backup og meta

Chromhidrosis

Chromhidrosis

Saat berkeringat, tubuh mengeluarkan zat sisa melalui pori-pori kulit. Umumnya, keringat tidak berwarna atau bening saat keluar. Namun, ada kondisi di mana keringat dapat berwarna. Kondisi ini disebut dengan chromhidrosis, seperti apa penyebab hingga pengobatannya?

Apa itu chromhidrosis?

Chromhidrosis adalah kondisi kronis langka yang menyebabkan keringat memiliki warna, baik hitam, biru, hijau, kuning, merah, maupun cokelat. 

Meskipun tidak berbahaya, kondisi ini dapat menyebabkan tekanan emosional, psikologis, dan rasa malu.

Pasalnya, orang dengan penyakit kulit ini perlu berganti pakaian sesering mungkin saat berkeringat. 

International Hyperhidrosis Society (IHS) mencatat bahwa informasi tentang kondisi ini masih sangat sedikit karena sangat jarang terjadi. 

IHS juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara timbulnya chromhidrosis dengan jenis kelamin pasien, lokasi geografis, musim, atau cuaca.

Meski begitu, chromhidrosis lebih mungkin berkembang pada orang-orang keturunan Afrika.

Chromhidrosis dapat terjadi pada hampir semua usia, tetapi biasanya timbul setelah pubertas atau saat kelenjar apokrin mulai mengeluarkan cairan.

Jenis-jenis chromhidrosis

Ada beberapa jenis masalah warna keringat yang bisa memengaruhi tubuh.

  • Apocrine chromhidrosis: memengaruhi area yang mengandung kelenjar keringat apokrin, seperti badan, kelopak mata, kulit kepala, telinga, dan  area kulit sekitar puting.
  • Eccrine chromhidrosis: memengaruhi tempat keluar keringat di hampir setiap area tubuh.
  • Pseudochromhidrosis: terjadi ketika pewarna, bahan kimia, atau bakteri penghasil pigmen bercampur dengan kelenjar keringat yang tidak berwarna.
  • Hematohidrosis: keluarnya keringat berdarah dari kulit atau mukosa (rongga mulut). 

Gejala chromhidrosis 

diabetes berkeringat

Ciri-ciri penyakit kulit chromhidrosis adalah tubuh mengeluarkan keringat berwarna.

Warna ini mungkin hanya timbul pada keringat di area tertentu atau bahkan di seluruh tubuh. 

Sebelum keringat berwarna muncul, tubuh bisa terasa hangat. Gejala ini bisa makin parah disebabkan oleh aktivitas fisik atau stres berkepanjangan.

Orang dengan chromhidrosis perlu mencari bantuan profesional jika mereka mulai mengalami tekanan emosional, depresi, atau kecemasan. 

Gejala-gejala tersebut dapat mencakup:

  • Perasaan keputusasaan, ketidakberdayaan, rasa bersalah, atau pesimisme.
  • Suasana hati cemas, sedih, atau kosong yang terus-menerus.
  • Penurunan energi atau kelelahan.
  • Penurunan berat badan.
  • Kurangnya minat pada kegiatan yang menyenangkan.
  • Gejala fisik, seperti sakit kepala yang tidak merespon pengobatan.
  • Insomnia.
  • Kesulitan berkonsentrasi, membuat keputusan, atau mengingat.
  • Kurang nafsu makan atau makan berlebihan,
  • Cepatmarah.
  • Pikiran untuk bunuh diri atau kematian.

Penyebab chromhidrosis

Ada beberapa kemungkinan penyebab chromhidrosis, tergantung pada jenisnya.

Meskipun dapat berlangsung terus-menerus, perubahan warna keringat dapat berkurang seiring waktu.

Hal tersebut terjadi ketika tubuh memproduksi lebih sedikit lipofuscin, yaitu pigmen (zat pewarna) yang menyebabkan perubahan warna keringat.

Orang dengan chromhidrosis mungkin memiliki lebih banyak lipofuscin dari orang biasa. 

Pada orang dengan apocrine chromhidrosis, lipofuscin menyebabkan perubahan warna dalam proses pembuatan keringat.

Situasi tertentu juga bisa merangsang kelenjar apokrin untuk membuat keringat berwarna, seperti:

  • gesekan terhadap kulit atau iritasi kulit,
  • mandi air panas, dan
  • rangsangan seperti kecemasan, gairah seksual, atau rasa sakit.

Pada orang dengan eccrine chromhidrosis, perubahan warna biasanya terjadi karena hal-hal berikut. 

  • Penggunaan obat-obatan, logam, dan pewarna termasuk pencahar. bisacodyl dengan tartrazin, kina, rifampisin, klofazimin, metilen biru, merkuri, dan tembaga.
  • Konsumsi berlebihan beta-karoten/karotenemia dan bahan tambahan atau pewarna makanan.
  • Hiperbilirubinemia (peningkatan kadar bilirubin dalam darah).
  • Uremia (tingginya kadar urea dalam tubuh).

Pseudochromhidrosis lebih mudah terjadi ketika jaringan kulit bersentuhan dengan:

  • bahan kimia,
  • pewarna, dan 
  • bakteri penghasil pigmen.

Namun, untuk penyebab kondisi hematohidrosis masih tidak diketahui. Kondisi ini dikaitkan dengan stres atau kecemasan.

Selama stres berat atau kecemasan ekstrem, pembuluh kapiler vaskular menyempit dan kemudian melebar. 

Diasumsikan selama fase pelebaran pembuluh kapiler di sekitar kelenjar keringat dan folikel rambut, darah masuk ke kelenjar keringat.

Hal ini kemudian mengakibatkan pewarnaan darah pada cairan keringat. Namun dalam banyak kasus, tidak ada faktor pemicu yang teridentifikasi.

Masalah kesehatan lain yang dapat menyebabkan keringat berubah warna, di antaranya:

  • infeksi,
  • darah dalam keringat,
  • bilirubin dari hati, dan
  • keracunan.

Faktor risiko 

hematohidrosis keringat darah

Beberapa kondisi atau penyakit dapat meningkatkan risiko terjadinya chromhidrosis.

1. Penyakit addison

Penyakit Addison adalah gangguan ketika kelenjar adrenalin tidak bekerja dengan maksimal. Ini menyebabkan tubuh tidak cukup memproduksi hormon-hormon penting.

2. Hemokromatosis

Hemokromatosis merupakan kelainan yang memuat tubuh menyerap terlalu banyak zat besi. Akibatnya, tubuh menjadi kelebihan zat besi.

3. Alkaptonuria

Alkaptonuria adalah kondisi genetik langka di mana tubuh tidak memproduksi cukup enzim homogentisicdioxygenase (HGD) yang berfungsi memecah zat beracun asam homogentisat.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis masalah ini, dokter spesialis kulit mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan kapan dan di mana keringat berwarna muncul.

Di bawah ini adalah pemeriksaan dan tes yang mungkin dilakukan dokter untuk mendiagnosis kondisi ini.

  • Dermoskopi untuk memeriksa karakter dan lokasi pigmen pada kulit.
  • Biopsi kulit untuk mengonfirmasi diagnosis jika pigmen lipofuscin ditemukan di dalam sel kelenjar apokrin.
  • Tes fungsi hati dan fungsi ginjal untuk memeriksa adanya penyakit kuning atau uremia.
  • Kultur sampel kulit untuk memeriksa adanya infeksi bakteri chromogenic (penyebab pseudochromhidrosis) atau jamur.
  • Pemeriksaan Wood’s lamp untuk memeriksa adanya pewarna makanan kuning yang keluar lewat keringat.

Pengobatan chromhidrosis

keringat

Pengobatan chromhidrosis dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut penjelasan lengkapnya. 

1. Eccrine chromhidrosis

Perawatan untuk eccrine chromhidrosis berfokus pada pengurangan atau menghindari kontak dengan pewarna, bahan kimia, atau logam berat yang menyebabkan perubahan warna.

Bahan-bahan tersebut seperti pewarna makan, tembaga, merkuri, dan bahan tambahan lainnya dalam makanan yang teridentifikasi saat pemeriksaan.

2. Apocrine chromhidrosis

Perawatan kondisi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah keringat atau untuk mengosongkan kelenjar apokrin.

Pada akhirnya, perawatan dapat menghentikan keringat berwarna terjadi. Di bawah ini perawatan untuk apocrine chromhidrosis

  • Mengoleskan krim capsaisin sekali atau dua kali sehari.
  • Menggunakan obat oleh aluminium klorida.
  • Menerima suntikan botoks.

3. Pseudochromhidrosis

Pseudochromhidrosis mudah diobati karena disebabkan oleh penyebab di luar tubuh.

Pengobatan paling sering adalah dengan menggunakan sabun antiseptik atau antibiotik termasuk klindamisin topikal dan eritromisin topikal atau oral selama 1 – 2 minggu.

Kemudian Anda juga perlu menghentikan penggunaan bahan kimia atau pewarna yang telah diidentifikasi sebagai penyebab kondisi ini.

4. Hematohidrosis

Hematohidrosis bersifat jinak dan sementara, biasanya sembuh dengan sendirinya. Namun, pengobatan lain juga mungkin diberikan pada pasien, yaitu:

  • beta-blocker, seperti propranolol oral dengan dosis 10 – 20mg/hari.
  • ansiolitik, dan
  • antidepresan.

Selain mengurangi gejala, penanganan untuk kondisi kulit ini juga mengurangi dampak psikososial dari stigma lingkungan sosial yang dialami pasien.

Kesimpulan

  • Chromhidrosis adalah kelainan langka tubuh mengeluarkan keringat berwarna.
  • Penyebab dan pengobatan kondisi ini dapat berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.
  • Kelainan ini bersifat tidak berbahaya selama tidak disertai gejala penyakit lain.
  • Konsultasikan kepada dokter jika Anda membutuhkan bantuan dan tindakan lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bilgin, I., Kelekci, K. H., Catal, S., & Calli, A. (2014). Late-onset apocrine chromhidrosis. Indian journal of dermatology, venereology and leprology, 80(6), 579. https://doi.org/10.4103/0378-6323.144231 

Wang, A., Wysong, A., Nord, K. M., Egbert, B. M., & Kosek, J. (2014). Chromhidrosis: a rare diagnosis requiring clinicopathologic correlation. The American Journal of dermatopathology, 36(10), 853–855. https://doi.org/10.1097/DAD.0b013e3182871a17 

Wilkes, D., Nagallim S. (2022). Chromhidrosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 

Chromhidrosis. (202). DermNet New Zealand. Retrieved June 17, 2022 from, https://dermnetnz.org/topics/chromhidrosis 

Chromhidrosis. (n.d.). International Hyperhidrosis Society (IHS). Retrieved June 17, 2022 from, https://www.sweathelp.org/home/chromhidrosis.html 

Lyons, D. (2020). Apocrine chromhidrosis. DermNet New Zealand. Retrieved June 17, 2022 from, https://dermnetnz.org/topics/apocrine-chromhidrosis 

Lyons, D. (2020). Eccrine chromhidrosis. DermNet New Zealand. Retrieved June 17, 2022 from, https://dermnetnz.org/topics/eccrine-chromhidrosis 

Lyons, D. (2021). Haematohidrosis. DermNet New Zealand. Retrieved June 17, 2022 from, https://dermnetnz.org/topics/haematohidrosis 

Lyons, D. (2021). Pseudochromhidrosis. DermNet New Zealand. Retrieved June 17, 2022 https://dermnetnz.org/topics/pseudochromhidrosis 

Versi Terbaru

06/07/2022

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Ragam Penyakit Kulit Kepala yang Umum dan Perlu Anda Waspadai

Pilihan Obat Dokter dan Perawatan Rumahan untuk Penyakit Kulit


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 06/07/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan