Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None
Ketika Anda masih kecil, orangtua Anda mungkin sibuk menasehati Anda — atau membelalaki, jika Anda tetap saja bandel — untuk jangan menonton TV terlalu dekat, karena jika tidak mata Anda akan rusak. Petuah ini menempel erat dalam benak Anda hingga dewasa dan kini, sebagai orangtua, Andalah yang ‘bertugas” memperingatkan anak-anak Anda untuk tidak duduk terlalu dekat dengan layar televisi.
Pernahkah Anda bertanya-tanya, darimanakah asal muasal petuah ini dan apakah nasehat turun-temurun leluhur ini mengandung sedikit saja kebenaran?
Sebelum tahun 1950-an, banyak televisi layar cembung diketahui memancarkan sinar radiasi tingkat tinggi berasal dari tabung sinar katoda di dalamnya, hingga 10,000 kali lipat lebih tinggi daripada batas aman. Akibatnya, setelah paparan berkelanjutan dan berulang, radiasi ini dapat meningkatkan risiko masalah penglihatan pada sebagian besar orang. Anjuran dari pihak berwenang untuk mengatasi kepanikan ini adalah dengan menjaga jarak duduk dari layar TV. Selama Anda duduk agak menjauh dan tidak menonton TV lebih dari satu jam atau terlalu dekat, Anda akan aman. Sejumlah pabrik televisi dengan cepat menarik produk ‘cacat’ mereka dan memperbaikinya, namun stigma “menonton tv terlalu dekat akan merusak mata” masih tetap hidup sampai hari ini.
Para ilmuwan zaman modern dapat memastikan bahwa peringatan kuno ini benar-benar sudah usang. Tidak ada bukti sains bahwa menonton tv terlalu dekat akan menyakiti mata — baik pada anak maupun orang dewasa. Selain itu, kini perangkat televisi modern dirancang dengan perisai kaca bertimbal yang kuat, sehingga radiasi sinar tidak lagi menjadi masalah.
Anak-anak pada umumnya memiliki kebiasaan membaca buku atau duduk tepat di depan layar TV, karena keinginan untuk memenuhi penglihatan periferal mereka dengan gambar yang ada di layar TV. Hal ini tidak memerlukan kekhawatiran khusus. Mata anak didesain sedemikian rupa untuk dapat fokus dalam jarak pendek lebih cepat dan lebih baik daripada mata orang dewasa. Kebiasaan ini biasanya akan berangsur berkurang saat mereka tumbuh dewasa.
Menonton TV terlalu dekat tidak akan membuat anak menjadi rabun jauh, namun mungkin anak Anda duduk terlalu dekat dengan layar TV karena ia mengidap rabun jauh dan tidak pernah terdiagnosis sebelumnya — bukan akibat radiasi televisi. Jika anak Anda terbiasa duduk terlalu dekat dengan TV hingga mengkhawatirkan Anda, terutama mereka yang duduk sangat dekat dan/atau menonton dari sudut yang aneh, periksakan matanya ke dokter mata untuk mendapatkan diagnosis tepat.
Skenario terburuknya, duduk terlalu dekat dengan layar TV di zaman modern ini hanya akan memberikan Anda sakit kepala dan kemungkinan sindrom mata lelah. Kedua hal ini dapat menjadi masalah bagi anak, yang sering menonton TV sambil berbaring di lantai. Menonton TV sambil mendongak akan menyebabkan otot mata semakin rentan regang dan kelelahan daripada memandangi TV dalam posisi layar sejajar pandangan mata atau melihat ke bawah (hal yang sama juga berlaku pada monitor komputer atau gadget elektronik lainnya).
Sindrom mata lelah juga bisa terjadi saat menonton TV atau memandangi layar komputer dalam cahaya layar yang lebih redup daripada pencahayaan ruangan. Untungnya, kelelahan mata bukan kondisi permanen dan tidak mengancam keselamatan anak. Mata lelah dapat dengan mudah diatasi: matikan TV.
Sebaiknya segera ajak anak Anda untuk beranjak dari tempat duduknya di depan TV saat ini dan lakukan aktivitas produktif lainnya, karena tampaknya efek terburuk dari menonton TV tidak terletak pada kesehatan mata, dan mungkin berasal dari terlalu sering dan lama menonton televisi, tidak peduli jauh-dekat jarak layar.
Anak yang menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar dan tidak aktif secara fisik memiliki penyempitan pembuluh darah di dalam mata, menurut sebuah temuan studi asal Australia yang dilansir dari NY Times.
Para peneliti mengumpulkan hampir 1,500 anak usia 6 tahun dari seluruh Sydney. Peneliti memeriksa mata partisipan setelah meneliti waktu yang dihabiskan untuk aktivitas fisik yang produktif dan waktu yang terbuang hanya untuk menonton TV/komputer. Hasilnya, mereka menunjukkan bahwa pada anak-anak yang paling sering dan paling lama menonton TV ditemukan adanya penyempitan pembuluh darah di dalam mata mereka, dibandingkan dengan kelompok anak yang lebih jarang menonton TV.
Hasil untuk kegiatan fisik pun tidak jauh berbeda: Mata anak-anak yang jarang berolahraga sama-sama menunjukkan penyempitan pembuluh darah. Namun begitu, alasannya tidak jelas.
Sampai saat ini peneliti belum dapat memastikan apa dampak dari penyempitan pembuluh darah di mata anak, namun pada orang dewasa, penyempitan pembuluh darah mata telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Selain itu, dilansir dari Scientific American, anak-anak yang konsisten menonton TV lebih dari empat jam sehari lebih mungkin memiliki berat badan berlebih — yang dapat membawa sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari.
Meskipun menonton tv mungkin menjadi suatu kegiatan yang tak terelakkan untuk si kecil, kuncinya adalah bijak menggunakannya. Menonton TV terlalu dekat tidak akan membuat anak kehilangan keseluruhan daya penglihatannya, namun tetap batasi jumlah dan waktu paparan anak terhadap layar apapun (TV, ponsel, komputer), dan pantau apa-apa saja yang boleh untuk mereka tonton. Orangtua harus mengajarkan anak-anak mereka bahwa TV adalah hiburan sesekali, bukan untuk pelarian terus-menerus.
BACA JUGA:
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar