backup og meta

4 Penyebab Gay Berisiko HIV, Stigma Negatif Salah Satunya

4 Penyebab Gay Berisiko HIV, Stigma Negatif Salah Satunya

Sampai saat ini, orientasi seksual sesama lelaki atau gay masih menjadi salah satu faktor risiko HIV. Meski awalnya lebih banyak terjadi di negara maju, angka HIV pada gay juga ikut berkembang di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Namun, mengapa gay bisa lebih berisiko untuk terkena HIV? Adakah faktor lain yang menyebabkan hal ini? Temukan jawabannya melalui informasi berikut.

Kenapa gay lebih berisiko kena HIV?

Human immunodeficiency virus (HIV) menyebar melalui berbagai cara, salah satu yang utama adalah melalui hubungan seksual.

Karena itulah infeksi HIV bisa terjadi pada pasangan heteroseksual (beda jenis) maupun komunitas LGBT, termasuk gay.

Secara garis besar, risiko penularan HIV pada komunitas gay memang lebih tinggi dibandingkan pasangan heteroseksual. Namun, berikut adalah beberapa alasannya.

1. Faktor biologis

ciri-ciri gay

Risiko paparan HIV bisa meningkat hingga 10 kali lipat pada pasangan yang melakukan hubungan intim melalui anal dibandingkan vaginal.

Menurut laman Yale School of Medicine, peningkatan risiko tersebut terjadi karena lapisan pelindung atau sel epitel pada rektum jauh lebih tipis dibandingkan Miss V.

Bahkan, perbandingan tebal lapisan sel epitel pada rektum dan vagina adalah sekitar 1 banding 25. Akibatnya, rektum lebih mudah terpapar berbagai jenis infeksi.

Selain itu, jaringan rektum memiliki lebih banyak sel imun yang disebut CD4. Ini adalah sel kekebalan yang menjadi target infeksi HIV.

Gay yang berperan sebagai bottom (posisi di bawah) juga dinilai lebih berisiko terpapar HIV dibandingkan top (atas) karena cairan darah pada dubur cenderung punya konsentrasi virus yang tinggi.

2. Faktor seksual

Terlepas dari orientasi seksualnya, risiko penularan HIV bisa meningkat apabila Anda sering bergonta-ganti partner dalam berhubungan intim.

Anda tidak dapat memastikan status HIV pasangan seksual Anda tanpa melakukan pemeriksaan. Belum lagi, gejala HIV tahap awal sering kali tidak spesifik.

Alhasil, Anda mungkin baru menyadari beberapa tahun setelahnya dan tidak ingat dari siapa infeksi itu mungkin berasal.

Risiko HIV juga dapat meningkat pada pasangan gay yang tidak menggunakan kondom saat bercinta. Padahal, memakai kondom adalah cara paling mudah untuk meminimalkan risiko infeksi saat berhubungan ranjang.

3. Faktor sosioekonomi

Di samping orientasi seksual, faktor kondisi sosioekonomi berikut bisa meningkatkan risiko gay untuk terpapar HIV.

  • Tinggal di daerah dengan akses layanan kesehatan terbatas.
  • Angka pendapatan rendah atau menganggur.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang, khususnya yang melalui alat suntik (IDU).
  • Tingkat pendidikan rendah sehingga pengetahuan tentang gay dan HIV terbatas.

4. Stigma masyarakat

apakah gay menular

Beberapa individu atau pasangan gay mungkin menyadari bahwa mereka berisiko lebih tinggi untuk terpapar HIV.

Sayangnya, stigma negatif di masyarakat tentang komunitas ini sering kali membuat seorang gay enggan memeriksakan diri secara berkala ke rumah sakit.

Padahal, deteksi dini adalah langkah utama untuk mencegah penularan HIV dan memaksimalkan perawatan pada individu dengan HIV positif. 

Hasil tes positif juga seakan menjadi beban tersendiri bagi individu terkait, sebab ia mungkin perlu mengungkapkan bagaimana dan sejak kapan dirinya terpapar.

Karena minimnya dukungan dan stigma yang begitu melekat, beberapa dari mereka mungkin justru melakukan penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan untuk meminimalkan stres akan hasil diagnosis.

Oleh karena itu, komunitas LGBT pun berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang setara dengan individu heteroseksual.

Dengan perawatan yang tepat, orang dengan HIV (ODHIV) bisa memiliki kualitas hidup yang setara dengan orang yang sehat.

Anda bisa berperan aktif untuk mencegah penularan HIV dengan mempraktikkan prinsip seks yang sehat, seperti menggunakan alat kontrasepsi, hanya berhubungan intim dengan satu pasangan, serta melakukan skrining HIV secara rutin.

Kesimpulan

  • Individu gay lebih rentan terpapar HIV karena hubungan intim yang dilakukan secara anal, kecenderungan beberapa individu untuk memiliki lebih dari satu pasangan, serta tidak menggunakan kondom saat melakukan aktivitas seksual.
  • Di samping itu, stigma negatif masyarakat tentang gay membuat komunitas ini enggan atau bahkan ketakutan untuk mengakses fasilitas kesehatan.
  • Untuk menekan risiko HIV, komunitas homoseksual tetap harus menerapkan hubungan intim yang sehat, seperti setia pada satu pasangan, melakukan skrining HIV secara rutin, dan meminimalkan aktivitas seksual secara anal.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Men, women and the risk of AIDS. (2024, September 23). Yale School of Medicine. Retrieved 16 December 2024, from https://medicine.yale.edu/news/yale-medicine-magazine/article/men-women-and-the-risk-of-aids/

Risk of exposure to HIV/AIDS. (n.d.). Stanford Health Care (SHC) – Stanford Medical Center | Stanford Health Care. Retrieved 16 December 2024, from https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/sexual-and-reproductive-health/hiv-aids/causes/risk-of-exposure.html

Administrator. (2019, December 20). Penyintas HIV/AIDS sering Mendapat Perlakuan Diskriminatif. Universitas Gadjah Mada. Retrieved 16 December 2024, from https://ugm.ac.id/id/berita/18886-penyintas-hiv-aids-sering-mendapat-perlakukan-diskriminatif/

Evans, M. G., Cloete, A., Zungu, N., & Simbayi, L. C. (2016). HIV risk among men who have sex with men, women who have sex with women, lesbian, gay, bisexual and transgender populations in South Africa: A mini-review. The Open AIDS Journal10(1), 49-64. Retrieved 16 December 2024, from https://doi.org/10.2174/1874613601610010049

HIV and gay and bisexual men | NIH. (n.d.). HIVinfo | Information on HIV/AIDS Treatment, Prevention and Research | NIH. Retrieved 16 December 2024, from https://hivinfo.nih.gov/understanding-hiv/fact-sheets/hiv-and-gay-and-bisexual-men

Anal sex and HIV risk. (n.d.). Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/hiv/pdf/risk/cdc-hiv-anal-sex.pdf

Versi Terbaru

26/12/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Apakah Saya Berisiko Terinfeksi HIV? Waspadai Berbagai Penyebab HIV AIDS

Bisakah Tertular HIV di Kolam Renang?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan