backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Lapar Saat Mencium Aroma Makanan? Kenapa, Ya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Satya Setiadi · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 07/07/2021

    Lapar Saat Mencium Aroma Makanan? Kenapa, Ya?

    Saat berjalan dan tiba-tiba mencium aroma makanan, banyak orang kemudian merasa lapar dan ingin makan. Mencium aroma makanan bukan melihat makanan memang kadang membuat kita merasa lapar. Terlebih lagi, aroma yang kita cium adalah makanan yang kita suka. Wah, pasti sudah sekali untuk menolak keinginan untuk makan. Tapi, kenapa sih mencium aroma makanan membuat kita lapar?

    Kenapa aroma makanan membuat kita ingin makan?

    Makanan memang sangat menggoda. Belum melihat makanan, hanya mencium aromanya saja sudah bisa membuat kita lapar dan membuat ingin makan lagi dan lagi. Para penjual makanan pun memanfaatkan hal ini untuk menarik pelanggan. Anda mungkin sudah sering menemukan penjual makanan yang sengaja menaruh dapurnya atau memasak makanan dekat dengan jalan yang suka dilalui orang. Ini mungkin merupakan salah satu caranya untuk menarik orang yang sedang jalan untuk membeli makanannya.

    Aroma makanan dapat memicu isyarat air liur untuk meningkatkan aktivitas di otak dalam mengirimkan informasi. Sebuah penelitian tahun 2010 menemukan bahwa aroma manis atau berlemak dapat mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan motivasi untuk mendapatkan makanan tersebut. Jadi, tidak heran jika Anda langsung lapar dan mungkin tambah lapar saat mencium aroma makanan. Aroma makanan ini berhubungan dengan bagian otak yang mengontrol asupan makan.

    Rasa lapar membuat Anda lebih sensitif terhadap aroma makanan

    Saat Anda lapar, kemampuan Anda dalam mencium aroma makanan menjadi lebih baik. Hidung Anda lebih bisa mencium aroma makanan sedikit pun, sehingga Anda mulai tertarik untuk mencarinya dan Anda mulai lapar. Ini mungkin naluri alami dari manusia. Meskipun, mekanisme bagaimana otak mengontrol sensasi lapar, aroma, dan  asupan makan belum dipahami lebih lanjut.

    Saat Anda lapar, mekanisme otak dalam mencium aroma makanan meningkat. Ini bisa terjadi karena sistem endocannabinoid. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid dapat mengontrol asupan makanan dengan menggunakan indera penciuman. Endocannabinoid adalah bahan kimia yang dibuat tubuh dan berfungsi untuk mengirim pesan antar sel. Reseptor di sistem endocannabinoid berhubungan dengan sensasi, seperti euforia, kecemasan, dan rasa sakit.

    Peneliti menemukan bahwa reseptor cannabinoid CB1 di otak menghubungkan sistem saraf yang memproses bau (olfactory bulb) dengan struktur otak yang lebih tinggi yang berhubungan dengan bau (korteks penciuman). Sensasi lapar dapat mengaktifkan reseptor CB1, kemudian ini akan mengaktifkan olfactory bulb dan korteks penciuman. Jadi, mekanisme yang terjadi dalam otak ini dapat meningkatkan kepekaan Anda terhadap aroma makanan saat lapar. Kemudian, hal ini dapat meningkatkan keinginan Anda untuk makan juga.

    Rasa lapar dan aroma makanan dapat membuat Anda makan lebih banyak

    Penelitian dalam jurnal Appetite menunjukkan bahwa rasa lapar setelah puasa selama 24 jam dapat meningkatkan kemampuan indera penciuman dan membuat Anda ingin makan lebih banyak dari biasanya. Tak heran, saat Anda lapar dan mencium aroma makanan, Anda akan menjadi lebih lapar dan ingin langsung makan.

    Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Eating Behaviors tahun 2003. Penelitian ini menunjukkan bahwa aroma makanan dapat menyebabkan seseorang untuk makan berlebih. Peneliti menemukan bahwa anak dengan kelebihan berat badan dapat makan lebih banyak setelah mencium aroma makanan. Aroma makanan yang kuat di saat Anda benar-benar lapar mungkin dapat membuat nafsu makan Anda sangat meningkat dan membuat Anda makan lagi dan lagi. Pada akhirnya, berat badan Anda pun bertambah.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Satya Setiadi

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 07/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan