit.
Kompresi dada dilakukan untuk membantu sirkulasi darah kaya oksigen. CPR akan diberikan secara bergantian oleh orang yang berbeda setiap dua menit untuk menjaga kestabilan kompresi.
2. Airway manager
Airway manager bertugas memperhatikan jalan napas pasien. Orang yang ada di posisi ini harus bisa mengoperasikan bag valve mask (ambu bag) dengan benar.
Tingkat oksigen yang diberikan ke pasien harus diatur dengan tepat. Airway manager juga wajib memastikan udara dapat masuk dan keluar dengan baik.
3. Operator defibrillator
Jika asupan oksigen telah terpenuhi dengan baik, giliran operator defibrilator yang menjalankan tugasnya. Tegangan listrik harus diberikan dalam jumlah yang tepat untuk menolong pasien.
Selain itu, tegangan yang terlalu tinggi dapat membahayakan orang-orang di sekitar. Maka saat akan dilakukan defibrilasi, petugas akan memberi kode agar semua orang sekitarnya menjauh sementara.
Setelah defibrilasi, kompresi dada biasanya akan kembali dilakukan.
4. Operator emergency trolley
Operator emergency trolley akan siap siaga di sisi pasien. Orang yang ada dalam posisi ini harus mengetahui di mana letak peralatan atau obat yang diperlukan dalam troli dengan cepat.
Saat pasien memerlukan obat, operator emergency trolley harus bergegas memberikannya. Jika terlambat memberikan obat, hal tersebut tentu dapat membahayakan nyawa pasien.
5. Leader atau koordinator tim
Leader atau koordinator tim biasanya ditugaskan pada dokter jaga. Tugas koordinator tim yaitu memantau detak jantung pasien, resusitasi ketika henti jantung terjadi, dan berkomunikasi dengan anggota tim lainnya.
Seorang leader harus memberikan instruksi yang jelas. Kemudian, anggota tim yang diberi tugas akan mengulang instruksi, melakukan eksekusi, dan memberikan laporan.
6. Dokumenter
Dokumenter bertanggung jawab untuk mendokumentasikan proses code blue. Orang dengan tugas ini juga akan diberi tanggung jawab sebagai berikut.
- Mencatat informasi seperti detak jantung pasien sebelum defibrilasi.
- Memberitahu pergantian kompresi dada setiap dua menit.
- Menginformasikan obat terakhir yang diterima pasien.
Arti kode warna lain di rumah sakit
Selain code blue, ada beberapa kode warna lain di rumah sakit. Tiap kode warna menjelaskan kondisi darurat yang berbeda.
Code emergency tidak diatur oleh peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3-RS). Pada PMK 66 tahun 2016 tentang K3RS, tidak ada aturan baku soal daftar kode darurat.
Di sana dijelaskan bahwa kode darurat sebaiknya diatur oleh masing-masing rumah sakit. Maka dari itu, daftar kode darurat di satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya berbeda beda.
Meski demikian, berikut beberapa kode warna yang umum digunakan di rumah sakit dan artinya.
1. Code red
Kode warna merah (red) menjadi tanda seseorang melihat asap atau api. Dalam situasi ini, evakuasi akan dilakukan dengan memindahkan orang-orang ke tempat aman.
Selain evakuasi, beberapa petugas akan mencoba melakukan penanggulangan pertama pada kebakaran, seperti memadamkan api. Jika api sudah sangat besar, pihak rumah sakit akan menghubungi pemadam kebakaran.
2. Code silver
Kode warna perak atau silver menandakan adanya orang bersenjata di rumah sakit. Warna kode ini juga akan diberikan jika terjadi penyanderaan.
Ketika mendapatkan kode ini, pihak rumah sakit akan mengunci semua kamar untuk melindungi pasien. Polisi juga akan segera dihubungi untuk memberikan bantuan.
3. Code purple atau pink
Code purple atau pink diumumkan saat terjadi penculikan bayi atau anak di rumah sakit. Tim keamanan bergerak menyaring orang-orang yang hendak meninggalkan rumah sakit.
Jika bayi atau anak tidak segera ditemukan, kepolisian pun akan dihubungi. Langkah ini dilakukan untuk membantu menemukan anak tersebut.
4. Code orange
Kode warna orange menjadi pertanda adanya orang yang terkontaminasi bahan berbahaya. Orang tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar rumah sakit.
Untuk mengatasinya, pihak rumah sakit akan mengamankan orang yang terpapar bahan berbahaya. Evakuasi mungkin akan dilakukan jika penyebarannya sudah sangat parah.
5. Code black
Kode hitam di rumah sakit menjadi tanda adanya pelaku atau benda diduga bom. Saat kode ini diumumkan, pihak rumah sakit kemudian akan segera menghubungi polisi.
Nantinya, polisi akan mengamankan barang mencurigakan yang diduga sebagai bom. Selain itu, proses evakuasi juga akan dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban.
Tujuan pemberian kode warna di rumah sakit
Pemberian kode warna di rumah sakit bertujuan untuk mencegah kekacauan. Lewat kode warna, penanganan bisa cepat dilakukan tanpa membuat pengunjung rumah sakit panik.
Namun, untuk kasus kebakaran, kode warna jarang digunakan. Pihak rumah sakit sering kali lebih memilih untuk mengumumkannya secara langsung untuk mempercepat proses evakuasi.
[embed-health-tool-bmi]