backup og meta

4 Tips Membangun Kembali Kepercayaan Anda Pada Anak yang Berulah

4 Tips Membangun Kembali Kepercayaan Anda Pada Anak yang Berulah

Menjaga kepercayaan itu tidak pernah mudah. Sekali hancur, ​​maka akan sulit sekali untuk memperbaikinya. Analoginya seperti sebuah gelas kaca yang pecah. Anda mungkin bisa mengambil serpihannya dan membentuknya kembali menjadi gelas, tapi rupanya tidak lagi sama karena retakannya tetap terlihat. Nah, bagaimana kalau yang merusak kepercayaan Anda adalah buah hati sendiri?

Dengan strategi dan pendekatan yang tepat, Anda bisa membuka pintu maaf dan membangun kembali kepercayaan yang sempat hilang. 

Tips membangun kembali kepercayaan ortu ke anak

Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dikecewakan darah daging sendiri. Bagaimana tidak, sebab Andalah yang sudah susah payah sedari dulu menanamkan nilai-nilai hidup yang sifatnya prinsipil. Misalnya, menjauhi narkoba dan minuman beralkohol, tidak menipu, apalagi mencuri dan mencelakai orang lain.

Meski begitu, sekeras apa pun Anda menggojlok anak akan nilai-nilai kebajikan, mungkin akan tetap ada celah baginya untuk berulah. Tidak mengherankan, karena sifat naluriah anak memang cenderung suka penasaran dan mudah terpengaruh pergaulannya.

Marah dan kecewa itu wajar. Anda mungkin butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa kembali percaya ke anak. Meski begitu, jangan jadikan ini sebagai akhir dari hubungan Anda dengan anak. Supaya tidak berlarut-larut, berikut beberapa tips yang bisa dicoba para ortu untuk membangun kepercayaan kembali ke anak.

1. Jangan langsung menghakimi

remaja memberontak

Anak, terutama saat usia remaja, pada dasarnya impulsif dan emosional. Mereka tidak selalu dapat berpikir jangka panjang dan menyadari risiko atas perilaku serta tindakan yang mereka lakukan. Jadi, wajar saja bila Anda sering melihat anak-anak yang menyalahkan orang lain atau menyalahkan keadaan jika dirinya melakukan kesalahan.

Hal ini diamini oleh Joseph Shrand, MD, seorang kepala divisi Psikiatri Adolescent, di High Point Treatment Centers , Brockton, Massachusetts, Amerika Serikat.

Menurutnya, orang dewasa sudah memiliki kemampuan bernalar untuk mengantisipasi konsekuensi dari setiap tindakan, tapi remaja belum tentu begitu.

Anak Anda mungkin tidak pernah bermaksud untuk merusak kepercayaan orangtuanya. Mereka mungkin hanya berniat melakukan apa yang mereka inginkan, mencoba hal baru, bersosialisasi, dan merasakan kesenangan.

Maka dari itu, sebelum menghakimi anak, pastikan Anda tahu dulu apa alasan mereka melakukan hal tersebut. Jangan sampai emosi membutakan hati Anda untuk mendengarkan anak.

2. Pahami perasaan anak

diabetes pada remaja

Salah satu cara membangun kepercayaan yang sering diabaikan oleh orangtua adalah memahami perasaan anak. Seberapa marah dan kecewanya Anda pada anak, ia juga punya perasaan yang perlu diperhatikan dan didengar.

Anak Anda mungkin sama marahnya dengan Anda. Mereka bisa saja marah dan malu pada dirinya sendirinya karena telah berperilaku demikian. Itu kenapa langsung ngomel atau bahkan menghukum anak tidak akan menyelesaikan masalah. Cara ini justru memicu masalah baru.

Bukannya introspeksi diri, perlakuan yang buruk dari orangtuanya malah akan membuat anak semakin berontak dan menarik diri. Anak juga dapat menganggap orangtua sebagai musuhnya.

Alhasil, anak akan terus melakukan hal tersebut sehingga orangtua tidak akan pernah memahami apa yang memotivasi mereka untuk berperilaku buruk.

3. Kendalikan kemarahan Anda

penyebab depresi keturunan ibu anak orangtua remaja

Anak adalah peniru yang ulung. Cara Anda menghadapi masalah akan memengaruhi bagaimana anak menyelesaikan masalahnya pula.

Maka, jangan kepalang emosi dulu ketika Anda mengetahui bahwa anak berulah yang sifatnya prinsipil. Dengarkan dulu penjelasan dari anak sampai tuntas, barulah Anda jujur menyampaikan rasa kecewa di hadapannya.

Namun, Anda tetap harus memberi tahu dengan nada suara yang hangat dan lembut. Jangan dengan nada yang memojokkan atau merendahkan

Jadi, dinginkan dulu kepala dan isi hati Anda sebelum mengajak anak bicara empat mata. Bila dilakukan dengan bijak, cara ini efektif untuk membantu membangun kembali kepercayaan orangtua terhadap anak.

4. Beri kesempatan anak untuk memperbaikinya

menghindari pergaulan bebas remaja

Walau Anda merasa kecewa, katakan padanya bahwa Anda percaya ia mampu berubah menjadi lebih baik. Tidak hanya untuk Anda, tapi juga untuk dirinya sendiri.

Jelaskan bahwa membuat kesalahan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan; asal kita bisa belajar dari itu dan tidak terus mengulangi kesalahan yang sama.

Coba tanyakan kepada anak Anda apa yang telah ia pelajari dari kesalahannya. Selain itu, tanyakan kepadanya apa yang bisa mereka lakukan untuk membangun kembali kepercayaan Anda. Hal ini dapat memacu anak belajar bertanggung jawab menghadapi sebuah masalah, memikirkan apa risiko yang akan dihadapi, dan akhirnya bisa mengambil keputusan yang paling tepat.

Tekankan juga bahwa sebagai orangtua, Anda merasa lebih tenang dan lega bila mereka selalu berkata jujur meski hal tersebut menyakitkan, ketimbang mencoba menyembunyikannya.

Cara membangun kepercayaan ini penting dilakukan untuk membantu Anda memantau setiap tindakannya.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Rebuilding Trust: How to Handle Your Child’s Worst Mistakes. (2017). Child Psychology Resources (by Dr. Tali Shenfield). Retrieved 25 September 2019, from https://www.psy-ed.com/wpblog/how-to-handle-childs-mistakes/

So Your Teen Took the Car for a Spin Without Permission? Here’s How to Rebuild Trust After a Breach. (2019). The Healthy. Retrieved 25 September 2019, from https://www.thehealthy.com/family/relationships/how-to-rebuild-trust/

HuffPost is now a part of Oath. (2019). Huffpost.com. Retrieved 25 September 2019, from https://www.huffpost.com/entry/6-ways-to-rebuild-a-relationship-with-your-children_b_7294726

Versi Terbaru

16/08/2021

Ditulis oleh Risky Candra Swari

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

5 Cara Mengkritik Anak yang Baik dan Dampaknya Jika Berlebihan

11 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak yang Perlu Dihindari


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 16/08/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan