Batu empedu merupakan endapan kolesterol di kantong empedu. Pada banyak kasus, batu empedu yang menyumbat saluran empedu menyebabkan radang kantong empedu (kolesistitis). Salah satu pengobatan alami yang diyakini dapat mengatasi batu empedu adalah terapi apel, tapi benarkah terbukti efektif?
Bisakah terapi apel untuk batu empedu?
Terapi apel untuk batu empedu pertama kali diketahui karena sebuah surat pembaca dari R. Dekkers pada tahun 1999.
Dekkers menceritakan kisah istrinya yang meminum satu liter jus apel selama tujuh hari untuk meringankan gejala batu empedu yang dialaminya. Ia mengklaim terapi tersebut mampu mengobati batu empedu.
Namun, hingga sekarang masih belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan khasiat terapi apel untuk batu empedu.
Dokter Brent Bauer dari Mayo Clinic turut menjelaskan bahwa beberapa orang mencoba pengobatan alternatif dengan menggunakan minyak zaitun, bahan herbal, dan jenis jus buah untuk membersihkan kantong empedu.
Mereka mengatakan membersihkan kantong empedu membantu memecah batu empedu dan merangsang pelepasan endapan melalui feses.
Lagi-lagi, hingga sekarang masih belum ada bukti bahwa pengobatan alternatif tersebut efektif menyembuhkan penyakit sistem pencernaan ini.
Terapi cuka apel bisa mencegah batu empedu?
Selain jus apel, cuka apel atau apple cider vinegar (ACV) sering digunakan sebagai terapi untuk batu empedu.
Cuka apel membantu mengurangi asupan kalori yang berisiko meningkatkan kadar kolesterol penyebab batu empedu.
Riset yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry menjelaskan konsumsi cuka apel bersama dengan makanan berkarbohidrat tinggi bisa meningkatkan sensasi kenyang.
Hal ini kemudian membuat asupan kalori harian menjadi 200–275 kalori lebih sedikit.
Artinya, cuka apel dapat membantu menurunkan berat badan yang kemudian berdampak berkurangnya kadar kolesterol. Berkurangnya kolesterol turut mengurangi risiko batu empedu.
Riset mengenai khasiat cuka apel untuk menurunkan kolesterol diterbitkan dalam beberapa penelitian salah satunya British Journal of Nutrition.
Riset ini mencatat bahwa cuka apel mampu mengurangi kolesterol serum dan konsentrasi triasilgliserol atau trigliserida pada tikus.
Namun, penelitian ini masih sebatas uji in vivo (uji klinis pada hewan) di laboratorium. Oleh karena itu, riset pada manusia masih dibutuhkan untuk membuktikan manfaatnya.
Efek samping terapi apel untuk batu empedu
Konsumsi apel baik bagi kesehatan, tetapi Anda perlu berhati-hati dengan efek samping terapi apel untuk batu empedu.
Baik terapi menggunakan cuka apel maupun jus apel sama-sama menimbulkan beberapa efek samping.
1. Meningkatkan risiko diabetes
Menurut USDA (U.S. Department of Agriculture) menyebut kandungan zat gizi dalam 100 gram buah apel memiliki 10,4 gram gula buah dan 2,43 gram glukosa.
Kandungan gula tersebut bisa meningkatkan kadar gula darah apabila Anda terlalu banyak mengonsumsi buah apel. Dalam jangka panjang, hal ini bisa meningkatkan risiko diabetes.
2. Menahan makanan lebih lama di lambung
Penelitian yang dirilis dalam BMC Gastroenterol menunjukkan bahwa cuka apel dapat memperlambat gerak makanan meninggalkan lambung untuk masuk ke saluran pencernaan bagian bawah.
Kondisi ini pada akhirnya bisa menghambat penyerapan nutrisi ke dalam aliran darah.
3. Merusak email gigi
Studi yang dilakukan oleh The Malaysian journal of medical sciences menunjukkan bahwa asam asetat dalam cuka apel juga dapat merusak email gigi.
Terlebih lagi konsumsi jangka panjang bisa menyebabkan hilangnya mineral yang berakibat kerusakan gigi.
Oleh karena itu, terapi apel untuk empedu tidak disarankan digunakan dalam jangka panjang.
4. Menurunkan kadar kalium dalam darah dan pengeroposan tulang
Ada satu laporan yang diterbitkan dalam jurnal Nephron yang memaparkan efek negatif dari penggunaan cuka apel.
Laporan ini menceritakan kasus seorang wanita berusia 28 tahun yang mengonsumsi 250 ml cuka apel yang diencerkan dengan air setiap hari selama enam tahun.
Ia kemudian dirawat di rumah sakit dengan kadar kalium rendah dan kelainan lain terkait kandungan kimia dalam darah.
Terlebih lagi, wanita itu didiagnosis mengalami osteoporosis, yakni penyebab tulang rapuh yang jarang dialami pada usia muda.