Normalnya, pria terlahir dengan dua buah zakar atau testis yang berfungsi untuk memproduksi sperma. Namun, ada kondisi saat satu testis tidak turun atau terbilang hanya memiliki satu testis sejak lahir. Kondisi ini disebut dengan monorchism. Lantas, apa saja penyebabnya? Cari tahu jawabannya pada ulasan berikut.
Apa itu monorchism?
Monorchism adalah suatu kondisi saat pria hanya memiliki satu testis. Hal ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada perkembangan embrio atau janin dan tidak memiliki gejala apapun. Namun, hilangnya satu testis ini mungkin terjadi karena berbagai alasan lain.
Kekhawatiran akan kesuburan mungkin dialami oleh pria dengan kondisi ini. Tenang saja, dengan satu testis pun tetap bisa berfungsi sebagai organ reproduksi yang menjamin kesuburan Anda sebagai pria bila kelak menikah. Pasalnya, ibarat ginjal, bila salah satu ginjal tidak berfungsi maka organ yang sehat akan mengambil alih fungsinya agar tubuh tetap sehat.
Berbagai penyebab monorchism
1. Satu testis tidak turun ke skrotum (chyptorchidism)
Chyptorchidism adalah kondisi saat hanya satu testis yang turun ke dalam skrotum, biasanya disebabkan karena adanya gangguan perkembangan janin. Pada beberapa kasus, ini terjadi hanya pada satu testis saja, tapi ada sekitar 10 persen kejadian kedua testis tidak turun. Hal ini sering terjadi pada bayi laki-laki yang lahir prematur.
Normalnya, testis mulai berkembang di rongga perut janin saat kehamilan berusia 10 minggu. Semakin bertambahnya usia kehamilan, sekitar 28-40 minggu, testis diharapkan bisa memasuki kanal inguinalis, yaitu saluran yang membentuk jalan bagi testis untuk turun dari rongga perut menuju kantung skrotum. Namun, pada kondisi chyptorchidism, testis ini tidak bisa bergerak menuju skrotum.
Bila diketahui di awal-awal kelahiran bayi, testis ini seharusnya akan turun secara spontan pada empat bulan pertama kelahirannya. Namun, jika memang tetap tidak bisa turun, maka sebaiknya dilakukan prosedur operasi yang disebut dengan orchidopexy untuk menurunkan testis ke skrotum. Operasi ini penting dilakukan di tahun pertama kelahiran bayi untuk menghindari hilangnya fungsi testis, menjauhkan dari risiko ketidaksuburan, dan mencegah kanker testis.
2. Satu testis menghilang (vanishing testis)
Selama masa perkembangan embrio dan janin, masalah lain terhadap perkembangan testis bisa saja terjadi, salah satunya adalah satu testis menghilang saat perkembangan. Hal ini disebut dengan vanishing testis atau sindrom regresi testis.
Masalah ini cenderung tidak terdeteksi dan tidak dapat diobati. Hal ini disebabkan oleh adanya penyakit torsi testis, cedera, atau ketidakseimbangan hormon pada saat kehamilan yang menyebabkan testis menghilang atau vanishing testis.
Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menangkap sinyal bahwa testis telah rusak sehingga membuat makrofag (sel darah putih yang aktif menghancurkan zat asing atau sel-sel mati) menjadi aktif dan menghilangkan organ non-fungsional tersebut.
Meskipun ini tidak bisa diobati, tapi penting dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisi yang terjadi bukanlah cryptorchidism. Sebab, sekitar 5 persen dari pasien cryptorchidism juga mengalami kondisi ini.
3. Pengangkatan satu testis (orchiectomy)
Orchiectomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat salah satu atau dua testis karena beberapa proses patologis. Pembedahan ini dapat dilakukan dengan alasan adanya tumor testis, cedera serius, penyakit torsi testis, dan kanker prostat.
Di samping melakukan prosedur pengangkatan testis, diharapkan dapat dilakukan pembedahan lain untuk menghilangkan proses patologis dan menyelamatkan sebagian fungsi testis selama masih bisa dilakukan.
[embed-health-tool-bmi]