Pertanyaan ini mungkin juga akan terlontar saat ia mengetahui perpisahan. Tentu hukum di Indonesia memiliki beberapa pertimbangan untuk memutuskan hak asuh anak. Jika anak masih kecil, biasanya hak asuh akan jatuh pada ibunya. Tapi tidak menutup kemungkinan anak bisa tinggal bersama ayahnya, saat ibu mereka dianggap tidak mampu menjaganya.
Anda dan mantan pasangan juga bisa berkompromi inginnya anak ditinggal bersama siapa, ini jalan yang baik tanpa harus berebut hak asuh. Ketika sudah sepakat, baru saat itu Anda menjelaskan.
Namun saat anak-anak beranjak dewasa, ia berhak untuk memilih. Jangan paksa anak untuk menentukan pilihan. Misalnya Anda memaksanya untuk bersama Anda, kalau tidak begitu, ia akan kehilangan hak-hak yang telah Anda berikan.
Pada masa remaja, anak sering memilih orangtua yang lebih memberikan kebebasan padanya. Mungkin Anda takut, sehingga memberinya kebebasan berlebihan, namun sebenarnya tidak harus seperti itu. Mungkin sebaliknya, Anda takut ia memilih mantan pasangan. Biarkan ia melewati fase itu, tugas Anda adalah mengontrolnya dan tetap memberikan apa yang menjadi hak anak. Saat ia dewasa, ia akan mengerti sendiri mana yang baik untuknya mana yang tidak.
BACA JUGA: Bagaimana Mengatasi Trauma pada Anak?
5. “Apakah kalian akan kembali bersama?”
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Mungkin Anda dan mantan pasangan akan kembali bersama, mungkin juga tidak. Meskipun hal ini terlihat tidak pasti, tapi jangan beri jawaban yang membingungkan, hal itu mungkin terlihat seperti memberi harapan palsu pada anak.
Ungkapkan sesuatu seperti, “ Ibu/ayah mengerti kamu ingin kita tetap bersama, tapi saat ini kami harus berpisah. Bukan karena kami tidak sayang padamu, tapi untuk menjadi orangtua yang baik untukmu, ini hal yang harus kami pilih. Kami tidak ingin saling melukaimu mendengar perdebatan kami setiap hari. Kami tetap akan tetap bersama seperti teman.”
6. “Kenapa kalian tidak saling mencintai lagi?”
Ini akan menjadi pertanyaan yang sulit. Cobalah jawab tanpa terlihat saling menyudutkan. Mungkin perasaan mantan pasangan berubah, tapi tentu Anda tidak perlu menjawab itu dengan penuh kebencian. Contohnya, “Kami saling mencintai dari dulu, sampai hari ini pun kami masih tetap saling menyayangi. Kami hanya berhenti untuk saling menyakiti, karena kami juga tidak ingin menyakitimu. Kamu mungkin berpikir ayah/ibu tidak lagi menyayangimu, tapi itu tidak benar. Kamu adalah segalanya bagi kami, suatu saat kamu pasti akan mengerti, sayang.”
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar