backup og meta

Ketahui 6 Perbedaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Sistem saraf otonom terdiri dari dua komponen utama, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik, yang memiliki fungsi berlawanan dalam mengatur aktivitas tubuh secara tidak sadar. Ketahui perbedaan saraf simpatik dan parasimpatik di bawah ini. 

Perbedaan saraf simpatik dan parasimpatik

Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf manusia yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis atau tanpa disadari, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan.

Sistem ini terdiri dari dua cabang utama, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik, yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kerja organ-organ tubuh.

Kedua sistem ini bekerja secara berlawanan, tapi saling melengkapi untuk memastikan tubuh dapat merespons berbagai kondisi, baik saat menghadapi stres maupun ketika sedang beristirahat.

Berikut penjelasan seputar perbedaan fungsi saraf simpatik dan parasimpatik serta dari berbagai aspek pembeda lainnya.

1. Fungsi utama

Melansir dari StatPearls, sistem saraf simpatik bertanggung jawab atas respons tubuh terhadap situasi stres atau bahaya, yang dikenal sebagai respons “fight or flight” (lawan atau lari).

Ketika diaktifkan, sistem ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi ancaman dengan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot, serta melebarkan pupil dan saluran pernapasan.

Respons ini memungkinkan tubuh untuk bereaksi cepat terhadap situasi yang mengancam.

Sebaliknya, sistem saraf parasimpatik bekerja saat tubuh dalam keadaan tenang, misalnya saat tidur atau mencerna makanan. Ini disebut sebagai respons “rest and digest” (istirahat dan cerna).

Sistem ini menurunkan detak jantung, meningkatkan aktivitas pencernaan, dan merangsang proses pemulihan tubuh.

Dengan demikian, sistem parasimpatik membantu menjaga keseimbangan dan pemulihan setelah dampak stres atau aktivitas fisik yang intens.

2. Asal dan jalur sinyal saraf

fungsi saraf sensorik

Saraf simpatik berasal dari sumsum tulang belakang bagian tengah (punggung dan pinggang), sedangkan saraf parasimpatik berasal dari otak dan bagian bawah sumsum tulang belakang.

Saraf simpatik memiliki jalur yang pendek di awal dan panjang di akhir, sedangkan parasimpatik justru sebaliknya, yaitu panjang di awal dan pendek di akhir.

Sistem saraf simpatik memiliki serabut preganglionik pendek dan postganglionik panjang, sedangkan sistem saraf parasimpatik memiliki serabut preganglionik panjang dan postganglionik pendek.

Perbedaan ini mencerminkan fungsi masing-masing sistem dalam respons tubuh terhadap berbagai kondisi.

3. Zat kimia yang digunakan (neurotransmitter)

Sistem saraf simpatik dan parasimpatik menggunakan zat kimia (neurotransmitter) yang berbeda untuk menyampaikan sinyal ke organ tubuh.

Pada sistem saraf simpatik, sel saraf pertama (neuron preganglionik) melepaskan asetilkolin (ACh) yang akan mengaktifkan sel saraf berikutnya (neuron postganglionik).

Kemudian, neuron postganglionik biasanya melepaskan norepinefrin (NE) ke organ sasaran, seperti jantung atau paru-paru.

Namun, ada pengecualian, misalnya pada kelenjar keringat, di mana neurotransmitter yang digunakan tetap asetilkolin.

Sementara itu, sistem saraf parasimpatik lebih konsisten. Baik neuron preganglionik maupun postganglionik, keduanya menggunakan asetilkolin (ACh) untuk menyampaikan sinyal.

Di sini, ACh berikatan dengan reseptor yang disebut nikotinik pada tahap awal dan muskarinik pada organ target, seperti lambung atau usus.

4. Dampaknya pada tubuh

Sistem saraf simpatik dan parasimpatik juga memiliki pengaruh yang sangat berbeda terhadap tubuh.

Saat merasa takut, stres, atau dalam bahaya, sistem saraf simpatik akan aktif dan mempersiapkan tubuh untuk bertindak cepat.

Dampaknya termasuk detak jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah naik, napas menjadi lebih dalam dan cepat, pupil mata melebar agar bisa melihat lebih jelas, serta pencernaan melambat karena tubuh fokus pada keselamatan, bukan mencerna makanan.

Bahkan, hati akan melepaskan gula ke darah untuk memberi energi tambahan.

Sebaliknya, ketika tubuh sedang dalam keadaan tenang atau istirahat, sistem saraf parasimpatik mengambil alih.

Sistem ini membantu tubuh untuk pulih dan melakukan fungsi normal sehari-hari, seperti mencerna makanan dan buang air kecil.

Detak jantung dan tekanan darah menjadi lebih rendah, saluran pencernaan menjadi lebih aktif, air liur dan enzim pencernaan diproduksi lebih banyak, dan pupil mata mengecil.

5. Wilayah kerja dalam tubuh

fungsi saraf motorik

Sistem saraf simpatik berasal dari segmen torakolumbal medula spinalis dan memiliki jangkauan yang luas ke berbagai organ tubuh.

Serabut saraf simpatik menjangkau hampir semua organ, termasuk mata, jantung, paru-paru, pembuluh darah, saluran pencernaan, ginjal, kandung kemih, organ reproduksi, serta kulit dan otot polos.

Sistem saraf parasimpatik berasal dari batang otak melalui saraf kranial (terutama saraf vagus) dan dari segmen sakral medula spinalis.

Serabut saraf parasimpatik terutama menjangkau organ-organ internal seperti jantung, paru-paru, saluran pencernaan, hati, pankreas, ginjal, kandung kemih, dan organ reproduksi bagian bawah.

6. Waktu aktif

Kedua saraf saling menyeimbangkan agar tubuh tetap sehat. Sistem saraf simpatik berfungsi sebagai respons cepat terhadap stres.

Respons ini dirancang untuk berlangsung singkat, sekitar 20 menit, cukup untuk menghadapi ancaman atau stresor tertentu.

Setelah itu, sistem ini seharusnya menurun aktivitasnya agar tubuh dapat kembali ke keadaan normal.

Sebaliknya, saraf parasimpatik bekerja saat tubuh santai, yang berlangsung lebih lambat dan bertahan lebih lama.

Proses ini membantu pemulihan dan pemeliharaan fungsi tubuh sehari-hari, sehingga kembali ke keadaan stabil dan mendukung fungsi vital saat tidak ada ancaman.

Kesimpulan

  • Saraf simpatik dan parasimpatik adalah dua bagian utama dari sistem saraf otonom yang bekerja saling berlawanan, tetapi seimbang untuk menjaga kestabilan tubuh.
  • Saraf simpatik aktif saat tubuh menghadapi stres atau bahaya, memicu respons cepat seperti peningkatan detak jantung dan aliran darah, dikenal sebagai respons “lawan atau lari”.
  • Sebaliknya, saraf parasimpatik aktif saat tubuh dalam keadaan tenang, membantu proses istirahat, pencernaan, dan pemulihan melalui respons “istirahat dan cerna”.
  • Keduanya bekerja bersama untuk menyesuaikan fungsi organ tubuh sesuai kondisi, baik saat terancam maupun saat beristirahat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Alshak, M. N. (2023). Neuroanatomy, Sympathetic Nervous System. Retrieved 14 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542195/

Waxenbaum, J. A., Reddy, V., & Varacallo, M. A. (2023). Anatomy, Autonomic Nervous System. In StatPearls. StatPearls Publishing. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30969667/

Tindle, J. (2022). Neuroanatomy, Parasympathetic Nervous System. Retrieved 14 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553141/

Pahwa, R. (2023). Atherosclerosis. Retrieved 14 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507799/

Kaplan, J. (2023). Paroxysmal Atrial Tachycardia. Retrieved 14 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538317/

Chu, B. (2024). Physiology, Stress Reaction. Retrieved 14 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541120/

Versi Terbaru

22/05/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

8 Pantangan Saraf Kejepit yang Sebaiknya Dihindari

Fungsi Saraf Sensorik dan Gangguannya yang Bisa Terjadi


Ditinjau oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 22/05/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan