Rata-rata pria akan menghasilkan setidaknya 525 miliar sel sperma seumur hidupnya dan melepaskan setidaknya satu miliar di antaranya setiap bulan. Seorang pria dewasa yang sehat dapat melepaskan antara 40 juta dan 1,2 miliar sel sperma dalam satu ejakulasi. Namun, kualitas sperma bisa menurun, karena akan sangat bergantung pada beragam faktor eksternal seperti kebiasaan sehari-hari Anda.
Nah, Anda yang terbiasa begadang atau tidur larut malam harus mulai waspada. Pasalnya, kurang tidur adalah salah satu faktor yang ternyata bisa merusak sperma. Ditambah lagi, kualitas sperma yang buruk bisa berdampak pada kesuburan Anda. Dari 1 dari 10 pasangan yang tidak subur, diperkirakan bahwa sebanyak 30% faktor penyebabnya adalah karena kualitas sperma yang buruk.
Mengapa kurang tidur bisa membuat kualitas sperma menurun?
Dilansir dari dua penelitian berbeda, pria yang kurang tidur memiliki jumlah sperma dan lebih sedikit “kloter” sperma yang terbentuk sempurna jika dibandingkan dengan kelompok pria yang mendapatkan cukup tidur — kurang lebih 7-8 jam per malam. Sperma milik pria yang suka begadang juga ditemukan berumur lebih pendek dari milik pria yang cukup tidur 8 jam setiap hari.
Kedua studi tersebut, yang satu dari Harbin Medical University di Cina awal 2017 lalu dan lainnya dari University of Southern Denmark tahun 2013, hanya menemukan keterkaitan dengan kualitas sperma yang memburuk dan bukannya hubungan sebab-akibat langsung. Namun, ada beberapa teori yang masuk akal untuk menjelaskan kaitan tersebut. Berikut penjelasannya.
Kurang tidur memengaruhi produksi testosteron
Testosteron diperlukan untuk reproduksi, dan sebagian besar pelepasan testosteron setiap hari terjadi pada saat tidur. Peneliti mencurigai bahwa gangguan tidur mengubah ritme testosteron di malam hari, tanpa memengaruhi kadar testosteron secara keseluruhan. Namun faktor gaya hidup lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini juga bisa menjelaskan penyebab di balik kurangnya waktu tidur yang menurunkan kualitas sperma.
Sebagai contoh, kebanyakan pria pada umumnya memilih untuk begadang demi menyelesaikan deadline pekerjaannya. Stres dari pekerjaan inilah yang juga bisa menjelaskan kenapa kualitas tidurnya memburuk, sehingga kualitas spermanya pun ikut memburuk. Stres telah lama diketahui bisa mengganggu hormon-hormon yang memengaruhi kesuburan.
Di sisi lain, pria yang kurang tidur mungkin memilih untuk mengisi waktunya menunggu kembali tidur sambil merokok atau minum alkohol. Beberapa orang akan merokok atau minum alkohol dan berpikir itu akan membantu mereka tertidur lebih cepat. Nyatanya, penyalahgunaan alkohol berdampak negatif pada kualitas dan produksi sperma, sementara merokok mengganggu motilitas (pergerakan) sperma. Dan tidak hanya itu.
Selain memperlambat keluarnya sperma dan membuat kualitas sperma menurun, penelitian lain menunjukkan bahwa merokok dapat merusak DNA sperma dan meningkatkan risiko impotensi.
Kurang tidur memicu peningkatan antibodi anti-sperma (ASA)
Tim peneliti dari Harbin Medical University menduga bahwa kebiasaan tidur larut malam dan kurangnya waktu tidur dapat memicu peningkatan antibodi anti-sperma (ASA) yang dapat merusak kualitas sperma sehat.
Antibodi anti-sperma adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun tubuh. Ini bukanlah penyebab mutlak dari ketidaksuburan pria, tapi efeknya jelas; semakin besar respons sistem imun tubuh Anda melepaskan antibodi ini, semakin kecil kemungkinan kehamilan akan terjadi. Dengan kata lain, tubuh Anda melacak bagian dari fungsi reproduksi ini sebagai musuh dan mengirim sel pembunuh “alami’ yang mengandung antibodi anti-sperma untuk menyerang balik.
Antibodi anti-sperma bekerja dengan cara menghalangi pergerakan sperma, mempersulit sperma untuk melakukan pembuahan, dan menghambat implantasi embrio. Oleh karena itu, sperma dari pria yang punya jumlah antibodi sperma tinggi akan sulit untuk mencapai telur, dan/atau menyuburkan sel telur, mungkin menyebabkan ketidaksuburan. Antibodi anti-sperma juga bisa merusak sperma yang bertahan, dan ini bisa menyebabkan keguguran.
Menariknya, penelitian dari Cina ini juga menemukan bahwa tidur selama lebih dari sembilan jam juga memicu produksi antibodi antisperma yang berlebihan, sama seperti halnya tidur malam hanya selama enam jam atau bahkan kurang. Hal ini kemudian dapat membuat kualitas sperma menurun.
[embed-health-tool-heart-rate]