Beberapa orang dikatakan punya toleransi alkohol tinggi bila mereka tidak mabuk meski minum minuman beralkohol dalam jumlah besar. Lantas, apakah hal ini menandakan suatu hal yang baik? Ketahui faktanya pada pembahasan berikut ini.
Apa itu toleransi alkohol?
Toleransi alkohol adalah suatu kondisi saat tubuh lebih tahan terhadap efek alkohol. Akibatnya, seseorang perlu minum lebih banyak alkohol untuk mencapai efek yang diinginkannya.
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan minuman keras atau miras dalam jangka panjang.
Ketika Anda minum alkohol, otak akan melepaskan dopamin, hormon yang menimbulkan perasaan senang. Setelah itu, otak kembali menurunkan produksi dopamin agar kadarnya tetap seimbang.
Otak akan beradaptasi dengan asupan alkohol dalam jangka panjang. Jadi, saat Anda meminum alkohol dalam jumlah yang sama, efek dopamin yang Anda rasakan tidak lagi seperti dulu.
Saat toleransi mulai terbentuk, Anda akan tergoda untuk meminum lebih banyak alkohol untuk mencapai sensasi memabukkan yang biasa Anda rasakan sebelumnya.
Toleransi alkohol tinggi bukan pertanda baik
Seseorang dengan toleransi alkohol tinggi membutuhkan konsentrasi alkohol dalam darah atau blood alcohol concentration (BAC) yang lebih tinggi untuk mengalami efek yang diinginkannya.
Dengan toleransi yang lebih tinggi, orang tersebut kecil kemungkinan merasa mual dan muntah atau mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari minum miras.
Namun, harus dicatat bahwa meski sensitivitasnya terhadap dampak alkohol mungkin menurun, konsentrasi alkohol dalam darahnya akan tetap melonjak.
Konsumsi minuman beralkohol dalam jangka panjang dan jumlah besar berisiko meningkatkan peluang terjadinya alkoholisme atau kecanduan alkohol.
Dikutip dari Mayo Clinic, pecandu alkohol mungkin menunjukkan tanda dan gejala di bawah ini.
- Tidak mampu membatasi jumlah alkohol yang diminum.
- Merasa ingin dan pernah berusaha mengurangi jumlah alkohol yang diminum, tetapi selalu gagal untuk melakukannya.
- Menghabiskan banyak waktu untuk minum alkohol dan memulihkan diri dari efeknya.
- Merasakan keinginan yang kuat dan berlebihan untuk minum alkohol.
- Mengalami kesulitan di rumah, sekolah, atau tempat kerja karena penggunaan alkohol yang berlebihan.
- Terus minum alkohol meski kebiasaan ini telah menyebabkan masalah fisik dan sosial.
- Mengurangi atau menghentikan aktivitas sosial hanya untuk minum alkohol.
- Minum alkohol dalam situasi yang tidak aman, misalnya saat mengemudi.
- Mengalami gejala putus alkohol, seperti mual, muntah, tremor, dan insomnia.
Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat toleransi alkohol
Seseorang bisa memiliki tingkat toleransi alkohol yang tinggi maupun rendah. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat penyerapan alkohol dalam tubuh.
1. Berat badan
Seseorang dengan bobot lebih besar memiliki kadar air di dalam tubuh yang lebih banyak untuk mengencerkan konsentrasi alkohol dalam aliran darah.
Hasilnya, orang tersebut cenderung memiliki BAC lebih rendah dan tidak lebih gampang mabuk.
Sebagai perbandingan, konsumsi dua minuman dalam satu jam dapat menimbulkan kadar BAC 0,08% pada orang berbobot 70 kilogram (kg) dan 0,06% pada orang berbobot 90 kg.
Ini berarti persentase alkohol pada darah orang yang berbobot 70 kg lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan 90 kg.
2. Jenis kelamin
Wanita memiliki enzim alcohol dehydrogenase (ADH) yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Enzim ini bertanggung jawab untuk menguraikan alkohol dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, wanita memiliki BAC lebih tinggi daripada pria setelah mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama. Ini membuat mereka lebih rentan untuk mabuk alkohol.
3. Latar belakang ras
Toleransi alkohol juga bisa dipengaruhi oleh ras. Hal ini terlihat dari hasil National Survey on Drug Use and Health (NSDUH) di Amerika Serikat pada 2013.
Dikutip dari American Addiction Centers, orang-orang dari ras Indian Amerika dan Hispanik memiliki tingkat kecanduan yang lebih tinggi, yakni 14,9% dan 8,6% secara berturut-turut.
Kondisi sosial-ekonomi dan sejarah juga membuat kelompok ras ini punya kecenderungan lebih untuk minum minuman beralkohol dibandingkan dengan ras lainnya.
4. Usia
Tidak selamanya seseorang memiliki tingkat toleransi alkohol yang tinggi. Toleransi cenderung akan perlahan menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Selain karena faktor penuaan alami, makin rendahnya toleransi ini juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti penyakit kronis dan tingkat kebugaran tubuh.
5. Kekuatan minuman keras
Makin tinggi konsentrasi alkohol dalam minuman, makin cepat pula proses penyerapan alkohol dalam tubuh Anda. Kondisi inilah yang bisa membuat Anda gampang mabuk.
Akan tetapi, minuman dengan konsentrasi alkohol lebih dari 30% cenderung mengiritasi selaput lendir atau mukosa pada saluran pencernaan.
Hal ini dapat meningkatkan produksi lendir yang akan memperlambat penyerapan alkohol sehingga membuat tingkat toleransi Anda menjadi lebih tinggi.
Kadar alkohol dalam minuman keras
- Bir: persentase alkohol sekitar 4–8%
- Anggur: persentase alkohol sekitar 14–24%
- Wiski: persentase alkohol sekitar 35–50%
- Tequila: persentase alkohol sekitar 50–51%
- Vodka: persentase alkohol sekitar 40–95%
6. Konsumsi makanan tertentu
Konsumsi beberapa jenis makanan sebelum minum alkohol, seperti telur, pisang, dan kacang almon, bisa membantu memperlambat penyerapan alkohol dalam tubuh.
Meminum alkohol dalam kondisi perut terisi juga terbilang cukup efektif mengurangi gejala hangover.
Bagi seseorang yang menenggak miras sambil makan, puncak BAC biasanya tidak akan terjadi bahkan 1–6 jam setelah mengonsumsi minuman beralkohol.
7. Waktu konsumsi
Kebiasaan binge drinking membuat Anda menenggak miras dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Kondisi ini bisa meningkatkan BAC secara drastis dan membuat Anda cepat mabuk.
Seiring waktu, peminum alkohol rutin mampu minum lebih banyak tanpa merasa mabuk sedikit pun. Saat itulah mereka memiliki tingkat toleransi alkohol yang tinggi.
8. Interaksi obat
Pada dasarnya, mencampur obat dengan alkohol memang berbahaya. Interaksi obat dan alkohol bisa terjadi pada peminum ringan maupun berat, tak peduli apakah Anda memiliki toleransi alkohol yang tinggi atau rendah.
Maka dari itu, lebih baik Anda berhenti minum alkohol terlebih dahulu saat minum obat resep maupun nonresep.
Bahkan bila Anda mengonsumsi suplemen atau obat-obatan herbal, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.
9. Kondisi tubuh kurang fit
Kelelahan dan dehidrasi dapat memperburuk efek memabukkan alkohol. Meski punya toleransi alkohol tinggi, Anda akan lebih mudah mabuk bila minum miras saat sakit.
Saat tubuh tidak fit, hati tidak bisa bekerja optimal untuk mengeluarkan alkohol dari tubuh sehingga menyebabkan BAC melonjak dengan cepat.
Kesimpulan
- Toleransi alkohol adalah kondisi saat tubuh menjadi lebih tahan terhadap efek alkohol.
- Beragam faktor dapat memengaruhi tingkat toleransi alkohol, seperti berat badan, jenis kelamin, ras, usia, jenis minuman, waktu minum, dan efek obat-obatan.
- Seseorang dengan toleransi tinggi cenderung minum dalam jumlah berlebihan, yang akhirnya dapat meningkatkan risiko alkoholisme atau kecanduan alkohol.
- Oleh sebab itu, penting untuk mengonsumsi alkohol secara bertanggung jawab dengan memahami dampaknya terhadap kesehatan.
[embed-health-tool-bmi]