backup og meta

Sama-Sama Bikin Sesak Napas, Ini Perbedaan Asma dan Bronkitis

Sama-Sama Bikin Sesak Napas, Ini Perbedaan Asma dan Bronkitis

Asma dan bronkitis merupakan penyakit yang terlihat serupa, tapi tak sama. Keduanya sama-sama membuat saluran udara menjadi meradang dan membengkak, sehingga udara sulit bergerak ke paru-paru. Akibatnya, lebih sedikit oksigen yang masuk. Kekurangan oksigen inilah yang pada akhirnya menyebabkan gejala sesak napas, batuk, dan rasa sesak di dada. Namun, jangan salah, tidak semua gejala asma juga merupakan gejala bronkitis. Lebih jelas, berikut ulasan mengenai beda asma dan bronkitis.

Apa perbedaan asma dengan bronkitis? 

Beda asma dan bronkitis dapat dilihat berdasarkan berbagai hal, mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatannya. Sebelum membahas lebih jauh mengenai beda antara gejala asma dan bronkitis, ada baiknya Anda memahami dulu perbedaan mendasar kedua penyakit ini.

Pengertian asma dan bronkitis

Asma

Asma adalah penyakit pernapasan kronis saat saluran napas menyempit dan membengkak. Akibatnya, tubuh mengeluarkan lendir berlebih yang menyumbat saluran napas. Itu sebabnya, Anda jadi sulit bernapas, batuk, mengi (napas berbunyi lirih seperti siulan atau ngik-ngik), dan sesak.

sesak napas

Bronkitis

Bronkitis merupakan infeksi saluran pernapasan, tepatnya pada bronkus. Infeksi ini mengakibatkan saluran napas mengalami peradangan. Bronkitis terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Bronkitis akut

Bronkitis akut yakni infeksi saluran pernapasan jangka pendek yang biasanya berlangsung selama beberapa minggu dan akan kembali normal saat infeksi sembuh.

2. Bronkitis kronis

Bronkitis kronis yakni infeksi saluran napas jangka panjang yang berlangsung selama berbulan-bulan hingga hitungan tahun dan lebih parah dibandingkan dengan bronkitis akut. Bahkan, kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan saluran napas secara permanen. Penyakit bronkitis kronis ini juga dikenal menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Perbedaan asma dan bronkitis berdasarkan penyebabnya

Para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab asma. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tapi Anda bisa mengendalikan pemicunya agar tidak kambuh dan menyerang secara tiba-tiba.

Sementara itu, penyebab bronkitis umumnya adalah virus. Menurut American College of Chest Physicians, kurang dari 10 persen kasus bronkitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Dengan pengobatan yang tepat, kondisi ini bisa disembuhkan.

Asma dapat dipicu oleh faktor keturunan dan lingkungan, sedangkan risiko bronkitis dapat meningkat ketika Anda terpapar asap rokok dan polusi udara. 

Perbedaan asma dan bronkitis berdasarkan gejalanya

Gejala asma dan bronkitis pada dasarnya hampir sama. Hanya saja terdapat beberapa hal yang membedakan. Mengi, sesak napas, batuk, dan rasa sesak di dada merupakan gejala yang dirasakan baik oleh pengidap asma maupun bronkitis. Selain itu, ada beberapa gejala lainnya yang membedakan yaitu:

Asma

  • Serangan yang bersifat tiba-tiba dan terjadi karena serangkaian pemicu.
  • Gejala asma bisa datang dan pergi.
  • Gejala akan membaik jika diberi obat bronkodilator.
  • Lebih sering timbul suara mengi (napas berbunyi lirih seperti siulan atau ngik-ngik).

Bronkitis

  • Batuk dengan atau tanpa dahak. Biasanya dahak yang dikeluarkan berwarna bening, kehijauan, dan kekuningan.
  • Batuk terus-menerus.
  • Pilek.
  • Demam rendah dengan suhu sekitar 37,7-38,8 derajat Celcius.
  • Badan terasa panas dingin (meriang).
  • Rasa pegal di seluruh tubuh.
  • Gejala bronkitis akan menetap selama infeksi masih berada di dalam tubuh.

Perbedaan asma dan bronkitis berdasarkan pengobatannya

Beda gejala dan penyebab, beda pula jenis pengobatannya. Berikut perbedaan pengobatan bronkitis dan asma.

Asma

Biasanya asma diatasi dengan cara mencegah pemicunya. Stres, alergi, atau obat tertentu adalah salah satu pemicu asma. Kondisi ini bisa diatasi dengan inhaler untuk mengobati gejala yang muncul secara tiba-tiba.

Inhaler tersebut berisi bronkodilator untuk mengurangi gejala sesak. Untuk jangka panjang demi mencegah terjadinya asma (controller), dokter mungkin memberikan inhaler kortikosteroid.

Mengenal Jenis-Jenis Inhaler Asma Beserta Efek Samping dan Cara Pakai yang Benar

Bronkitis

Bronkitis akut biasanya akan hilang dengan sendirinya. Dokter akan menyarankan Anda untuk banyak beristirahat, minum banyak cairan, dan meresepkan obat penghilang rasa sakit akibat batuk yang tidak kunjung berhenti.

Sementara itu, bronkitis kronis biasanya diobati dengan steroid untuk mengurangi peradangan, obat antibiotik, dan obat bronkodilator. Obat ini juga dapat membantu membersihkan produksi lendir berlebih yang menyumbat saluran napas.

Bronkitis kronis yang merupakan bagian dari PPOK diobati dengan tujuan meredakan gejala, mecegah komplikasi bronkitis, dan mengendalikan perkembangan penyakit.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Asthma | AAAAI. (2020). Retrieved 26 June 2020, from https://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/asthma

Asthma | National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). (2020). Retrieved 26 June 2020, from https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/asthma

Bronchitis | National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). (2020). Retrieved 26 June 2020, from https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/bronchitis

Asthma – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 26 June 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/symptoms-causes/syc-20369653

Asthma – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 26 June 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/symptoms-causes/syc-20369653

Braman, S. (2006). Chronic Cough Due to Acute Bronchitis. Chest, 129(1), 95S-103S. doi: 10.1378/chest.129.1_suppl.95s

Versi Terbaru

08/09/2020

Ditulis oleh Widya Citra Andini

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Aulia Fahmy


Artikel Terkait

Torakotomi

Obat-obatan yang Digunakan untuk Mengatasi Bronkitis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 08/09/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan