backup og meta

Bagikan

Diare Saat Puasa, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

PenyebabCara mengatasiCara mencegah

Diare saat puasa bisa membuat ibadah terganggu karena tubuh kehilangan banyak cairan dan energi. Selain menurunkan konsentrasi, diare juga bisa menimbulkan rasa lemas dehidrasi, hingga gangguan elektrolit. Lalu, apa penyebab diare saat puasa, bagaimana cara mengatasinya, dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Simak penjelasannya berikut ini.

Diare Saat Puasa, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penyebab diare saat puasa

Mencret saat puasa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kesalahan pola makan, hingga infeksi bakteri. Berikut ulasan lengkap seputar penyebab diare saat puasa.

1. Pola makan yang tidak sehat saat sahur atau berbuka

Salah satu penyebab diare saat puasa adalah pola makan yang tidak sehat, terutama saat sahur dan berbuka. 

Banyak orang cenderung kalap saat berbuka dengan mengonsumsi makanan pedas, berminyak, atau berlemak secara berlebihan. 

Padahal, jenis makanan ini bisa merangsang produksi asam lambung dan mengiritasi dinding usus sehingga memicu gangguan pencernaan seperti diare. 

2. Langsung minum es saat berbuka

Minum es saat berbuka puasa memang terasa menyegarkan, apalagi setelah menahan haus seharian. 

Namun, langsung mengonsumsi minuman dingin dapat menyebabkan perubahan suhu yang drastis di saluran pencernaan. 

Hal ini bisa membuat otot-otot pencernaan berkontraksi mendadak, memicu rasa tidak nyaman, kram perut, bahkan diare pada sebagian orang yang sensitif. 

Selain itu, cairan dingin juga bisa memperlambat proses pencernaan sehingga makanan yang masuk setelahnya tidak tercerna dengan baik.

3. Kambuhnya GERD

Diare saat puasa juga bisa dipicu oleh kambuhnya GERD (gastroesophageal reflux disease) yang memiliki gejala berupa diare. 

Saat puasa, lambung dalam keadaan kosong dalam waktu lama, lalu tiba-tiba diisi makanan dalam jumlah banyak saat berbuka. 

Hal ini bisa membuat kambuhnya GERD saat puasa karena memicu peningkatan asam lambung dan mengiritasi saluran cerna bagian bawah.

Selain itu, kebiasaan tidur setelah sahur juga meningkatkan risiko kekambuhan GERD karena makanan naik ke kerongkongan.

4. Minum kopi atau teh dalam jumlah banyak

gejala diare

Kopi dan teh memang menjadi pilihan minuman favorit banyak orang, termasuk saat berbuka atau sahur. 

Namun, kandungan kafein di dalamnya bisa merangsang pergerakan usus, meningkatkan produksi asam lambung, dan bersifat diuretik (memicu buang air kecil),

Dikutip dari Cleveland Clinic Abu Dhabi kondisi ini juga yang bisa mempercepat dehidrasi selama puasa. 

Jika dikonsumsi saat perut kosong atau dalam jumlah berlebihan, kopi dan teh dapat menyebabkan iritasi lambung, mual, bahkan diare. 

5. Berbuka dengan makanan terlalu manis

Takjil manis seperti kolak, es buah, sirup, atau minuman gula aren memang menggoda saat berbuka puasa. 

Namun, konsumsi gula dalam jumlah berlebihan, terutama fruktosa dan glukosa, bisa mempercepat gerakan usus dan menyebabkan gangguan pencernaan. 

Ketika perut masih dalam keadaan kosong seharian, sistem cerna belum siap menerima lonjakan kadar gula yang tinggi.

Hal ini bisa menimbulkan efek samping seperti kembung, mual, hingga diare. 

6. Langsung makan besar saat berbuka

Setelah seharian berpuasa, tubuh memerlukan waktu untuk beradaptasi kembali dengan asupan makanan. 

Jika langsung makan besar, seperti nasi, lauk pauk, gorengan, dan sambal, tanpa memberi jeda, sistem pencernaan bisa ‘terkejut’. 

Perut yang kosong seharian tiba-tiba diisi makanan berat dalam jumlah banyak dapat mempercepat pergerakan usus dan menyebabkan diare saat puasa. 

Selain itu, makanan berat yang tinggi lemak dan pedas juga bisa merangsang kontraksi usus secara berlebihan. 

7. Berbuka dengan gorengan berlebihan

Gorengan saat berbuka puasa sering jadi pilihan favorit karena rasanya gurih dan mengenyangkan. 

Namun, konsumsi gorengan secara berlebihan justru bisa membebani sistem pencernaan yang baru aktif setelah seharian kosong. 

