Otak manusia bekerja dengan cara menerima dan merespons informasi yang diterima oleh sistem saraf seperti suara, cahaya, sentuhan, atau gerakan. Namun, ada kondisi kelainan dimana otak salah menginterpretasikan informasi atau disebut sensory processing disorder (SPD). Padahal, interpretasi sangat penting bagi seseorang untuk mempelajari sesuatu.
Apa itu sensory processing disorder?
Sensory processing disorder (SPD) adalah kondisi neurologis yang kompleks karena otak mengalami kesulitan menerima dan merespons informasi yang diterima oleh sistem saraf.
Seseorang yang mengalami kondisi ini cenderung bersikap terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap suatu hal yang terjadi di sekitarnya.
Biasanya, mereka dapat bersikap cenderung lebih emosional ataupun tidak menyadari bahaya yang ada di sekitarnya.
Seperti gangguan kesehatan mental pada umumnya, keparahan dari SPD yang dialami oleh individu dapat bervariasi.
Kondisi ini biasanya dikenali pada masa perkembangan di usia anak-anak dan dapat bertahan hingga usia dewasa.
Selain itu, sensory processing disorder dikenali bersamaan atau sebagai gejala dari gangguan mental seperti autisme.
Hingga saat ini SPD tidak dianggap sebagai gangguan kesehatan mental tersendiri sehingga tidak memiliki kriteria diagnosis spesifik.
Apa penyebab sensory processing disorder?
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan kondisi SPD pada seseorang. Namun, diduga penyebab sensory processing disorder adalah faktor genetik.
Para peneliti pun sedang mencari alasan biologis untuk masalah ini.
Mengutip Understood, para peneliti yang telah melakukan penelitan untuk melihat adanya komplikasi genetik dan faktor lingkungan lainnya.
Akan tetapi, sejauh ini tidak ada penyebab masalah pemrosesan sensorik yang mendasari.
Bahkan, kondisi ADHD dan autisme yang sering terjadi bersamaan dengan masalah sensorik bukanlah penyebabnya.
Apa saja gelaja sensory processing disorder?
Kelainan otak dalam menerima dan merespons informasi ini dapat dialami oleh salah satu atau beberapa indera spesifik seperti pendengaran, sentuhan, atau perasa.
Jenis gangguan dapat bersifat terlalu sensitif (hipersensitif) atau kurang sensitif (hiposensitif) terhadap lingkungan sekitar.
Beberapa contoh gejala sensory processing disorder (SPD) hipersensitif, di antaranya sebagai berikut.
- Memberikan respons ekstrim seperti merasa terlalu takut terhadap suara tertentu yang biasanya tidak memberikan efek tertentu terhadap orang lain.
- Mudah mendengar atau terdistraksi suara latar ataupun suara yang biasanya tidak dapat didengar oleh orang lain.
- Takut terhadap sentuhan dan menghindari kontak fisik bahkan dengan orang yang ia kenal.
- Takut dengan keramaian atau berdiri terlalu berdekatan dengan orang lain.
- Menghindari aktivitas yang mengharuskan mengangkat kaki dari permukaan lantai atau tanah karena takut terjatuh.
- Memiliki keseimbangan yang kurang baik sehingga sering terjatuh.