backup og meta

Psstt... Curhat ke Psikolog Bisa Membantu Mengatasi Masalah Ejakulasi Dini

Psstt... Curhat ke Psikolog Bisa Membantu Mengatasi Masalah Ejakulasi Dini

Ejakulasi dini bisa membuat pria tidak percaya diri, gelisah, atau kehilangan gairah seks. Karena itu sekarang sudah banyak sekali produk suplemen atau obat herbal yang katanya ampuh mengatasi ejakulasi dini. Padahal, ada cara yang lebih aman dan efektif untuk membantu Anda mengendalikan ejakulasi saat bercinta — curhat saja!

Eits tapi jangan curhat pada sembarang orang. Datanglah ke kantor praktik psikolog terdekat di lokasi Anda, dan tumpahkan segala keluh kesah Anda. Ya, selain tanpa efek samping, hasil dari konsultasi ke psikolog ini terbukti awet untuk jangka panjang. Memang bagaimana sih, cara seorang psikolog membantu Anda mengatasi ejakulasi dini melalui terapi? Ini dia penjelasan lengkapnya.

Penyebab psikologis Anda mengalami ejakulasi dini

Menurut para ahli, ada dua jenis penyebab ejakulasi dini. Yang pertama adalah faktor psikologis, sedangkan yang kedua adalah faktor biologis seperti gangguan saraf, penyakit tertentu (misalnya diabetes), atau hormon yang tidak seimbang.

Nah, kalau Anda sudah menjalani pengobatan seperti terapi hormon tetapi hasilnya belum ada, bisa jadi penyebabnya adalah faktor psikologis. Ejakulasi dini bisa terjadi karena Anda terlalu cemas, terlalu bersemangat, tidak percaya diri, merasa bersalah, atau karena Anda takut terhadap ejakulasi dini itu sendiri. Pasalnya, keluarnya air mani dikendalikan oleh otak, organ tubuh yang sama-sama mengatur emosi dan kondisi psikologis seseorang.

Ada juga orang yang mengalami ejakulasi dini karena dulu pernah mengalami trauma, punya pengalaman buruk soal seks, sedang ada masalah dengan pasangan, atau akibat depresi. Karena kebanyakan masalah ejakulasi berasal dari kondisi kejiwaan seseorang, maka salah satu cara terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan bantuan ahli kejiwaan. Misalnya seorang psikiater (dokter spesialis kejiwaan), terapis, atau psikolog. menunda orgasme mencegah ejakulasi dini

Bagaimana “curhat’ ke psikolog bisa membantu mengatasi ejakulasi dini?

Biasanya untuk mengatasi ejakulasi dini para psikolog menggunakan pendekatan terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behavioral Therapy, disingkat CBT). Pasalnya, terapi ini sudah kerap terbukti yang paling efektif untuk mengatasi berbagai masalah psikologis. Fokus dari CBT adalah memperbaiki pola pikir (kognitif) supaya bisa mengubah perilaku (perilaku).

Harapannya, orang yang ikut terapi ini mampu menunda ejakulasi dengan teknik-teknik yang diajarkan oleh terapis. Lebih jelasnya, simak langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi ejakulasi dini melalui terapi psikologis CBT berikut ini.

1. Mengubah pola pikir negatif

Pertama-tama, Anda dan terapis akan mencari akar permasalahan yang memicu ejakulasi dini. Anda mungkin ditanya soal pengalaman masa kecil, pengalaman seksual, serta emosi yang Anda rasakan. Dari situ Anda akan menemukan penyebab ejakulasi dini. Misalnya karena selama ini Anda selalu takut gagal atau dianggap payah. Baik itu saat berhubungan seks atau dalam kehidupan sehari-hari.

Akibatnya, secara tak sadar otak Anda “bekerja terlalu keras” dan terburu-buru ketika berhubungan seks. Daripada takut dianggap tidak bisa ereksi atau ejakulasi, otak memerintahkan organ-organ seksual Anda untuk berejakulasi meskipun terlalu cepat. Dengan bantuan terapis, Anda akan menyadari bahwa pola pikir takut gagal itu salah dan merugikan diri sendiri. Caranya macam-macam, bisa dengan menulis buku harian atau mengeluarkan keluh kesah pada terapis.

2. Menjalin hubungan yang lebih erat dengan pasangan

Berikutnya, Anda diminta untuk mengevaluasi hubungan Anda dengan pasangan. Pasalnya, supaya Anda lebih rileks dan bisa menikmati seks, Anda dan pasangan harus memiliki ikatan batin yang erat. Sedangkan kalau Anda tidak bisa memercayai pasangan Anda atau selama ini pasangan Anda malah sering mengejek masalah seksual yang Anda alami, tentu sulit sekali untuk mengatasi ejakulasi dini.

Karena itu, terapis bisa membantu Anda memperbaiki hubungan dengan pasangan. Misalnya dengan mengajari Anda berkomunikasi dengan pasangan secara jujur, terbuka, dan efektif. Terapis juga mungkin mengajak pasangan Anda untuk ikut beberapa sesi terapi. Ini supaya pasangan Anda tahu bagaimana cara mendukung Anda mengatasi masalah ini.

3. Melatih perubahan perilaku

Ingat, CBT bukan pengobatan instan. Tidak ada obat instan yang bisa mengatasi ejakulasi dini. Anda harus gigih dan punya kemauan tinggi untuk berubah. Untuk melatih perubahan perilaku, Anda akan diajari berbagai teknik untuk mengusir pola pikir negatif dan mengendalikan diri

Misalnya ketika muncul rasa cemas atau gugup saat berhubungan intim. Anda bisa menarik napas dalam beberapa kali supaya rasa cemasnya pergi. Dengan begitu, Anda jadi lebih mampu menunda ejakulasi. Anda juga bisa menanamkan pola pikir positif setiap kali pikiran yang negatif menghantui Anda. Misalnya memberi sugesti bahwa seks itu bukan soal adu kemampuan. Tidak perlu membuktikan apapun pada pasangan Anda. Yang penting justru bagaimana Anda menikmati momen intim bersamanya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Mohammadi, Seyyed Davoud et al. “Effectiveness Of Cognitive Behavioral Therapy On The Signs, Symptoms And Clinical Consequences Of Premature Ejaculation.” Japanese Psychological Research. 55.4 (2013): 350-357.

Abdo, Carmita H. N. Treatment Of Premature Ejaculation With Cognitive Behavioral Therapy.” Premature Ejaculation (2012): 213-220.

Premature (Early) Ejaculation Disorder Treatment. https://psychcentral.com/disorders/premature-ejaculation-treatment/. Diakses 9 Agustus 2017.

Versi Terbaru

10/06/2021

Ditulis oleh Irene Anindyaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Ajeng Pratiwi


Artikel Terkait

12 Cara Merawat Kesehatan Penis yang Penting Anda Ketahui

7 Penyebab Sperma Berdarah yang Harus Pria Waspadai


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 10/06/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan