Telur infertil kerap dijual di pasaran. Karena harga per satu kilonya dibanderol dengan harga miring, tak heran bila banyak masyarakat yang membeli telur infertil sebagai pengganti telur biasa yang lebih murah. Namun, apakah telur jenis ini aman untuk dimakan?
Apa itu telur infertil?
Mungkin masih ada sebagian orang yang berpikir bahwa semua telur yang dihasilkan termasuk yang biasa dikonsumsi bisa tumbuh menjadi anak ayam. Nyatanya, telur ayam juga terdiri dari beberapa jenis yang berbeda.
Bergantung pada fungsinya, peternakan ayam dibagi menjadi dua, yaitu peternakan ayam penghasil telur konsumsi dan peternakan ayam untuk dikembangbiakan agar bisa menghasilkan daging.
Perlu diketahui, ayam betina tetap bisa menghasilkan telur meski tanpa ayam jantan. Karena itu, ayam-ayam yang dikumpulkan pada peternakan yang berfokus pada produksi telur tidak digabung tempat tinggalnya dengan ayam jantan. Telur yang dihasilkan dari ayam pada peternakan inilah yang menjadi telur konsumsi.
Lain lagi dengan ayam-ayam yang tinggal di peternakan untuk produksi daging. Pada peternakan ini, ayam betina hidup bersama ayam jantan agar pembuahan bisa terjadi. Telur yang dihasilkan oleh ayam betina ini disebut sebagai telur bertunas.

Bila telur bertunas berhasil menetas menjadi anak ayam, berarti telur tersebut adalah telur fertil. Sedangkan, jika telur tidak mengalami perubahan walau telah dieramkan, maka telur ini adalah telur infertil.
Telur infertil juga kerap dianggap sebagai produk buangan atau produk tak terpakai dari ternak pembiakan ayam.
Tentunya, telur yang biasa kita makan dengan yang infertil memiliki perbedaan fisik. Cangkang telur infertil berwarna lebih pucat dan beratnya lebih ringan daripada telur konsumsi.
Amankah makan telur infertil?
Telur masih menjadi salah satu sumber protein yang banyak dikonsumsi di Indonesia karena harganya yang lebih terjangkau daripada harga daging.
Dikutip dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, konsumsi telur ayam ras di Indonesia telah mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan sebesar 3,75% per tahunnya sejak 1987 sampai 2015.
Kini, telur infertil yang telah lama beredar ramai lagi dibeli oleh masyarakat. Padahal, penjualannya telah dilarang dan bahkan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017. Namun, di sejumlah warung masih menjual telur tersebut untuk dimakan.
Harga yang lebih murah menjadi alasan utama atas distribusi telur tersebut. Persoalan selanjutnya adalah apakah telur jenis ini benar-benar aman untuk dikonsumsi atau tidak.
Sebenarnya, tidak ada perbedaan kandungan gizi di antara telur infertil dan telur yang lainnya. Perbedaannya hanyalah ada atau tidaknya sperma yang terkandung di dalam telur tersebut. Telur infertil sebenarnya juga aman dan boleh dikonsumsi.
Namun, telur ini hanya bisa bertahan sampai seminggu, berbeda dengan telur biasa yang bertahan sampai 30 hari di suhu ruangan.
Lewat dari itu, telur sudah membusuk dan tidak layak konsumsi. Telur yang sudah busuk memiliki kontaminasi bakteri salmonella yang dapat menyebabkan penyakit salmonellosis.
[embed-health-tool-bmi]