Kandungan lemak tinggi pada gorengan dapat merangsang kontraksi usus secara berlebihan sehingga mempercepat proses pencernaan dan membuat feses menjadi lebih encer. 

Minyak berlebih juga sulit dicerna oleh tubuh, apalagi jika digunakan berulang kali, sehingga bisa memicu iritasi lambung dan diare.

Cara mengatasi diare saat puasa

diare persisten

Jika mengalami diare saat puasa, berikut beberapa langkah dan cara puasa sehat yang bisa membantu.

1. Cukupi cairan saat berbuka dan sahur

Minumlah air putih minimal 8 gelas dari buka hingga sahur untuk mencegah dehidrasi. Jika perlu, konsumsi elektrolit untuk mengganti cairan dan garam mineral yang hilang selama diare. 

Hindari minuman berkafein atau bersoda karena justru dapat memperparah diare saat puasa.

2. Makan makanan lembut dan mudah dicerna

Cara mengatasi mencret saat puasa lainnya yaitu pilih makanan lembut, seperti nasi putih, pisang, bubur, atau sup bening yang menenangkan saluran cerna. 

Makanan ini mudah dicerna dan membantu memadatkan feses tanpa membebani kerja usus. Hindari dulu makanan berserat tinggi, pedas, atau asam sampai kondisi pencernaan membaik.

4. Perbanyak istirahat

Diare membuat tubuh kehilangan banyak cairan dan energi sehingga istirahat yang cukup sangat dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan. 

Tidur yang cukup membantu sistem imun bekerja lebih efektif dalam melawan infeksi atau gangguan pencernaan.

Cara mencegah diare saat puasa

Untuk mencegah diare saat puasa, berikut cara-cara yang bisa Anda lakukan.

  • Hindari makan terlalu banyak atau terburu-buru saat berbuka.
  • Pastikan makanan bersih, matang sempurna, dan tidak basi.
  • Kurangi makanan pedas, asam, dan berminyak.
  • Jangan langsung minum minuman dingin setelah seharian berpuasa.
  • Cuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet.
  • Hindari makanan baru atau yang tidak biasa dikonsumsi.
  • Konsumsi probiotik atau yogurt untuk menjaga keseimbangan bakteri baik di usus.

Apabila diare tidak kunjung membaik atau semakin parah, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan sesuai kondisi Anda.

Ringkasan

  • Diare saat puasa bisa mengganggu ibadah karena menyebabkan lemas, dehidrasi, dan turunnya konsentrasi.
  • Kondisi ini umumnya disebabkan oleh pola makan tidak sehat saat sahur atau berbuka, seperti makan terlalu pedas, manis, berminyak, atau langsung minum es.
  • Kambuhnya GERD, konsumsi kopi atau teh berlebihan, serta langsung makan besar juga bisa memicu diare.
  • Untuk mengatasinya, cukupi cairan, pilih makanan yang mudah dicerna, dan perbanyak istirahat.
  • Mencegah diare bisa dilakukan dengan makan secara bertahap, menjaga kebersihan makanan, dan menghindari makanan yang terlalu berat saat perut kosong. Jika diare tak kunjung reda, segera konsultasi ke dokter.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Fasting and Digestive Disorders. (n.d.). Retrieved 19 June 2025, from https://www.clevelandclinicabudhabi.ae/en/health-byte/ramadan/fasting-and-digestive-disorders

Tibi, S., Ahmed, S., Nizam, Y., Aldoghmi, M., Moosa, A., Bourenane, K., Yakub, M., & Mohsin, H. (2023). Implications of Ramadan Fasting in the Setting of Gastrointestinal Disorders. Cureus, 15(3), e36972. https://doi.org/10.7759/cureus.36972

JHoldsworth. (2023). Living with a digestive condition during Ramadan. Retrieved 19 June 2025, from https://gutscharity.org.uk/2023/04/living-with-a-digestive-condition-during-ramadan/

Fasting during Ramadan when ill. (n.d.). Retrieved 19 June 2025, from https://www.mariecurie.org.uk/information/end-of-life/fasting-during-ramadan

Tips for Healthy Ramadan Fasting. (n.d.). Retrieved 19 June 2025, from https://health.cornell.edu/about/news/ramadan-fasting

Ahmed, S., Khokhar, N., & Shubrook, J. H. (2022). Fasting during Ramadan: a comprehensive review for primary care providers. Diabetology, 3(2), 276-291.

Versi Terbaru

19/06/2025

Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Annisa Nur Indah Setiawati

Ditinjau oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes. · Magister Kesehatan · None · Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Diperbarui 19/06/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan