backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kenapa Kita Harus Bisa Kentut Setelah Operasi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Tanggal diperbarui 22/06/2021

    Kenapa Kita Harus Bisa Kentut Setelah Operasi?

    Dokter maupun perawat biasanya akan mendorong setiap pasiennya agar langsung kentut setelah operasi. Meski malu, sangat penting bagi Anda mengikuti petunjuk ini untuk menghindari risiko komplikasi yang tidak diinginkan muncul setelah operasi.

    Yang terjadi pada tubuh selama Anda dioperasi

    kentut berlebih saat menstruasi

    Dokter biasanya menganjurkan setiap pasiennya agar kentut setelah operasi, terutama setelah operasi besar yang mengharuskan pasien dibius total dengan anestesi umum.

    Ketika Anda berada di bawah pengaruh bius total, sebagian besar fungsi tubuh Anda akan “dimatikan” untuk sementara sehingga Anda tidak dapat merasakan sensasi apa pun, tidak dapat bergerak, dan tidak akan menyadari apa saja yang tengah berlangsung selama prosedur.

    Efek anestesi tersebut akan memperlambat gerak usus. Hal ini dapat meningkatkan peluang terjadinya penyumbatan usus, sebuah komplikasi pascaoperasi yang disebut post-operative ileus atau POI.

    Ileus POI adalah risiko komplikasi pascaoperasi yang fatal

    Penyumbatan usus (ileus) adalah risiko komplikasi pascaoperasi yang paling diwaspadai karena dapat berkembang menjadi situasi yang serius dan berpotensi mengancam jiwa.

    Gerak peristaltik usus normal sangat diperlukan untuk memproses setiap makanan yang masuk dari mulut setelah Anda pulih dari operasi hingga akhirnya dibuang keluar lewat anus. Namun, orang-orang sering tidak menyadari bahwa gerak ususnya masih lambat setelah pulih dari operasi dan terus saja makan. Padahal dibanding organ tubuh lainnya, usus membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa benar-benar pulih dari efek bius anestesi setelah operasi.

    Artinya, makanan akan dibiarkan terus menumpuk tanpa dicerna hingga akhirnya mengeras hingga menyebabkan penyumbatan usus. Tanpa perawatan, sumbatan tersebut lama-lama bisa melubangi atau merobek usus. Kondisi ini disebut sebagai perforasi usus. Adanya lubang akan menyebabkan isi usus, yang mengandung banyak bakteri, bocor ke area rongga tubuh Anda. Ini bisa berujung pada kematian organ dan infeksi yang mematikan.

    Kentut setelah operasi tanda Anda terhindar dari risiko POI

    Kemampuan untuk bisa kentut setelah operasi menjadi pertanda utama bagi tim dokter bahwa saluran pencernaan pasien sudah benar-benar pulih dan berfungsi baik, sehingga terhindar dari risiko komplikasi POI.

    Dokter bahkan berhak untuk tidak membolehkan pasiennya langsung pulang ke rumah jika belum juga kentut setelah operasi rawat jalan. Itulah sebabnya kentut menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu dalam beberapa jam setelah operasi.

    Tidak usah malu atau panik jika belum kentut setelah operasi

    Kentut adalah tanda bahwa gas dalam perut sudah tidak terperangkap lagi karena fungsi sistem pencernaan Anda sudah kembali normal.

    Maka, jangan pernah ragu atau bahkan malu jika ketahuan buang gas setelah operasi. Katakan secepatnya ke dokter jika Anda sudah berhasil kentut. Begitu juga sebaliknya. Segera laporkan ke dokter jika Anda tidak kunjung buang gas. Jika Anda belum berhasil kentut, biasanya dokter tidak memperbolehkan Anda untuk makan setelah operasi.

    Untuk menahan lapar sekaligus merangsang buang angin, kemungkinan dokter akan menganjurkan Anda makan makanan cair seperti jus atau mengunyah permen karet 3 kali sehari selama 15-30 menit.

    Sembari menunggu datangnya kentut, perhatikan juga kemungkinan munculnya tanda-tanda dan gejala POI seperti di bawah ini.

    • Mual dan muntah
    • Kembung
    • Perut terasa sangat nyeri
    • Tidak juga kentut
    • Sulit BAB

    Jika ada salah satu gejala di atas, segera laporkan ke dokter Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Tanggal diperbarui 22/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan