backup og meta

Penyakit Komorbid (Komorbiditas) dan Efeknya bagi Kesehatan

Penyakit Komorbid (Komorbiditas) dan Efeknya bagi Kesehatan

Penyakit komorbid atau dalam dunia medis disebut komorbiditas ramai diperbincangkan selama pandemi COVID-19. Diabetes, penyakit jantung, dan autoimun dianggap dapat memperparah gejala infeksi yang pasien alami. Lantas, apa arti sebenarnya dari komorbiditas ini?

Apa itu komorbiditas?

Komorbiditas adalah penyakit atau kondisi medis penyerta yang dialami oleh seseorang selain dari penyakit utama yang sedang dialaminya.

Istilah yang kerap kali disebut penyakit komorbid ini biasanya digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan fisik dan mental yang terjadi dalam jangka panjang atau kronis.

Penyakit komorbid dapat muncul bersamaan dengan penyakit utama. Kedua kondisi ini mampu memengaruhi, memperburuk, atau mengganggu pengobatan satu sama lain.

Contohnya, bila Anda mengidap diabetes melitus dan kemudian didiagnosis mengidap depresi, depresi inilah yang disebut penyakit komorbid.

Kedua kondisi tersebut memiliki gejala tersendiri yang bisa berdampak negatif pada hidup Anda.

Oleh sebab itu, mengenali adanya risiko komorbiditas dari suatu penyakit atau kondisi tertentu sangatlah penting dalam upaya pencegahan dan pengobatan yang Anda lakukan.

Komorbiditas vs komplikasi

Penting untuk dicatat bahwa komorbiditas dan komplikasi merupakan dua hal yang berbeda.
Komorbiditas adalah penyakit atau kondisi medis penyerta yang terjadi bersamaan dengan penyakit utama. Seperti contohnya, obesitas meningkatkan risiko arthritis dan diabetes.
Sementara itu, komplikasi adalah masalah yang muncul akibat penyakit, kondisi medis, atau pengobatan. Contohnya adalah hiperglikemia atau hipoglikemia pada pengidap diabetes.

Penyebab penyakit komorbid

aritmia jantung

Komorbiditas bisa terjadi dalam berbagai kombinasi. Tak hanya antara dua kondisi atau penyakit, hal ini mungkin melibatkan lebih dari dua komorbiditas pada saat yang sama.

Ada beberapa alasan yang membuat kondisi atau penyakit dapat terjadi berdampingan. Berikut ini penjelasannya.

1. Adanya penyebab dan faktor risiko yang sama

Beberapa kondisi dan penyakit memiliki penyebab atau faktor risiko yang sama. Hal inilah yang meningkatkan peluang Anda untuk mengalami suatu penyakit atau komorbiditas.

Berikut adalah beberapa contoh komorbiditas dengan penyebab dan faktor risiko yang sama.

  • Lupus dan rheumatoid arthritis. Keduanya berasal dari gangguan autoimun, yakni kondisi saat sistem kekebalan menyerang bagian tubuh yang sehat. Lantaran penyebabnya sama, Anda bisa mengalami lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit autoimun lainnya secara bersamaan.
  • Stroke dan serangan jantung. Keduanya terjadi akibat masalah aliran darah serta oksigen ke otak dan otot jantung. Penyakit kardiovaskular ini punya faktor risiko yang sama, termasuk hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, dan kebiasaan merokok.

2. Kondisi dan penyakit yang satu menyebabkan yang lain

Terdapat pula hubungan sebab-akibat, yakni ketika suatu kondisi atau penyakit menyebabkan terjadinya penyakit komorbid lain. 

Berikut ini beberapa contoh hubungan sebab-akibat antarpenyakit komobid yang umum terjadi.

  • Hipertensi dan penyakit jantung. Tingginya tekanan darah akan menekan pembuluh darah dengan sangat kuat sehingga menimbulkan kerusakan. Hal ini dapat memicu masalah jantung, seperti stroke, penyakit arteri koroner, dan gagal jantung.
  • Obesitas dan banyak komorbiditas. Kondisi menumpuknya lemak secara abnormal atau berlebihan dalam tubuh terkait dengan berbagai komorbiditas, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, sleep apnea, dan osteoarthritis.

3. Komorbiditas dan penyakit terjadi secara bersamaan begitu saja

Penyakit atau kondisi medis mungkin terjadi secara bersamaan meski tidak memiliki hubungan antara satu dengan yang lain alias hanya kebetulan belaka.

Adapun, contoh dari komorbiditas yang tidak berhubungan sama sekali adalah sebagai berikut.

  • Diabetes dan penyakit jantung bawaan. Terkadang, serangan jantung bisa terjadi meski diabetes Anda telah terkontrol dan tidak ada pembuluh darah yang rusak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit jantung bawaan.

Beragam jenis komorbiditas

Siapa saja dapat memiliki komorbiditas. Namun, kelompok tertentu punya risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan yang lain.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal BMC Public Health (2017) meneliti lebih dari 1,3 juta orang berusia 16 tahun ke atas yang tinggal di kawasan ibu kota Kopenhagen, Denmark.

Studi ini menyimpulkan adanya komorbiditas (comorbidities atau juga disebut multimorbidities) yang lebih tinggi pada kelompok orang dengan kondisi sosial-ekonomi rendah.

Komorbiditas juga lebih umum muncul seiring bertambahnya usia. Kelompok lain, termasuk ibu hamil dan orang dengan penyakit bawaan, juga berisiko mengalami masalah kesehatan ini.

Beberapa komorbiditas yang umumnya dialami oleh populasi berisiko di antaranya:

  • obesitas,
  • diabetes melitus,
  • tekanan darah tinggi (hipertensi),
  • penyakit jantung,
  • kolesterol tinggi,
  • asma,
  • penyakit pernapasan,
  • sleep apnea,
  • radang sendi (arthritis),
  • osteoarthritis,
  • kanker,
  • demensia,
  • depresi, dan 
  • gangguan kecemasan.

Efek penyakit komorbid terhadap kesehatan

obat parkinson

Adanya komorbiditas alias kondisi atau penyakit penyerta berisiko mempersulit pengobatan pada pasien.

Studi dalam jurnal Lancet (2018) menyebutkan bahwa sistem pelayanan kesehatan umumnya dirancang untuk menangani penyakit tunggal.

Kondisi inilah yang kerap kali menimbulkan tantangan bagi pengidap sejumlah penyakit kronis. Ini krena mereka harus mengunjungi dokter spesialis yang berbeda secara terpisah.

Beberapa obat mungkin tidak aman bila dikonsumsi bersamaan. Hal ini berisiko menimbulkan interaksi, seperti menurunnya efektivitas obat dalam mengobati penyakit.

Sebaiknya, beri tahu dokter tentang kondisi kesehatan apa pun yang Anda alami. Ini bertujuan agar dokter mampu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk Anda.

Beri tahu dokter juga mengenai gaya hidup Anda saat melakukan konsultasi dengan dokter. Ini mencakup pola makan, olahraga, kebiasaan merokok, dan konsumsi obat-obatan.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, tanyakan pada dokter untuk mendapatkan jawaban dan solusi terbaik.

Kesimpulan

  • Komorbiditas atau penyakit komorbid adalah kondisi medis lain yang terjadi bersamaan dengan penyakit utama.
  • Contoh penyakit penyerta yang paling umum yaitu penyakit jantung, diabetes, asma, sleep apnea, radang sendi (arthritis), depresi, dan gangguan kecemasan.
  • Kondisi atau penyakit penyerta berisiko mempersulit pengobatan sehingga perlu dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Comorbidity. (n.d.). ScienceDirect. Retrieved July 28, 2023, from https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/comorbidity

Comorbidities. (n.d.). UK Department of Health. Retrieved July 28, 2023, from https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/307143/Comorbidities_framework.pdf

Heart Disease and Stroke. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved July 28, 2023, from https://www.cdc.gov/chronicdisease/resources/publications/factsheets/heart-disease-stroke.htm

High blood pressure dangers: Hypertension’s effects on your body. (2022). Mayo Clinic. Retrieved July 28, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/in-depth/high-blood-pressure/art-20045868

Diseases Related to Obesity. (2018). Obesity Medicine Association. Retrieved July 28, 2023, from https://obesitymedicine.org/diseases-related-to-obesity/

Whitty, C. J., MacEwen, C., Goddard, A., Alderson, D., Marshall, M., Calderwood, C., Atherton, F., McBride, M., Atherton, J., Stokes-Lampard, H., Reid, W., Powis, S., & Marx, C. (2020). Rising to the challenge of multimorbidity. BMJ, l6964. https://doi.org/10.1136/bmj.l6964

Schiøtz, M. L., Stockmarr, A., Høst, D., Glümer, C., & Frølich, A. (2017). Social disparities in the prevalence of multimorbidity – A register-based population study. BMC public health, 17(1), 422. https://doi.org/10.1186/s12889-017-4314-8

Salisbury, C., Man, M. S., Bower, P., Guthrie, B., Chaplin, K., Gaunt, D. M., Brookes, S., Fitzpatrick, B., Gardner, C., Hollinghurst, S., Lee, V., McLeod, J., Mann, C., Moffat, K. R., & Mercer, S. W. (2018). Management of multimorbidity using a patient-centred care model: a pragmatic cluster-randomised trial of the 3D approach. Lancet (London, England), 392(10141), 41–50. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)31308-4

Kunzler, E., Hynan, L. S., & Chong, B. F. (2018). Autoimmune Diseases in Patients With Cutaneous Lupus Erythematosus. JAMA dermatology, 154(6), 712–716. https://doi.org/10.1001/jamadermatol.2018.0616

Versi Terbaru

13/08/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Bisakah Mengalami Depresi karena Jerawat? Ini Penjelasannya

Apa Perbedaan Gagal Jantung dan Serangan Jantung?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 13/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan