backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Cara Menggunakan Autoklaf, Fungsi, dan Prinsip Kerjanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 10/01/2024

Cara Menggunakan Autoklaf, Fungsi, dan Prinsip Kerjanya

Anda mungkin tahu bahwa beberapa peralatan medis, seperti pisau bedah, digunakan berulang alias tidak sekali pakai. Untuk menjamin peralatan ini tetap steril, dokter dan tenaga medis menggunakan perangkat khusus yang disebut autoklaf.

Apa itu autoklaf?

Autoklaf (autoclave) adalah alat sterilisasi berupa ruang kedap udara yang menggunakan uap air, tekanan, dan panas untuk menghilangkan mikroorganisme.

Dengan begitu, perangkat ini mampu membunuh jamur, bakteri, virus, dan parasit yang terdapat pada bahan laboratorium, alat untuk prosedur bedah, dan bahkan limbah medis.

Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi medis diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Charles Chamberland, seorang ahli mikrobiologi asal Prancis, pada tahun 1879.

Penemuan ini memiliki peranan penting dalam memerangi penyakit menular, khususnya dalam memungkinkan praktik bedah yang aman dengan peralatan yang steril.

Macam-macam autoklaf

Berdasarkan prinsip kerjanya, perangkat autoklaf terbagi dalam dua jenis seperti berikut.
  • Gravity displacement autoclave: memanfaatkan keringanan uap untuk memindahkan dan meningkatkan tekanan udara dalam ruangan untuk sterilisasi.
  • Vacuum autoclave: menghilangkan udara dengan vakum sebelum memasukkan uap untuk memastikan sterilisasi menyeluruh ke seluruh permukaan benda.

Fungsi autoklaf dalam dunia kesehatan

sterilisasi alat bedah

Di dalam dunia medis, sterilisasi dengan perangkat autoclave sangat penting untuk memastikan keamanan pasien dan tenaga medis yang terlibat di dalamnya.

Beberapa fungsi utama autoklaf dalam dunia kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Pensterilan peralatan bedah

Berbagai peralatan atau instrumen bedah, seperti pisau bedah, jarum, atau forsep, tentu akan bersentuhan dengan tubuh pasien selama prosedur operasi berlangsung.

Autoklaf memastikan instrumen ini benar-benar bebas dari mikroorganisme berbahaya. Hal ini membantu mencegah komplikasi pasca-operasi, khususnya infeksi.

2. Pembersihan bahan laboratorium

Penggunaan autoclave juga membantu mensterilkan alat dan bahan laboratorium yang digunakan dalam pengujian dan penelitian, misalnya tabung reaksi, gelas ukur, atau media kultur.

Prosedur ini dapat meningkatkan akurasi pemeriksaan laboratorium yang penting untuk diagnosis dan perawatan pasien di fasilitas kesehatan.

3. Pemusnahan limbah medis

Sebelum dimusnahkan, limbah medis seperti jarum suntik, perban, dan sarung tangan bekas perlu disterilisasi terlebih dahulu untuk menghilangkan kemungkinan kontaminasi.

Pasalnya, limbah yang terkontaminasi virus atau bakteri dari pasien ini dapat menyebarkan infeksi ke lingkungan sekitar bila tidak ditangani dengan benar.

Cara kerja sterilisasi autoklaf

Secara umum, cara kerja dari perangkat autoklaf ini didasarkan pada prinsip pemanasan dan peningkatan tekanan dalam ruang tertutup.

Tekanan tinggi ini mampu meningkatkan titik didih air untuk memaksimalkan proses sterilisasi.

Pada tekanan atmosfer normal (760 mmHg), air akan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius (℃). Namun, titik didih air akan meningkat bila tekanannya ditingkatkan.

Prinsip ini digunakan dalam autoclave, di mana tekanan dalam ruang tertutup dan kedap udara akan ditingkatkan hingga 20 psi atau 1.034 mmHg.

Tekanan ini membuat titik didih air menjadi lebih tinggi, yakni sekitar 121℃. Suhu tinggi ini bisa membunuh semua mikroorganisme, termasuk virus, bakteri, jamur, dan parasit.

Dikutip dari situs Environmental Health & Safety Princeton University, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan sebagian besar mikroorganisme bergantung pada suhu dan tekanan.

Dalam suhu 121℃ dan tekanan 20 psi, proses sterilisasi memerlukan waktu sekitar 30 menit.

Tata cara sterilisasi menggunakan autoklaf

autoclave

Meski autoclave sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme berbahaya, alat ini harus digunakan dengan benar agar hasilnya optimal.

Mengetahui langkah-langkah yang tepat seperti di bawah ini juga menjamin keselamatan Anda selama menggunakan perangkat autoklaf.

  1. Selalu kenakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, kacamata pengaman, dan jas laboratorium, sebelum menggunakan autoklaf.
  2. Masukkan air ke dalam penampungan sesuai dengan indikator pada wadah.
  3. Letakkan barang-barang yang akan disterilkan dalam rak autoklaf. Berikan jarak pada tiap alat yang akan disterilkan untuk melancarkan sirkulasi uap.
  4. Tutup rapat pintu autoklaf dan kencangkan pengaman untuk mencegah kebocoran uap.
  5. Atur suhu, tekanan, dan waktu penggunaan autoklaf sesuai dengan barang yang akan disterilkan, kemudian tekan tombol start atau mulai.
  6. Tunggu proses sterilisasi dengan autoklaf selesai dan jangan membuka pintu sampai indikator tekanan menunjukkan angka nol.
  7. Kenakan sarung tangan tahan panas saat membuka pintu, lalu keluarkan barang dan tunggu hingga dingin sebelum menggunakannya.
  8. Bersihkan bagian dalam autoklaf dengan larutan disinfektan setelah digunakan.

Pemakaian perangkat autoklaf atau autoclave sangat penting untuk menjaga keamanan pasien.

Maka dari itu, Anda sebagai pasien maupun kerabat pasien tidak perlu lagi khawatir pada risiko penularan penyakit infeksi dari peralatan medis yang tidak steril.

Kesimpulan

  • Autoklaf atau autoclave adalah alat sterilisasi yang menggunakan uap air, tekanan, dan panas untuk membunuh mikroorganisme berbahaya.
  • Perangkat ini berfungsi untuk mensterilkan peralatan bedah, membersihkan bahan laboratorium, dan memusnahkan limbah medis.
  • Prinsip kerja dari autoklaf adalah meningkatkan titik didih air menggunakan tekanan tinggi dalam ruang kedap udara.
  • Umumnya, sterilisasi dengan autoklaf dilakukan dengan tekanan 20 psi dan suhu 121℃ dalam waktu sekitar 30 menit.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 10/01/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan