backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Penyebab Dermatitis Beserta Pemicunya di Lingkungan Sekitar

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 12/10/2020

    Penyebab Dermatitis Beserta Pemicunya di Lingkungan Sekitar

    Peradangan, kulit kering bersisik, dan ruam kemerahan yang gatal merupakan tanda penyakit kulit dermatitis. Penyebab kemunculan dermatitis itu sendiri didasari banyak faktor, baik dari dalam tubuh (internal) maupun lingkungan luar (eksternal).

    Simak pembahasan lengkapnya berikut ini.

    Penyebab dermatitis dari dalam tubuh

    dermatitis kontak

    Penyebab utama dermatitis sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, sejauh ini, penelitian medis menunjukkan bahwa faktor genetik, lingkungan, hingga kekebalan berperan terhadap peradangan kulit yang mengacu pada penyakit dermatitis.

    Berikut adalah beberapa faktor penyebab kemunculan dermatitis yang berasal dari dalam tubuh (internal).

    1. Riwayat penyakit keluarga

    Warisan genetik dalam keluarga merupakan faktor penyebab dermatitis antargenerasi. Studi melaporkan bahwa anak-anak yang memiliki dermatitis atopik (eksim) biasanya lahir dari orangtua yang mengidap asma, rinitis alergi, atau salah satu jenis dermatitis.

    Jika hanya satu pihak orangtua yang mengidap asma, rinitis alergi, atau dermatitis, keturunan yang lahir berpeluang 50% untuk memiliki setidaknya satu penyakit serupa. Angka peluang ini akan meningkat bila kedua orangtua menderita penyakit tersebut.

    Meski begitu, mekanisme menurunnya dermatitis dari orang tua ke anak belum dapat dijelaskan secara pasti. Pada kasus yang sangat langka, penyebabnya kemungkinan berkaitan dengan gen CARD11 yang menghasilkan protein tertentu.

    Gen CARD11 yang bermutasi menghasilkan protein yang tidak berfungsi normal, dan perubahan ini memengaruhi sel darah putih yang disebut limfosit T. Jumlah limfosit T tetap sama, tapi sel ini jadi bereaksi berlebihan terhadap zat asing di dalam tubuh.

    2. Sistem imun yang sensitif

    Selain faktor genetik, sistem imun yang terlalu aktif kemungkinan mempunyai peran tertentu sebagai penyebab dermatitis. Ini terlihat dari banyaknya penderita dermatitis dengan kekebalan tubuh yang sangat sensitif.

    Sistem imun mereka bereaksi secara berlebihan ketika merespons alergen atau iritan yang dapat memicu reaksi pada kulit. Padahal, berbagai zat tersebut pada dasarnya tidak berbahaya bagi tubuh.

    Sistem imun yang sensitif melanjutkan sinyal menuju kulit dalam bentuk peradangan. Peradangan ini menjadi penyebab munculnya ruam kemerahan pada kulit dan gejala dermatitis lainnya. Ruam kemerahan menandakan rusaknya lapisan kulit pelindung.

    Pada umumnya, sistem imun akan membaik seiring bertambahnya usia sehingga kulit tidak lagi mudah mengalami peradangan. Inilah mengapa dermatitis, terutama eksim, biasanya muncul sejak kanak-kanak dan kian menghilang saat dewasa.

    3. Mutasi sel kulit

    Berkurangnya jumlah protein tertentu pada lapisan kulit juga dapat menjadi penyebab dermatitis. Berdasarkan sebuah laporan penelitian di Inggris, orang yang mengidap dermatitis atopik mengalami mutasi gen yang menghasilkan filaggrin.

    Filaggrin adalah sejenis protein yang berfungsi melindungi dan melembapkan lapisan kulit teratas. Tanpa filaggrin yang cukup, kulit akan kehilangan fungsi untuk menyerap air sehingga lama kelamaan kehilangan kelembapannya dan menjadi kering.

    Kulit yang kering rentan mengalami iritasi dan peradangan. Selain itu, kulit juga lebih mudah terinfeksi bakteri dan virus serta tidak bisa mencegah masuknya alergen. Bila kulit sudah meradang dan terinfeksi, ini adalah tanda-tanda dari komplikasi dermatitis.

    4. Kondisi kulit yang kering

    Peradangan lebih mudah terjadi pada kulit yang kering. Tidak hanya itu, kulit kering juga bisa memperparah ruam, gatal, dan gejala dermatitis lainnya yang membuat kulit menjadi pecah-pecah serta berkerak.

    Kulit merupakan salah satu perlindungan pertama tubuh dari bibit penyakit dan zat-zat yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada tubuh. Jika kulit kering, berbagai zat asing tersebut akan lebih mudah memicu reaksi alergi dan iritasi.

    5. Perubahan hormon

    Jumlah hormon dalam tubuh pun bisa menjadi penyebab dermatitis. Bila hormon yang diproduksi berlebih atau kurang, gejala dermatitis mungkin akan lebih sering muncul. Perubahan ini sering kali juga membuat gejala dermatitis bertambah parah.

    Salah satu contohnya adalah autoimmune progesterone dermatitis (APD). Kondisi ini terjadi ketika hormon progesteron meningkat selama pertengahan siklus menstruasi. Gejalanya baru berkurang begitu jumlah progesteron menurun usai menstruasi.

    Berbagai pemicu dermatitis dari luar tubuh

    alergi logam perhiasan

    Setiap orang bisa mengalami dermatitis lewat cara yang berbeda. Berbagai hal yang berasal dari luar tubuh mungkin tidak secara langsung menyebabkan dermatitis, tapi faktor-faktor ini merupakan pemicunya.

    Berikut berbagai faktor dari lingkungan yang dapat memicu dermatitis.

    1. Iritan

    Pada dermatitis kontak, gejala berupa ruam kemerahan disertai rasa gatal biasanya muncul saat kulit berkontak langsung dengan zat penyebab iritasi (iritan). Ada banyak sekali iritan di sekitar Anda, baik yang berasal dari bahan alami maupun buatan.

    Zat dan produk yang kerap menjadi penyebab kambuhnya dermatitis antara lain:

    • produk pembersih, deterjen, sampo, dan sabun mandi mengandung pewangi,
    • logam pada perhiasan atau aksesori pakaian,
    • minyak antibakteri yang mengandung neomycin dan bacitracin,
    • formaldehida yang terkandung pada produk pembersih rumah tangga,
    • isothiazolinones dalam produk perawatan dan tisu pembersih untuk bayi,
    • cocamidopropyl betaine yang terdapat pada sampo dan losion,
    • paraphenylene-diamine dalam zat pewarna kulit untuk tato, serta
    • kain sintetis seperti wol.

    2. Alergen

    Kontak langsung antara kulit dan alergen dapat memicu kondisi yang dikenal sebagai dermatitis kontak alergi. Selain menyebabkan gejala alergi pada kulit, hal ini juga bisa memperparah peradangan yang terjadi.

    Oleh karena itu, penderita dermatitis yang memiliki alergi sebisa mungkin menghindari kontak dengan alergen, terutama:

    3. Peningkatan suhu

    Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan produksi keringat. Keduanya merupakan faktor penyebab kambuhnya dermatitis, apalagi karena tubuh yang berkeringat dapat membuat bagian kulit yang terdampak dermatitis semakin gatal atau perih.

    Penurunan kelembapan secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kulit kering yang mana merupakan pemicu utama dari dermatitis. Di samping itu, kondisi yang hangat dan lembap dapat memicu infeksi karena bakteri tumbuh subur dalam suhu seperti ini.

    4. Keadaan yang memicu stres

    Stres pada dasarnya adalah faktor internal pemicu dermatitis, tapi stres sering kali disebabkan oleh masalah dalam kehidupan sehari-hari. Saat mengalami stres, tubuh memproduksi hormon yang disebut kortisol.

    Kortisol dalam jumlah besar dapat memperparah peradangan, termasuk yang terjadi pada kulit. Ini sebabnya penderita dermatitis lebih sering menggaruk dan mengeluhkan gejala yang semakin parah saat mereka mengalami stres.

    5. Tumbuhan tertentu

    Beberapa jenis tumbuhan ternyata merupakan penyebab kambuhnya dermatitis. Ada tumbuhan yang hanya menimbulkan ruam saat kulit penderita terkena sinar matahari, tapi ada pula yang bisa sampai menyebabkan luka lepuh berisi cairan.

    Kondisi yang dikenal sebagai phytodermatitis ini sangat bervariasi. Jadi, jika Anda pernah mengalami gejala dermatitis setelah berkontak dengan tumbuhan tertentu, ada baiknya Anda menghafal ciri tumbuhan tersebut untuk mencegah kekambuhan.

    Dermatitis adalah penyakit kulit dengan penyebab dan pemicu yang beragam. Bahkan beberapa kasus dermatitis tidak diketahui penyebabnya sehingga proses pengobatan pun menjadi terhambat.

    Meski begitu, Anda dapat mengontrol gejala dengan berupaya mengenali pemicunya. Cara ini sekaligus membantu meredakan gangguan pada kulit serta mengurangi risiko kambuhnya penyakit di kemudian hari.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 12/10/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan