Orangtua perlu mengambil langkah untuk mengatasi alergi susu sapi pada bayi. Terutama pada bayi yang membutuhkan asupan lain di luar ASI karena kondisi tertentu.
Menjadi tantangan bagi para ibu untuk memperoleh perawatan tepat dalam mengatasi alergi susu sapi. Bagaimanapun bayi membutuhkan nutrisi agar ia bisa bertumbuh dan berkembang.
Tapi sebelum itu, ketahui dulu seputar alergi susu sapi pada bayi dan cara yang baik untuk mengatasi kondisi ini.
Mengenali alergi susu sapi pada bayi
Susu formula sapi biasanya menjadi alternatif untuk meningkatkan nutrisi si kecil dalam konteks tertentu. Misalnya, ketika ibu memiliki masalah kesehatan atau tidak memungkinkan untuk memberikan ASI.
Namun, tidak semua bayi bisa cocok dengan susu formula sapi. Sebagian anak mengalami reaksi alergi ketika protein susu sapi masuk ke dalam tubuh seperti meningkatnya frekuensi gumoh, diare, ruam merah pada pipi, dan lipatan kulit hingga feses berdarah.
Alergi susu sapi sangat umum terjadi. Hal ini disebabkan oleh sistem imunitas tubuh mengenal protein susu sapi sebagat zat asing di dalam tubuh. Karena itu, tubuh merespon dan melawan protein yang masuk, sama halnya bakteri dan virus.
Susu sapi mengandung kasein (protein) serta beberapa protein lainnya. Karena dikenali sebagai “ancaman”, tubuh mengeluarkan senyawa kimia yang memancing terjadinya gejala alergi.
Pelepasan senyawa kimia akibat alergi susu sapi ini dilandasi beberapa sebab berikut.
1. Reaksi Imunoglobulin E (IgE) mediated
Immunoglubulin E meruapakan antibodi yang berperan dalam melawan alergi. Di sini sistem imunitas melakukan pelepasan senyawa histamin, senyawa kimia yang dilepaskan tubuh saat merespon alergi. Gejala ini berlangsung sekitar 20-30 menit setelah si kecil mengonsumsi protein susu sapi.
Namun, gejala bisa muncul lebih dari 2 jam. Melihat ini, orangtua harus segera mengambil solusi untuk mengatasi alergi susu sapi pada bayi.
2. Reaksi Non-immunoglobulin E-mediated
Sel T atau sel darah putih ditafsir sebagai penyebab dari munculnya gejala alergi. Biasanya gejala muncul secara bertahap, dari 48 jam hingga 1 minggu setelah si Kecil mincum susu sapi. Meskipun penyebabnya berbeda dari yang sebelumnya, mengatasi gejala alergi susu sapi perlu segera dilakukan.
3. Campuran reaksi Imunoglobulin E dan Non-immunoglobulin E mediated
Adapun bayi yang memiliki gejala alergi susu sapi karena gabungan reaksi Imunoglobulin E dan Non-immunoglobulin E mediated. Bila demikian, mengatasi bayi dengan gejala alergi susu sapi harus cepat dilakukan orangtua.
Secara umum gejala yang bisa dikenali dari reaksi alergi susu sapi dapat menyerang 3 organ tubuh paling penting, berikut adalah gejalanya:
1. Kulit
- Ruam merah pada pipi dan ruam merah pada lipatan kulit
- Pembengkakan pada bibir
- Gatal – gatal
- Biduran
- Dermatitis atopik
2. Pernapasan
- batuk atau mengi
- hidung tersumbat
- kesulitan bernapas hingga kulit biru
3. Pencernaan
- gumoh
- muntah
- kolik, seperti menangis berlebihan karena sakit perut dan mudah marah
Mengatasi dan mengelola alergi susu sapi pada bayi penting untuk dilakukan. Karena menurut hasil riset menunjukkan 50% anak yang mengalami alergi susu sapi di awal kehidupannya dapat berisiko mengalami kembali gejala alergi sampai dengan usia 5 tahun. Hal ini yang dinamakan dengan allergic march, yaitu perjalanan alergi seseorang ketika gejala muncul saat masi bayi dan menetap hingga di usia sekolah. Allergic March dapat menimbulkan gejala alergi seperti eksim, rhinitis dan dermatitis atopik.
Untuk mengurangi risiko allergic march dari alergi susu sapi, ketahui cara mengatasi dan mengelola alergi dengan langkah tepat di bawah ini.
Mengatasi alergi susu sapi pada bayi
ASI adalah pilihan nutrisi terbaik untuk anak alergi susu sapi. Namun Ibu harus melakukan diet eliminasi makanan produk susu sapi dan turunannya. Hal ini dikarenakan untuk meminimalisir adanya kandungan protein susu sapi didalam ASI ibu.
Namun bila Ibu tidak memberikan ASI, maka Ibu harus memikirkan pemberian nutrisi formula sebagai alternatif. Ibu harus cermat akan kandungan susu formula termasuk jenis protein yang terkandung.
Tak sedikit ibu memilih susu soya untuk mengatasi alergi susu sapi pada bayi, agar nutrisinya tetap terpenuhi. Namun, tak semua bayi bisa menerima protein dari susu soya dan ada pula yang menimbulkan reaksi alergi pada protein soya atau kedelai.
Pilihan lain yang bisa menjadi alternatif ialah susu formula terhidrolasi ekstensif. Susu ini bersifat hipoalergenik, terutama untuk anak yang tidak bisa alergi terhadap protein susu sapi.
Menurut penelitian Pediatric allergy and immunology : official publication of the European Society of Pediatric Allergy and Immunology, susu formula terhidrolasi ekstensif juga mengurangi gejala alergi susu sapi seperti muntah dan memicu BAB yang lembut pada bayi.
Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa susu ini dapat mengelola dermatitis atopik. Sehingga, ke depannya cara ini bisa mengurangi risiko ini pada allergic march.
Selain itu menurut tata laksana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam mengelola gejala alergi pada anak adalah dengan melakukan diet eliminasi makanan yang mengandung produk susu sapi disertai dengan pemberian susu formula terhidrolisa ekstensif dalam kurun 2-4 minggu.
Susu formula terhidrolisa ekstensif mengandung protein yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan protein dalam susu ini diformulasikan dengan memecah kasein (protein dalam susu sapi) menjadi pecahan-pecahan sangat kecil.
Sehingga tubuh tak mengenali pecahan protein ini sebagai allergen (substansi yang memicu gejala alergi). Dengan begitu, anak bisa memperoleh manfaat optimal dari protein demi perkembangan fisik dan motoriknya.
Tak terlepas dari semuanya itu, ada baiknya ibu berkonsultasi ke dokter untuk kembali memastikan alergi susu sapi pada bayi dan seputar formula terhidrolisa ekstensif. Ada baiknya bila Ibu mencatat pertanyaan seputar alergi susu sapi saat berkonsultasi ke Dokter, agar mendapatkan diagnosis dan mendapatkan rekomendasi perawatan dan saran yang optimal.
[embed-health-tool-vaccination-tool]