Cedera penis dianggap sebagai keadaan darurat urologi yang berisiko menimbulkan komplikasi serius bila tidak segera ditangani. Kondisi ini bisa terjadi karena disengaja atau tidak disengaja. Pahami jenis cedera penis dan cara menghindarinya dalam ulasan berikut ini.
Ragam jenis cedera penis
Sebelum membahas beberapa jenis cedera penis yang dapat terjadi, penting untuk memahami anatomi dan fungsi penis terlebih dahulu.
Penis adalah organ yang menjalankan proses perkemihan (buang air kecil) serta fungsi reproduksi pada pria.
Terdapat tiga buah saluran di dalam penis, yang salah satunya adalah uretra. Uretra memiliki fungsi sebagai saluran tempat keluarnya urine dan air mani.
Sementara itu, dua saluran lain disebut corpora cavernosa merupakan jaringan spons yang membuat penis ereksi dengan menahan darah di dalamnya.
Ketiga saluran tersebut terbungkus oleh selubung fibrosa (jaringan yang memiliki banyak serat kolagen) yang sangat kuat yang disebut tunica albuginea.
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa jenis cedera atau trauma penis yang umum terjadi.
1. Lecet atau luka sayatan
Luka sayatan atau lecet pada penis bisa terbentuk akibat gesekan berlebihan selama masturbasi, hubungan intim yang kasar, atau kesalahan saat mencukur bulu kemaluan.
Jenis cedera penis ini akan menimbulkan rasa nyeri dan perih, terlebih saat Anda buang air kecil atau berhubungan intim.
Meski biasanya bersifat ringan, luka terbuka bisa memicu infeksi bila tidak dirawat dengan baik. Oleh sebab itu, Anda perlu menjaga kebersihan penis untuk mencegah komplikasi.
Jika Anda memiliki luka dalam atau luka yang tidak kunjung sembuh pada, sebaiknya lakukan pemeriksaan medis lebih lanjut dengan dokter.
2. Fraktur penis
Fraktur penis, atau penis patah, terjadi saat penis yang sedang ereksi mendapat tekanan atau tekukan kuat hingga lapisan tunica albuginea di dalamnya robek.
Ciri-ciri khas dari cedera penis ini adalah adanya suara patahan atau retak yang disertai dengan nyeri hebat, penis bengkak, dan perubahan warna penis akibat perdarahan di bawah kulit.
Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat menyebabkan gangguan permanen pada fungsi ereksi.
Penanganan medis yang cepat, umumnya melalui pembedahan, dapat memperbaiki kerusakan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Tahukah Anda?
3. Gigitan atau cedera akibat benda tajam
Luka gigit yang diakibatkan seks oral, serangan hewan, maupun cedera akibat benda tajam, seperti pisau cukur, bisa menyebabkan cedera pada penis.
Dalam kasus yang disebabkan oleh gigitan hewan, seperti serangga, kucing, dan anjing, luka pada penis bisa terinfeksi oleh bakteri yang ditularkan dari hewan tersebut.
Jika cedera cukup dalam atau mengakibatkan perdarahan hebat, pertolongan medis diperlukan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi.
Perawatan luka dan pemberian obat antibiotik ketika dibutuhkan akan membantu mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko infeksi.
4. Ruptur uretra
Jenis cedera penis ini melibatkan robekan atau kerusakan pada saluran uretra, yang bisa terjadi akibat trauma benda tumpul, fraktur penis, atau praktik tertentu seperti urethral sounding.
Urethral sounding adalah tindakan memasukkan benda ke dalam uretra untuk menghasilkan sensasi tertentu. Hal ini bisa menyebabkan luka hingga lubang pada uretra (perforasi).
Ruptur uretra bisa mengarah pada pembentukan jaringan parut. Kondisi ini dapat menyebabkan penyempitan uretra dan kesulitan buang air kecil di kemudian hari.
5. Luka bakar
Luka bakar pada area genital pria bisa terjadi akibat kontak dengan suhu tinggi, paparan bahan kimia berbahaya, sengatan listrik, atau gesekan saat mengalami kecelakaan.
Biasanya, luka bakar ringan memicu kemerahan dan rasa nyeri. Sementara itu, luka parah berisiko menyebabkan lepuhan, kematian jaringan, atau bahkan gangguan permanen pada penis.
Pengobatan luka bakar pada penis tergantung tingkat keparahannya, seperti penggunaan salep antibiotik hingga prosedur bedah rekonstruktif atau operasi plastik.
6. Luka tembus
Luka tembus pada penis merupakan cedera serius yang disebabkan tusukan benda tajam atau peluru yang menembus jaringan penis.
Cedera ini bisa merusak uretra, pembuluh darah, dan jaringan erektil pada penis. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat, nyeri parah, dan hilangnya fungsi penis.
Orang yang mengalaminya memerlukan pembedahan darurat guna menghentikan perdarahan, memperbaiki jaringan yang rusak, serta mencegah infeksi.
Jika tidak ditangani dengan benar, trauma penis ini berisiko menyebabkan komplikasi jangka panjang, antara lain penyempitan uretra dan disfungsi ereksi.
7. Amputasi penis
Salah satu cedera ekstrem yang mungkin terjadi pada penis adalah amputasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kecelakaan serius, serangan fisik, atau tindakan medis tertentu.
Amputasi penis bisa bersifat parsial dan komplet, tergantung pada seberapa besar bagian penis yang terputus.
Trauma ini ditangani melalui prosedur bedah rekonstruktif yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi penis atau menyambung kembali penis bila memungkinkan.