Penggunaan obat-obatan umumnya dilakukan untuk membantu mengatasi kondisi atau penyakit tertentu. Namun, setiap jenis obat bisa menimbulkan efek samping pada beberapa orang. Salah satunya, efek samping obat antipsikotik berupa sindrom neuroleptik maligna atau sindrom neuroleptik ganas.
Meski termasuk langka, kondisi ini bisa berakibat fatal, sehingga perlu segera ditangani saat munculnya gejala. Ketahui selengkapnya tentang sindrom tersebut di bawah ini.
Apa itu sindrom neuroleptik maligna?
Sindrom neuroleptik maligna (SNM) atau neuroleptic malignant syndrome adalah reaksi langka, tetapi berpotensi fatal terhadap penggunaan obat antipsikotik (neuroleptik) atau obat lain yang memblokir efek dopamin.
SNM dianggap sebagai gangguan neuropsikiatri yang melibatkan gangguan fungsi sistem saraf pusat, khususnya sel-sel dopaminergik, yaitu kumpulan sel yang mengolah neurotransmitter dopamin.
Obat antipsikotik generasi pertama, seperti haloperidol, memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan SNM dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua.
Gejala bisa muncul dalam beberapa hari hingga minggu setelah memulai pengobatan.
Penting untuk membedakan SNM dari kondisi lain dengan gejala serupa, seperti sindrom serotonin atau infeksi serius, sehingga pemeriksaan menyeluruh oleh tenaga medis sangat diperlukan.
Gejala sindrom neuroleptik maligna
Melansir dari Cleveland Clinic, gejala SNM biasanya muncul dalam minggu pertama setelah memulai atau meningkatkan dosis obat antipsikotik.
Akan tetapi, gejala kondisi ini juga bisa terjadi kapan saja selama terapi menggunakan obat-obatan tersebut.
Ada empat gejala utama dari SNM yang perlu diwaspadai. Lantas, apa saja empat gejala sindrom neuroleptik ganas?
Empat gejala sindrom neuroleptik maligna, yaitu sebagai berikut.
- Demam tinggi (hipertermia). Suhu tubuh meningkat secara signifikan, sering kali melebihi 38,5°C.
- Kekakuan otot (rigiditas). Otot menjadi sangat kaku, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan keterbatasan gerak.
- Perubahan status mental. Pasien mungkin mengalami linglung, agitasi, penurunan kesadaran, atau bahkan koma.
- Disfungsi otonom. Ini termasuk tekanan darah yang tidak stabil, takikardia (detak jantung cepat), takipnea (pernapasan cepat), diaforesis (keringat berlebihan), dan inkontinensia.
Penyebab sindrom neuroleptik maligna
Sindrom neuroleptik maligna terjadi sebagai reaksi terhadap obat antipsikotik. Penyebab utama SNM meliputi obat-obatan berikut ini.
- Blokade reseptor dopamin. Obat antipsikotik, baik generasi pertama (tipikal) maupun kedua (atipikal), dapat memblokir reseptor dopamin di sistem saraf pusat, menyebabkan penurunan aktivitas dopamin yang signifikan.
- Obat non-neuroleptik dengan aktivitas antidopaminergik. Beberapa obat non-antipsikotik yang memiliki efek antidopaminergik, seperti metoklopramid, promethazine, dan tetrabenazine, juga dapat memicu SNM.
Faktor risiko sindrom neuroleptik maligna
Selain itu, faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya SNM meliputi berikut ini.
- Peningkatan dosis atau penggunaan kombinasi obat antipsikotik.
- Penggunaan antipsikotik bersama lithium.
- Dehidrasi dan kelelahan.
- Paparan terhadap panas.
- Kekurangan zat besi dan nutrisi.
- Konsumsi alkohol.
- Gangguan fungsi otak.
Komplikasi sindrom neuroleptik maligna
Komplikasi sindrom neuroleptik maligna dapat sangat serius dan mencakup berbagai gangguan organ vital. Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa terjadi.
- Gagal ginjal. Kerusakan otot yang signifikan (rhabdomiolisis) dapat menyebabkan pelepasan mioglobin ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal akut.
- Gagal jantung dan paru-paru. SNM dapat menyebabkan disfungsi otonom yang berujung pada ketidakstabilan tekanan darah dan aritmia, meningkatkan risiko gagal jantung. Selain itu, komplikasi pernapasan seperti gagal napas dapat terjadi.
- Gagal hati. Meskipun jarang, beberapa kasus SNM dapat menyebabkan kerusakan hati yang signifikan, berpotensi mengarah pada gagal hati.
- Rendahnya kadar oksigen dalam tubuh. Disfungsi otonom dan komplikasi pernapasan dapat menyebabkan hipoksemia, yaitu penurunan kadar oksigen dalam darah, yang berbahaya bagi organ vital.
- Aritmia dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC). SNM dapat menyebabkan gangguan irama jantung dan masalah pembekuan darah yang serius, seperti DIC, yang dapat berakibat fatal.
Diagnosis sindrom neuroleptik maligna
Diagnosis SNM terutama didasarkan pada riwayat penggunaan obat antipsikotik dan gejala yang khas.
Pemeriksaan laboratorium tambahan, seperti panel metabolik komprehensif, urinalisis, analisis gas darah, dan pengukuran kadar CPK, dapat membantu memastikan diagnosis dan menilai tingkat keparahan kondisi.
Diagnosis dini sangat penting untuk memulai perawatan segera, termasuk penghentian obat yang dicurigai sebagai penyebab dan terapi suportif intensif.
Pengobatan sindrom neuroleptik maligna
Pengobatan sindrom neuroleptik maligna bertujuan untuk menghentikan gejala akut, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi organ vital.
Langkah pertama adalah menghentikan segera penggunaan obat antipsikotik atau agen penyebab yang dicurigai.
Pasien kemudian harus dipindahkan ke unit perawatan intensif untuk pemantauan ketat dan stabilisasi kondisi.
Terapi intensif perlu dilakukan di unit perawatan intensif, yang termasuk berikut ini.
- Penanganan hipertermia (suhu tubuh panas). Menggunakan kompres dingin atau perangkat pendingin untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian cairan infus dan koreksi elektrolit untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi terkait.
- Pemantauan fungsi organ. Memastikan fungsi ginjal, hati, dan organ vital lainnya tetap dalam batas normal.
Beberapa obat juga dapat digunakan untuk mengatasi gejala SNM, antara lain sebagai berikut.
- Relaksan otot. Dantrolene digunakan untuk mengurangi gangguan neuromuskular berupa kekakuan otot dan hipertermia.
- Agonis dopamin. Bromokriptin dan amantadin dapat membantu memulihkan aktivitas dopaminergik yang terganggu.
- Benzodiazepin. Obat seperti lorazepam dapat diberikan untuk mengatasi gelisah dan kejang.
Pada kasus yang tidak merespons terapi konvensional, terapi elektrokonvulsif (ECT) dapat dipertimbangkan sebagai metode alternatif.
Penting untuk melakukan pemantauan ketat selama proses pengobatan dan memastikan pasien mendapatkan perawatan intensif yang sesuai.
Setelah kondisi stabil, evaluasi ulang kebutuhan penggunaan antipsikotik harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kekambuhan SNM.
Kesimpulan
- Sindrom neuroleptik maligna adalah kondisi medis serius yang disebabkan oleh efek samping obat antipsikotik atau penghentian mendadak obat dopaminergik.
- Ditandai dengan demam tinggi, kekakuan otot, perubahan status mental, dan gangguan fungsi otonom, SNM memerlukan diagnosis cepat dan pengobatan intensif untuk mencegah komplikasi, seperti gagal ginjal atau gangguan kardiovaskular.
- Penanganannya melibatkan penghentian obat pencetus, terapi suportif, dan pemberian obat spesifik, seperti bromokriptin atau dantrolene. Dengan penanganan dini dan pemantauan ketat, kondisi pasien dapat membaik.
[embed-health-tool-bmi]