Anda mungkin sudah sering mendengar pentingnya mendukung tumbuh kembang sejak anak usia dini. Bahkan, kini semakin banyak program pendidikan anak usia dini (PAUD). Namun, apakah Anda tahu apa yang dimaksud dengan anak usia dini? Umur berapakah anak bisa disebut berusia dini? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan anak usia dini?
Istilah usia dini digunakan untuk merujuk kepada masa kehidupan awal anak. Oleh sebab itu, anak usia dini (AUD) berarti anak yang berusia sangat muda.
Definisi ini digunakan secara umum oleh beragam badan nasional dan internasional.
Dalam usia tersebut, kelompok anak usia dini akan dibagi lagi sesuai dengan tahap perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
- Batita (1—3 tahun).
- Usia prasekolah (3—4 tahun).
- Usia sekolah (4—6 tahun).
Apa saja ciri dan karakteristik anak usia dini?
Pada setiap kelompok usia tersebut, anak usia dini akan mengalami beberapa tahap perkembangan yang berbeda-beda.
Penting bagi setiap orangtua untuk mengenali dan memahami setiap tahap tersebut agar bisa memberi dukungan terbaik untuk setiap perkembangan yang dialami oleh anak.
Berikut adalah ciri dan karakteristik anak usia dini sesuai usianya.
1. Batita (1—3 tahun)
Saat memasuki usia batita, anak usia dini umumnya memiliki kemampuan yang lebih banyak dari sebelumnya.
Perkembangan anak di usia 1—3 tahun di antaranya sebagai berikut.
- Kemampuan mengucapkan lebih banyak kata dan mulai berlatih menyusun kata, seperti “aku mau”.
- Komunikasi yang lebih baik sehingga bayi bisa mengerti pertanyaan dari orang lain dan memahami perintah yang diberikan kepada dirinya, seperti “ambil bajunya”.
- Keterampilan mengingat yang lebih baik dan mengetahui lebih banyak nama-nama benda.
- Bergerak lebih aktif, seperti berdiri, berjalan, dan melompat sendiri.
2. Usia prasekolah (3—4 tahun)
Pada usia ini, anak mulai bisa menjadi lebih mandiri dari sebelumnya.
Untuk itu, banyak anak usia dini yang sudah dimasukan ke dalam lembaga belajar prasekolah, seperti taman kanak-kanak (TK) atau kelompok bermain (playgroup).
Berikut beberapa kemampuan yang sudah dimiliki anak.
- Komunikasi yang lebih lancar dan jelas. Anak sudah bisa menggunakan kata yang lebih sulit serta lebih sering bertanya tentang banyak hal. Anak juga sudah bisa mengungkapkan emosinya, seperti senang atau sedih.
- Kemampuan menggosok gigi sendiri.
- Keterampilan menggunakan alat makan sendiri (seperti sendok dan garpu) dan gunting.
- Kemampuan menaiki dan menuruni tangga tanpa bantuan.
- Kemampuan mengingat dengan lebih baik, seperti mengetahui nama panjangnya sendiri.
- Keterampilan mengendarai sepeda roda 3 atau mainan beroda lainnya.
- Kemampuan membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
3. Usia sekolah (4—6 tahun)
Setelah berusia 4 tahun, anak akan memasuki masa usia dini hingga ia berusia 6 tahun.
Pada masa ini, perkembangan anak secara normal akan semakin pesat keran anak sudah bisa belajar lebih banyak hal dari sebelumnya.
Anak umumnya sudah bisa memiliki kemampuan berikut ini.
- Kemampuan menyusun kalimat yang lebih rumit dan panjang. Anak bisa bercerita secara runut dan menunjukan emosinya melalui kata-kata.
- Kemampuan mengetahui apa yang disukai dan tidak.
- Keinginan untuk memiliki teman dan disukai oleh orang lain.
- Kemampuan mengetahui yang benar dan salah.
- Ketertarikan terhadap hal yang lebih rumit, seperti kehidupan dan kematian.
- Kemampuan mengetahui angka-angka, warna, ukuran, dan waktu.
Cara mendukung perkembangan anak usia dini
Untuk mendukung tumbuh kembang anak di usia dini, ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak meningkatkan kemampuannya.
Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan.
1. Berikan stimulasi yang tepat untuk anak
Pastikan untuk memberikan stimulasi atau rangsangan yang anak butuhkan selama masa perkembangan si Kecil.
Berikan anak rangsangan yang sesuai dengan tiap kemampuannya, misalnya sebagai berikut.
- Berbicara dengan anak.
- Membacakan anak buku yang dilengkapi foto atau gambar.
- Melakukan kontak mata dengan anak.
- Bermain dan bercanda dengan anak, seperti gelitiki dan bermain petak umpet.
- Memberikan anak mainan dengan warna yang beragam, dari warna hitam dan putih hingga warna yang terang.
- Gunakan suara yang berbeda-beda untuk merangsang pendengaran, seperti suara lonceng atau musik.
- Beri anak hadiah dengan kata-kata dan pelukan saat berhasil melakukan sesuatu.
2. Bantu anak melatih kemampuan otot
Otot pada tubuh anak usia dini belum terbentuk sempurna seperti pada orang dewasa.
Oleh karena itu, penting untuk membantu anak melatih kemampuan ototnya agar bisa berkembang dengan lebih sempurna.
Berikut beberapa hal yang bisa Anda coba sesuai dengan usia anak.
Anak-anak
Saat memasuki usia prasekolah atau sekolah, anak sudah bisa bergerak dengan lebih aktif.
Untuk itu, mulai ajak anak untuk melakukan lebih banyak aktivitas bersama.
Sebagai contoh, Anda bisa meminta anak membatu mengerjakan pekerjaan rumah yang mudah, seperti meletakan sepatu di tempat sepatu.
Anda juga bisa mengajak anak olahraga bersama, seperti berenang, bermain bola, atau berjalan-jalan di taman.
3. Bantu anak melatih emosinya
Umumnya, sulit bagi anak usia dini untuk mengendalikan setiap emosi yang ia rasakan.
Maka dari itu, melansir dari High Speed Training, tidak jarang anak yang tiba-tiba sering menangis atau bahkan tantrum.
Meski begitu, Anda juga bisa membantu anak untuk melatih mengendalikan emosinya, di antaranya sebagai berikut.
- Melakukan bonding dengan anak melalui kontak dan berbicara secara langsung.
- Menanggapi emosi anak dengan tenang dan coba juga tenangkan anak. Anda bisa coba katakan pada anak bahwa Anda memahami perasaannya.
- Biarkan anak mencoba mengutarakan perasaannya. Jangan melarang anak untuk menangis atau meremehkan perasaan anak.
4. Latih kecerdasan kognitif anak
Kecerdasan kognitif anak dapat dilatih sejak usia dini. Ini sangat penting karena bisa membantu anak dalam tumbuh kembangnya.
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengasah kecerdasan kognitif anak adalah dengan memberikan contoh nyata. Misalnya, berikan contoh bagaimana cara merapihkan barang setelah digunakan.
Anda juga bisa coba memberi anak kebebasan saat ia sedang belajar melakukan sesuatu dan tidak membuat anak terburu-buru.
Sebagai contoh, saat belajar memakai pakaian, jangan meminta anak untuk melakukannya lebih cepat, meski ini akan memakan waktu yang cukup lama.
Selain itu, biarkan anak bermain sesuai dengan keinginannya dan jangan terlalu mengontrol anak. Cukup awasi anak dan hanya larang saat ia ingin melakukan hal yang salah atau berbahaya.
Sebagai contoh, Anda sebaiknya beri batasan berapa lama anak menonton TV atau jenis tontonan lainnya.
Anak yang sudah berusia di atas 2 tahun disarankan hanya boleh menonton maksimal selama 30 menit hingga 1 jam setiap hari dengan didampingi orangtua.
Ini karena terlalu lama menonton tayangan bisa membuat perkembangan anak lebih lambat. Misalnya, anak akan lebih lambat belajar bicara karena jarang berinteraksi langsung dengan orang lain.
Sementara bila usia si Kecil belum genap 2 tahun, sebaiknya hindari memberikan tontonan, baik dari TV maupun gadget.
5. Perhatikan asupan nutrisi anak
Orang tua juga bisa mendukung tumbuh kembang anak usia dini dengan asupan nutrisi bergizi seimbang.
Perkembangannya dapat dimaksimalkan dengan memperhatikan kandungan nutrisi penting, seperti zat besi dalam makanan sehari-hari si Kecil.
Berdasarkan perannya, zat besi bukan nutrisi biasa karena penting untuk mencegah anemia dan mendukung tumbuh kembang anak.
Faktanya, 1 dari 3 anak di Indonesia berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi, yang dapat mengganggu perkembangan otaknya.
Hal ini dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori, yang mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Untuk itu, bantu lengkapi kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan memberikan asupan harian yang kaya zat besi dan berikan susu yang terfortifikasi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C.
Susu dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi hingga 2x lipat, untuk bantu lengkapi kebutuhan zat besi harian si Kecil.
Dengan terpenuhinya kebutuhan zat besi harian si Kecil, Bunda telah mengurangi risiko anemia defisiensi zat besi si Kecil dan dukung perkembangan otaknya.
Kesimpulan
Mengetahui ciri dan karakteristik anak di usia dini bisa membantu Anda sebagai orangtua untuk mengetahui dukungan terbaik yang bisa Anda berikan. Dengan begitu, anak bisa tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]