Jerawat bisa terjadi pada siapa saja. Kondisi kulit ini disebabkan penyumbatan pori-pori oleh minyak berlebih, infeksi bakteri, dan sel kulit mati. Salah satu faktor yang juga mendukung masalah ini adalah makanan, termasuk kacang yang disebut bikin muka jerawatan.
Benarkah kacang bikin jerawatan?
Sejak dulu, kacang dianggap sebagai musuh kulit karena dapat menimbulkan jerawat. Padahal, mitos tentang jerawat yang sudah beredar sejak lama ini tidak benar adanya.
Penyebab jerawat yang utama adalah penyumbatan pori oleh tiga faktor, yaitu infeksi bakteri, sel kulit mati, dan produksi minyak berlebih. Ketiga faktor tersebut memang dapat dipicu oleh berbagai hal, mulai dari kebiasaan mencuci muka hingga faktor genetik.
Salah satu hal yang paling sering terdengar adalah makanan penyebab jerawat. Sebagai contoh, makanan yang tinggi gula memang dapat memperburuk kondisi jerawat karena dapat memproduksi minyak lebih banyak.
Alhasil, jerawat baru pun tumbuh. Lantas, apakah kacang juga bikin kulit jerawatan?
Sebenarnya, alasan utama mengapa kacang disebut dapat menyebabkan jerawat adalah aktivitas sistem pencernaan setelah mengonsumsi makanan ini. Kandungan lemak dan protein yang tinggi pada kacang membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit saat mengolahnya.
Bila proses pencernaan lambat, sistem kekebalan tubuh mungkin mulai memproduksi antibodi untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, antibodi tersebut ternyata juga mengiritasi kelenjar sebaceous yang merangsang produksi minyak berlebih.
Bila sebum terlalu banyak, pori-pori akan tersumbat dan menimbulkan komedo dan jerawat. Hal ini yang membuat sebagian orang percaya bahwa kacang bikin kulit jerawatan.
Walaupun demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut apakah kacang menyebabkan jerawat atau tidak.
Manfaat kacang untuk kesehatan kulit
Alih-alih menyebabkan jerawat, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kacang tertentu justru dapat bantu menghilangkan jerawat. Kacang mengandung vitamin dan mineral yang membantu kulit melawan peradangan kulit, seperti:
vitamin A,
vitamin B3 dan B6,
vitamin C, serta
vitamin E.
Selain itu, kromium dan selenium di kacang juga berguna dalam memerangi masalah jerawat. Sebagai contoh, vitamin E membantu menjaga kelembapan kulit.
Kandungan asam folat pada kacang pistachio juga memastikan kulit pulih dari masalah jerawat. Bahkan, kacang pistachio juga dapat bereaksi dengan insulin karena bertugas melacak gula darah yang mungkin memengaruhi kadar androgen.
Tidak hanya itu, kandungan selenium dan zinc pada kacang mete juga membantu tubuh melawan radikal bebas yang mungkin merusak sistem imun dan sel kulit manusia.
Di lain sisi, kebanyakan kacang mengandung asam lemak omega-6 yang mungkin dapat memperburuk kondisi jerawat. Namun, omega-3 di dalamnya juga cukup kuat dalam melawan peradangan di kulit.
Meski begitu, masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat nilai gizi kacang terhadap jerawat atau justru menjadi penyebab dari masalah ini.
Tips konsumsi kacang agar tidak bikin jerawatan
Bagi para penggemar kacang mungkin merasa sulit bila harus terpisah dari makanan favoritnya ini. Terlebih lagi, tidak sedikit makanan-makanan yang diolah menggunakan kacang.
Bila demikian, ada beberapa tips yang mungkin membantu Anda agar kacang tidak menyebabkan jerawat meski dikonsumsi.
Meningkatkan asupan omega-3 melalui konsumsi ikan atau kacang Brazil.
Merendam kacang sebelum dimakan agar memudahkan sistem pencernaan.
Memanggang kacang untuk menghilangkan sebagian kandungan proteinnya.
Intinya, ada kemungkinan kacang bikin kulit Anda jerawatan. Namun, konsumsi kacang tidak secara langsung memberikan dampak terhadap kulit Anda. Hal yang perlu diperhatikan justru bagaimana Anda mengolah kacang tersebut.
Kacang yang digoreng mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi. Pasalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng mengandung lemak jenuh. Jika mengonsumsi kacang goreng dalam jumlah yang berlebihan, tentu dapat memicu jerawat.
Oleh sebab itu, selalu perhatikan bagaimana pola makan karena secara tidak langsung dapat berefek ke kesehatan kulit Anda. Bila Anda ragu, silakan tanyakan ke dokter spesialis kulit untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Kucharska, A., Szmurło, A., & Sińska, B. (2016). Significance of diet in treated and untreated acne vulgaris. Postepy dermatologii i alergologii, 33(2), 81–86. https://doi.org/10.5114/ada.2016.59146. Retrieved 13 October 2020.
Acne Myths Debunked. (n.d). UW Health. Retrieved 13 October 2020, from https://www.uwhealth.org/madison-plastic-surgery/acne-myths/36082
Wolkenstein, P., Machovcová, A., Szepietowski, J. C., Tennstedt, D., Veraldi, S., & Delarue, A. (2018). Acne prevalence and associations with lifestyle: a cross-sectional online survey of adolescents/young adults in 7 European countries. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology : JEADV, 32(2), 298–306. https://doi.org/10.1111/jdv.14475. Retrieved 13 October 2020.
Nuts and Seeds. (n.d). Better Health Channel. Retrieved 13 October 2020, from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/Nuts-and-seeds
Danby F. W. (2010). Nutrition and acne. Clinics in dermatology, 28(6), 598–604. https://doi.org/10.1016/j.clindermatol.2010.03.017. Retrieved 13 October 2020.
Colpo, E., Vilanova, C. D., Brenner Reetz, L. G., Medeiros Frescura Duarte, M. M., Farias, I. L., Irineu Muller, E., Muller, A. L., Moraes Flores, E. M., Wagner, R., & da Rocha, J. B. (2013). A single consumption of high amounts of the Brazil nuts improves lipid profile of healthy volunteers. Journal of nutrition and metabolism, 2013, 653185. https://doi.org/10.1155/2013/653185. Retrieved 13 October 2020.
Versi Terbaru
06/01/2022
Ditulis oleh Nabila Azmi
Ditinjau secara medis olehdr. Patricia Lukas Goentoro