“Hai, cantik! Kok, wajahnya judes banget?” Pernahkah Anda mendapat komentar seperti ini? Jika iya, berarti Anda menjadi korban catcalling. Biasanya hal seperti ini dialami perempuan dan pelaku yang melontarkan sapaan genit ini adalah laki-laki. Meski terdengar sepele dan tidak menyebabkan masalah fisik, catcalling termasuk dalam pelecehan seksual.
Apa itu catcalling?
Catcalling adalah jenis pelecehan seksual verbal yang biasanya dilakukan di tempat umum ketika seseorang mendapatkan komentar bersifat seksual atau ucapan yang merendahkan secara fisik.
Bentuk catcalling dapat berupa siulan, panggilan seperti “hai, cantik”, komentar fisik yang tidak pantas, atau bahkan ejekan untuk mempermalukan atau mengintimidasi.
Perilaku ini sering kali dianggap sebagai perilaku yang mengganggu dan tidak sopan karena membuat korban merasa tidak nyaman, terintimidasi, atau tidak aman.
Meski terdengar sepele, perilaku catcalling bisa memberikan dampak mendalam pada korban, mulai dari ketidaknyamanan hingga trauma psikologis.
Perilaku ini biasanya dilakukan oleh segerombolan pria terhadap wanita. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pria juga bisa menjadi korban, baik oleh sesama pria maupun oleh wanita.
Jenis-jenis catcalling
Dikutip dari The Line, berikut adalah beberapa jenis catcalling yang sering terjadi.
- Siulan atau panggilan: siulan, teriakan, atau panggilan, seperti “hai, cantik”, “sayang”, atau panggilan lain yang bernada merendahkan atau seksual.
- Komentar seksual: komentar yang tidak diminta tentang penampilan fisik seseorang, seperti “kamu seksi banget” atau “mukamu manis, senyumnya mana?”.
- Gerakan fisik: isyarat tangan atau gerakan tubuh yang mengandung makna seksual, seperti menjulurkan lidah, mengedipkan mata, atau membuat gerakan yang tidak sopan.
- Siulan menggoda atau tertawa mengejek: siulan yang bernada menggoda atau tertawa yang dimaksudkan untuk mempermalukan atau mengintimidasi korban.
- Komentar mengintimidasi: ucapan yang bertujuan untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi, seperti “kamu mau ke mana, sendirian aja?” atau “jangan jalan malam-malam, bahaya loh”.
- Mengikuti atau mengganggu secara fisik: situasi di mana pelaku mengikuti korban atau mendekati mereka secara fisik dengan cara yang menakutkan atau mengganggu.
- Memotret atau merekam tanpa izin: mengambil foto atau video tanpa persetujuan korban, terutama dengan fokus pada bagian tubuh tertentu, yang juga termasuk dalam tindakan catcalling.
- Komentar mengandung ancaman: ucapan yang mengandung ancaman kekerasan seksual, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak aman.
Apa yang harus dilakukan saat mengalami catcalling?
Dampak catcalling pada korban
Beberapa pelaku mungkin mengatakan catcalling yang dilakukannya sekadar candaan. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai pujian karena komentar itu ditujukan kepada perempuan cantik.
Salah satu penelitian dalam jurnal Psychology & Sexuality mengatakan bahwa tujuan seseorang melakukan catcalling ialah mengekspresikan ketertarikan seksual.
Namun, hal ini tidak dapat dijadikan pembenaran. Bagi korban, catcalling sama sekali bukan hal yang lucu atau menarik, justru bisa menimbulkan rasa jengkel dan frustrasi.
Korban bahkan bisa merasa marah sekaligus rapuh karena situasi tersebut membuatnya kehilangan kendali atas ruang pribadi dan keamanan diri.
Berikut dampak lebih lanjut yang bisa dialami korban ketika menerima perilaku catcalling.
1. Penurunan rasa percaya diri
Mendapatkan komentar yang merendahkan atau seksual bisa sangat merusak rasa percaya diri korban.
Pengalaman ini bisa membuat korban merasa tidak dihargai dan direndahkan karena hanya dianggap sebagai objek fisik.
Dalam jangka panjang, perasaan ini dapat mengikis kepercayaan diri dan membatasi kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia secara bebas dan percaya diri.
2. Trauma
Salah satu penelitian dalam jurnal Ath-Thariq: Jurnal Dakwah dan Komunikasi mengatakan bahwa catcalling bisa membuat korbannya trauma, terutama jika dihadapkan pada situasi yang sama.
Banyak korban yang akhirnya menghindari tempat atau situasi tertentu di mana mereka merasa rentan terhadap catcalling.
Ini bisa membatasi kebebasan mereka dan berdampak pada aktivitas sehari-hari.
3. Perubahan perilaku
Beberapa korban mungkin mulai mengubah cara berpakaian, rute perjalanan, atau pola interaksi sosial sebagai upaya untuk menghindari catcalling.
Misalnya, seseorang mulai memilih pakaian yang lebih longgar atau kurang menarik secara visual dengan harapan dapat mengurangi perhatian yang tidak diinginkan.
Korban mungkin juga memilih untuk menghindari jalan-jalan tertentu atau waktu-waktu tertentu yang lebih berisiko untuk mengalami catcalling.
4. Menghindari aktivitas sosial
Catcalling dapat memberikan dampak yang besar bagi korban, terutama jika mereka mengalami kejadian berulang atau memiliki pengalaman sebelumnya dengan pelecehan atau kekerasan.
Korban mungkin mulai menghindari aktivitas sosial, tempat-tempat umum, atau bahkan interaksi dengan orang lain.
Isolasi sosial ini dapat memperburuk perasaan kesepian dan mengurangi dukungan sosial yang tersedia.
Jika dampak catcalling mulai mengganggu sangat penting untuk mencari dukungan. Ceritakan pengalaman Anda kepada teman atau orang terdekat yang Anda percayai.
Jika perasaan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari atau kesehatan mental Anda, jangan ragu untuk menghubungi seorang psikolog.
Profesional kesehatan mental dapat membantu Anda mengatasi dampak emosional, memberikan strategi koping, dan mendukung Anda dalam proses pemulihan.
Ringkasan
- Catcalling adalah bentuk pelecehan seksual verbal yang biasanya terjadi di tempat umum, di mana seseorang menerima komentar yang merendahkan atau bersifat seksual dari orang lain.
- Meskipun terlihat sepele, perilaku ini dapat memiliki dampak mendalam pada korban, termasuk penurunan rasa percaya diri, trauma, perubahan perilaku, dan isolasi sosial.
[embed-health-tool-bmi]