Kenyataannya, dr. Mark Wolraich, pakar perilaku anak di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma, berargumen bahwa bermain spinner justru akan membagi fokus anak. Bukannya fokus pada satu hal saja, otak malah bekerja multitasking untuk menyeimbangkan koordinasi antara gerak mata dan tangan selama memutar mainan.
“Hal-hal yang memiliki pola berulang akan lebih menyulitkan anak-anak ADHD untuk bisa memfokuskan perhatiannya. Jadi, mainan ini mungkin bisa memperburuk kondisi anak tersebut,” Wolraich berargumen, mengutip dari laporan studinya dalam Journal of the Pakistan Medical Association.
4. Mengasah motorik halus
Merangkum isi sebuah studi terbitan jurnal Scientific Reports tahun 2018, mainan fidget tampaknya berpotensi menguntungkan untuk mengasah keterampilan dan kontrol motorik halus anak.
Bermain fidget dipercaya membantu melatih koordinasi antara gerak tangan dengan mata. Sebab pada dasarnya, permainan ini membutuhkan kerja sama yang konstan antara fungsi kognitif dan motorik otak. Anda harus bisa berkonsentrasi untuk terus memutar mainan tersebut, sementara mata tetap awas memerhatikan, dan jari jemari Anda menggerakkannya.
Meski begitu, perlu dipahami bahwa mainan fidget tidak pernah ditujukan sebagai alat medis yang bertujuan untuk meningkatkan atau menjaga kesehatan. Di samping itu, studi ilmiah yang benar-benar meneliti kegunaan mainan ini dalam bidang kesehatan juga masih sangat sedikit.
Bisa dibilang klaim manfaat fidget spinner yang ada selama ini hanya dikemas sebagai strategi pemasaran agar produk tersebut diminati banyak orang.
Bahaya fidget spinner yang perlu diwasapdai

Sampai saat ini belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan manfaat mainan ini untuk kesehatan. Namun, fidget spinner tetap saja memiliki banyak peminat.
Jika Anda salah satu penggemar mainan ini, sebaiknya pahami dulu apa risiko yang mungkin tidak pernah disadari. Di balik bentuknya yang kecil, mainan ini bisa menyebabkan efek samping berbahaya. Terutama untuk anak-anak.
1. Mengganggu belajar
Ketika anak sudah sangat keranjingan mainan ini, ia akan terus memainkannya di mana saja. Termasuk di sekolah. Padahal, bermain fidget dapat membuyarkan konsentrasi anak. Di saat anak harus belajar, ia justru sibuk memutar-mutarkan tangannya untuk bermain.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, fokus otak malah akan bercabang selama anak bermain karena tanpa disadari ia jadi harus multitasking. Nah selain dengan tangan, menggerakkan suatu benda juga membutuhkan fokus mata untuk mengawasi agar tidak berhenti tiba-tiba. Inilah yang kemudian memecah perhatian anak dari apa yang sedang dijelaskan oleh guru di kelas.
Ia harus bisa fokus belajar. Namun di saat yang bersamaan, mereka juga harus terus menyeimbangkan koordinasi antara gerak mata dan tangan untuk memutar mainan itu. Kesemua hal tersebut membutuhkan kerja otak yang tidak main-main. Akibatnya, anak malah jadi tidak bisa fokus dan lebih cepat capek.
Jika dibiarkan terus-terusan, hal tentu mengganggu waktu belajar anak di sekolah. Di Amerika Serikat, kebanyakan sekolah bahkan sudah melarang siswa membawa fidget spinner karena dianggap mengganggu kegiatan belajar-mengajar (KBM) kelas.
Sama halnya dengan anak-anak, orang dewasa juga bisa kecanduan mainan ini. Kecanduan mainan ini bisa membuat kerja jadi tidak produktif. Apalagi jika Anda tidak bisa mengatur waktu dengan baik.
2. Risiko tersedak
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa mainan ini bisa sampai menyebabkan tersedak. Faktanya, ini bukanlah hal yang mustahil. Risiko tersedak bisa terjadi jika mainan ini tak sengaja lepas atau patah, kemudian tertelan dan tersangkut di tenggorokan.
Tersedak merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di kalangan anak-anak. Apalagi untuk anak di bawah usia tiga tahun. Dalam laman American Academy of Pediatrics, disebutkan bahwa koin, makanan, dan mainan merupakan benda-benda yang paling berpotensi menyebabkan tersedak. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
Dikutip dari laman CNN, Britton Joniec yang berusia 10 tahun dari Houston, Amerika Serikat sempat membuat geger karena tak sengaja menelan komponen fidget spinner. Hal tersebut membuatnya kesulitan bernapas hingga tercekik.
Untungnya, Britton berhasil diselamatkan melalui tindakan operasi endoskopi untuk mengambil komponen mainan yang tersangkut di batang kerongkongannya.
Tips aman bermain fidget spinner

Jika digunakan secara bijak, mainan ini memang efektif untuk menghalau rasa bosan. Namun, ingat! Gunakan mainan ini secara bijak. Jangan sampai mainan yang didesain untuk hiburan ini justru membuat Anda atau orang lain celaka.
Nah, guna menghindari berbagai bahaya fidget spinner seperti di atas, berikut beberapa langkah jitu yang harus Anda perhatikan.
1. Jangan berikan pada batita
Mainan ini terdiri dari elemen-elemen kecil yang mudah dilepas-pasnag sehingga tidak aman digunakan oleh anak di bawah usia tiga tahun.
Oleh sebab itu, penting bagi para orangtua untuk memberikan mainan yang aman kepada anak-anaknya. Pastikan juga mainan yang Anda berikan sesuai dengan usia anak. Secara fungsi fisik, batita memang sudah bisa memainkan spinner. Namun, mereka tidak akan mendapatan manfaat dari mainan tersebut.
Mainan ini baru dianggap aman untuk anak yang berusia di atas 12 tahun.
2. Beli yang berkualitas baik
Ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan sebelum membelikan fidget untuk anak, di antaranya:
- Pastikan setiap sisi mainan tidak ada bagian yang tajam.
- Pastikan tidak ada lapisan pewarna mainan yang mengelupas.
- Pastikan setiap bagian mainan tidak mudah dibuka, dilepas, dipatahkan, atau dihancurkan dengan tangan anak.
- Pastikan mainan tidak memiliki kepingan magnet yang mudah lepas.
- Pastikan tidak ada bagian berupa kawat panjang yang lebih dari 18 cm.
- Pastikan mainan terbuat dari bahan dan aman. Hindari mainan yang mengandung bahan seperti merkuri, kadmium, arsenik, phthalate, dan bahan kimia lainnya.
- Pastikan mainan cukup kuat sehingga awet terus digunakan.
Ingat saja bahwa jika suatu mainan dapat molos melewati lubang karton tisu gulung, maka jangan diberikan pada anak kecil.
Pastikan juga kalau Anda membeli mainan ini di toko yang terpercaya untuk memastikan bahwa mainan tersebut sudah lolos uji keamanan. Jangan langsung tergiur dengan harga yang murah. Belilah mainan yang kualitasnya sudah terjamin, meski mungkin harus merogoh kocek lebih dalam.
3. Selalu awasi anak ketika mereka bermain
Anda yang dewasa tentu sudah bisa mengira-ngira mana mainan yang berbahaya dan tidak. Namun, lain dengan anak-anak. Dari kejadian Britton Joniec, kita dapat belajar bahwa anak usia 10 tahun saja masih berisiko tersedak ketika memainkan fidget spinner.
Jadi, untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, orangtua sebaiknya selalu mengawasi anak-anak ketika mereka sedang bermain. Ajari mereka tentang cara bermainnya yang aman. Jangan lupa terus ada di dekat anak untuk memastikan mereka sudah menggunakan mainan tersebut dengan cara yang benar.
4. Jangan tergoda dengan jargon “mainan cerdas”
Anda juga sebaiknya tidak mudah terbuai dengan embel-embel “mainan cerdas” yang kini banyak beredar di pasaran. Sebagai orangtua, tentu Anda ingin memberikan mainan yang bermanfaat dan mendukung perkembangan buah hati.
Namun, hati-hati. Beberapa mainan yang diklaim sebagai “mainan cerdas” sebenarnya tidak selalu baik untuk anak. Malah sebaliknya, mainan tersebut justru dapat mematikan kreativitas anak.
Baiknya, orangtua memberikan mainan yang menawarkan membantu merangsang pertumbuhan serta kreativitas anak ke depannya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar