Pernah mendengar istilah dad shaming? Istilah tersebut biasanya digunakan untuk menggambarkan kritik mengenai pola asuh ayah terhadap anaknya. Namun, apa sebenarnya dad shaming itu? Untuk mengetahuinya lebih jelas, yuk simak ulasan berikut.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Pernah mendengar istilah dad shaming? Istilah tersebut biasanya digunakan untuk menggambarkan kritik mengenai pola asuh ayah terhadap anaknya. Namun, apa sebenarnya dad shaming itu? Untuk mengetahuinya lebih jelas, yuk simak ulasan berikut.
Tidak jauh berbeda dengan mom shaming, dad shaming adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kritik yang diberikan oleh orang lain kepada seorang ayah.
Kritik negatif ini biasanya dilontarkan untuk mengkritik gaya pengasuhan ayah terhadap sang anak.
Padahal sebenarnya, tidak ada pedoman yang pasti tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjadi orangtua.
Apalagi, semua orangtua tentu akan melakukan yang terbaik untuk anaknya dengan cara dan gayanya mereka sendiri.
Namun, standar gaya pengasuhan yang sudah terbentuk di masyarakat menjadi cikal bakal terjadinya dad shaming.
Alhasil, saat seorang ayah mengasuh anaknya dengan cara yang berbeda, hal ini akan dinilai negatif dan salah.
Ironisnya, tidak jarang orang yang melontarkan kritik ini adalah orang terdekatnya, seperti keluarga atau bahkan temannya.
Pada sebagian besar kasus dad shaming, orang tidak sadar bahwa mereka telah melakukan tindakan kritik negatif ini.
Berikut ini adalah beberapa contoh atau ciri perilaku dad shaming yang dapat dilakukan.
Salah satu topik yang paling sering menjadi bahan kritik adalah mengenai cara ayah mendisiplinkan anak.
Tak jarang, sikap tegas yang dilakukan ayah terhadap anaknya dikritik terlalu keras untuk mendisiplinkan anak.
Padahal nyatanya, hal yang lumrah terjadi bila orangtua memiliki perbedaan pendapat dan sikap untuk menghadapi permasalahan yang terjadi pada anak.
Hal yang normal juga pada setiap ayah jika memiliki pandangan yang berbeda tentang konsekuensi yang pantas diberikan atas perilaku buruk yang dilakukan anaknya.
Topik kedua yang paling sering menjadi contoh perilaku dad shaming adalah nutrisi serta pola makan anak.
Meski lebih sering dialami oleh para ibu, tidak sedikit juga ayah mendapatkan kritik seputar pola makan dan nutrisi yang diberikan kepada anak.
Mengutip dari National Fatherhood Initiative, sebanyak 43% ayah mengatakan bahwa mereka pernah menerima kritik atas apa yang mereka berikan kepada anak-anak mereka.
Hampir lebih dari sepertiga ayah pun merasa pernah dihakimi karena dianggap tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak, termasuk pola makan dan nutrisi si Kecil.
Contoh dad shaming satu ini mungkin cukup sering terdengar.
Beberapa orang mungkin akan mengkritik cara ayah bermain dengan anaknya. Mereka mungkin akan berpendapat bahwa sang ayah tidak dapat melindungi anaknya dari cedera.
Kritik ini biasanya didapatkan saat ayah mengajak anaknya bermain yang melibatkan aktivitas fisik. Misalnya bermain tinju-tinjuan bersama anak laki-laki atau mengayunkan badan bersama anak perempuannya.
Permainan seperti ini terkadang dinilai terlalu berbahaya bagi anak, sehingga orang pun beranggapan sang ayah tidak memikirkan keselamatan anaknya.
Ciri perilaku dad shaming satu ini mungkin mencerminkan peran gender, di mana ibu dipandang memiliki kemampuan yang lebih alami dalam merawat dan mengasuh anak.
Sementara ayah hanya memiliki kemampuan terbatas untuk merawat anak dan memerlukan pengawasan.
Hal ini akhirnya menjadikan ayah selalu mendapatkan kritikan saat harus merawat anaknya, misalnya dalam menyuapi makanan, menggantikan pakaian, serta memandikan anaknya.
Bila hal ini terjadi, maka tak jarang perbedaan kecil dalam daya mengasuh anak ini menjadi penyebab konflik mengenai bagaimana cara terbaik menjadi orangtua.
Beberapa ayah pun mengatakan bahwa mereka merasa dokter yang berinteraksi dengan anak mereka sering meremehkan peran ayah sebagai orangtua.
Sang ayah sering kali dianggap tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan anak serta kebutuhan, perilaku, dan aktivitas anak mereka.
Padahal, nyatanya peran ayah dan ibu tentunya memiliki porsi yang sesuai dalam mengasuh anak.
Cara ini biasanya akan saling melengkapi satu sama lain dan tentunya bermanfaat bagi kesejahteraan anak.
Komentar atau kritik yang dilontarkan sering kali membuat ayah merasa malu dan bertanya-tanya apakah cara yang mereka lakukan sudah benar dalam mendidik anak.
Bahkan, dikutip dari Michigan University, beberapa ayah mengatakan kritik ini pada akhirnya dapat mendorong mereka untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang bagaimana cara mengasuh anak yang tepat.
Meski begitu, terlalu banyak kritikan yang masuk serta sikap meremehkan yang dilontarkan justru membuat ayah menjadi kurang percaya diri.
Ia pun bisa menjadi patah semangat untuk terlibat dalam mengasuh anaknya. Hal ini tentunya akan berdampak pada diri ayah sendiri dan tumbuh kembang sang anak.
Jangan sampai perilaku dad shaming memberikan dampak buruk pada Ayah. Untungnya, ada beberapa cara yang dapat Ayah lakukan jika mengalami dad shaming, seperti berikut ini.
Baik itu ayah maupun ibu, keduanya sama-sama memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi, untuk para Ayah, tetap percaya diri dengan apa yang Anda lakukan untuk anak sambil terus mencari informasi cara mengasuh yang tepat dari ahlinya.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar