Anak dengan autisme umumnya ditandai dengan adanya gangguan saat ia berinteraksi sosial. Selain itu, anak autisme biasanya juga memiliki kesulitan untuk berkomunikasi. Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua dalam membesarkan anak dengan autisme? Perlukah menggunakan cara tertentu saat mendidik anak autisme?
Ortu harus memahami perilaku anak autisme
Pertama perlu para orangtua ketahui, bahwa kondisi autisme hanya bisa didiagnosis oleh dokter dan psikolog.
Cara mendidik anak normal dengan anak yang autisme pada dasarnya sama. Namun ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah perilaku. Perilaku anak autisme dengan anak normal berbeda.
Layaknya anak normal, orangtua harus tahu karakteristik anak sendiri, begitupun dengan anak autisme. Setiap anak autisme memiliki karakter yang berbeda.
Contoh beberapa perilaku yang biasanya dimiliki anak autisme adalah:
- Perilaku berulang (tepuk tangan, menggoyangkan badan, menggoyangkan tangan),
- Sensitif pada rangsangan tertentu (suhu, suara, cahaya, atau hal lain)
- Terpaku pada benda tertentu (misalnya mainan, kipas angin, atau jam)
- Terpaku pada rutinitas atau jadwal sehari-hari.
Namun, tidak semua perilaku tersebut dimiliki oleh setiap anak. Jadi, orangtua perlu peka terhadap keadaan dan karakter anak mereka sendiri.
Sebagai contoh, pada kasus anak autisme yang peka terhadap rangsangan. Hal ini bisa ditandai ketika anak mendengar suara keras, ia akan menangis karena merasa tidak nyaman.
Kuncinya dalam membesarkan dan mendidik anak autisme adalah orang tua harus mencari tahu apa saja yang dapat membuat anak tidak nyaman.
Lalu perlahan-lahan mengajarinya secara bertahap untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hingga ia berhasil.
Konsultasi serta terapi ke psikolog anak dapat membantu orangtua membesarkan dan mendidik si Kecil dengan tepat.
Adakah gaya parenting terbaik untuk anak dengan autisme?
Di antara sekian banyak gaya parenting yang ada, gaya authoritative adalah gaya didikan yang disarankan untuk diterapkan ketika Anda membesarkan anak autisme.
Gaya parenting ini dilakukan dengan menghargai karakter setiap anak sembari menanamkan nilai sosial.
Jadi, di sini orangtua tetap memberikan arahan serta batasan dalam berperilaku. Ajari juga hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mendidik anak autisme.
Akan tetapi, tetap berikan anak untuk berpendapat. Gaya parenting ini juga dapat dilakukan hingga ia tumbuh besar dewasa.
Perlukah menjelaskan pada anak bahwa ia berbeda?
Setiap anak di dunia berbeda dengan anak yang lain, hal itu penting untuk ditekankan. Orangtua bisa mendidik anak sembari menjelaskan bahwa ia berbeda karena memiliki autisme.
Orangtua juga harus fokus pada solusi dan serta bagaimana mengatasinya kelebihannya, bukan kepada kekurangan anak.
Bila ingin menjelaskan, orangtua bisa mendidik dan memberitahukan anak dengan kondisi autisme menggunakan bantuan gambar atau video. Anda juga bisa menceritakan bahwa ia berbeda, namun tetap memiliki kelebihan seperti anak lain.
Bagaimana cara menenangkan tantrum pada anak autisme?
Pertama, orangtua harus mencari tahu apa yang membuat anak tantrum dan hal apa yang membuat ia tidak nyaman.
Bila memungkinkan, kurangi atau hilangkan hal tersebut, misalnya ia rewel karena cahaya yang terlalu terang atau suara bising.
Namun bila tidak memungkinkan, ajak anak ke tempat yang lebih aman dan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Misalnya saat tantrum terjadi, jangan sampai kepala anak terbentur atau sampai orang lain terpukul. Jika Anda sudah membawa si Kecil ke tempat yang lebih nyaman, biarkan ia meluapkan emosinya terlebih dulu.
Selanjutnya, Anda bisa mencoba menenangkannya dengan memberikan benda kesukaan si Kecil, misalnya mainannya favoritnya.
Saat anak meluapkan emosinya, orangtua harus bersikap tenang di sampingnya sambil mengawasi anak.
Jika sudah tenang baru lah anak diajak berbicara. Anak autisme biasanya lebih mudah diterangkan lewat gambar atau video.
Berikan penjelasan padanya bahwa perilaku yang ia baru lakukan tadi tidak baik. Tentu saja, Anda harus menjelaskannya dengan lembut.
Ingat, sangat mendidik dan mengajarkan anak autisme, Anda harus fokus dan menekankan bagaimana perilaku yang harus dia lakukan.
Berikan ia contoh perilaku yang baik, bukannya malah panjang lebar menasihatinya tentang kesalahan yang ia telah perbuat.
Lalu, bagaimana cara terbaik untuk mendisiplinkan anak dengan autisme?
Sama seperti mendidik dan membesarkan anak lain, orangtua boleh menghukum apabila anak autisme berlaku melewati batasan aturan.
Hukuman boleh dilakukan agar anak paham seperti apa perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Ingat, prinsip menghukum adalah memberikan apa yang tidak disukai, misalnya dengan mengurangi waktu bermain anak.
Namun orang tua perlu mengingatkan, memberitahukan, dan mengajarkan apa yang seharusnya si Kecil lakukan. Agar anak lebih paham dan mengerti, coba ajarkan anak lewat buku cerita atau contoh nyata.
Misal contoh nyatanya, Anda bisa mengucapkan “terima kasih” saat diberikan sesuatu dari si Kecil.
Lalu, Anda juga bisa berikan pujian, seperti “Wah hebat!”, atau tepuk tangan bila anak mampu melakukan hal tersebut. Hal ini membantu anak paham perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Tips membesarkan dan mendidik anak dengan autisme
Berikut beberapa tips mendidik anak dengan autisme yang bisa Anda terapkan.
1. Kenali karakter anak
Saat mendidik anak autisme, penting untuk selalu konsultasi ke dokter, psikolog, atau psikiater untuk membantu mengenali karakter anak masing-masing.
Selain itu, di internet sudah banyak bacaan yang menjelaskan anak autisme. Orangtua bisa mempelajari juga lewat saran tersebut.
Disarankan untuk mencari informasi di koran atau majalah yang mencantumkan sumber dari ahli serta dari situs kesehatan yang terpercaya.
2. Selalu berpikir positif dan kreatif
Berhubung setiap anak memiliki karakter berbeda, saat mendidik anak autisme, orang tua harus fokus pada kelebihan dan bagaimana solusi mengatasi masalah yang dimilikinya.
Gunakan juga cara berpikir yang kreatif agar anak bisa memahami tiap ajaran yang Anda berikan.
Anda juga harus patut bersyukur dan menjadi orang tua yang berbahagia dengan kondisi yang anak miliki.
Ingat bahwa anak yang bahagia terbentuk dari orang tua yang bahagia. Jadikan diri anda contoh yang positif.
Masalah yang dihadapi tidak menjadikan semua hal buruk, selalu ada pembelajaran di baliknya. Anak memiliki potensi yang luar biasa, biarkan ia belajar menghadapinya.
Anak autisme seperti anak lain tujuannya adalah mampu berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Berilah kesempatan untuk anak belajar mandiri dengan diajarkan secara bertahap dan penuh kesabaran dari orang tua.
3. Jangan menyerah
Menyerah adalah hal yang harus dihindari saat mendidik anak dengan autisme. Jangan pernah menyerah dengan kondisi anak Anda bagaimanapun juga. Anak yang normal pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Begitu juga dengan anak autisme, bila ada kekurangan, pasti ada kelebihan yang luar biasa ia punya. Anak autisme memang berbeda, tapi bukan berarti ia tidak dapat melakukan apa-apa.
[embed-health-tool-vaccination-tool]