backup og meta

Orangtua yang Memaksakan Kehendak pada Anak, Ini 5 Dampaknya

Orangtua yang Memaksakan Kehendak pada Anak, Ini 5 Dampaknya

Orangtua tentu ingin melihat anaknya sukses di masa depan. Namun, sebaiknya jangan sampai orangtua yang memaksakan kehendak pada anak. Pasalnya, saat memaksakan kehendak, ada beberapa dampak yang mungkin akan terjadi pada anak. 

Apa saja dampak tersebut? Lalu bagaimana cara yang perlu ditempuh untuk menyampaikan keinginan orangtua kepada anak? Simak penjelasannya di bawah ini.

Berbagai dampak orangtua yang memaksakan kehendak pada anak 

gejala anak stres dan bosan

Setiap orangtua tentunya memiliki cara masing-masing untuk berinteraksi dan membimbing anak-anaknya.

Apalagi, setiap orangtua tentu ingin pengalaman hidupnya yang pahit tidak terjadi pada anaknya kelak. 

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan harapan tersebut bila anak menyetujuinya dan siap menjalaninya.

Namun, terkadang orangtua suka memaksakan kehendak pada anak agar ia mengikuti dan menjalani kehidupan sesuai dengan arahan orang tua. 

Padahal, saat anak tidak mau, sebaiknya orangtua memberi kebebasan pada anak untuk  belajar dan bertanggung jawab atas pilihan jalan hidupnya sendiri. 

Jika tetap memaksakan kehendak pada anak, ada dampak yang bisa terjadi yang bisa memengaruhi perkembangannya. Berikut adalah beberapa dampak yang dimaksud.

1. Anak bersifat agresif 

Orangtua yang memiliki pola asuh terbiasa memaksakan kehendak pada anak biasanya akan bersikap keras dengan alasan “mendidik”.

Terkadang, saat anak tidak mengikuti apa yang telah dikehendakinya, beberapa orangtua akan memberikan hukuman fisik maupun verbal. 

Padahal, hal ini bisa membuat anak menjadi agresif. Sifat agresif yang anak tunjukkan menjadi salah satu cara melampiaskan kekesalan dan kemarahannya atas sikap orangtuanya. 

Tidak jarang juga, bentuk kekesalannya ini dilampiaskan pada orang terdekatnya. Sebagai contoh, anak bisa merebut benda milik orang lain dan merusaknya karena merasa barang temannya lebih menarik. 

2. Rendahnya rasa percaya diri 

Anak yang selalu dipaksa untuk mengikuti kehendak orangtua akan merasa bahwa pendapat dan keinginannya tidak dihargai.

Alhasil, anak bisa merasa tidak percaya diri. Mereka pun mungkin akan memiliki harga diri (self-esteem) yang buruk. 

Ini juga dapat menyebabkan anak menjadi pasif di lingkungan sekitarnya, termasuk sekolah.

Mereka jarang dan merasa takut untuk berpendapat dan berdiskusi dengan teman-temannya. Hal ini karena mereka tidak biasa untuk mengutarakan pendapatnya. 

3. Tidak bisa mengambil keputusan sendiri

Dampak orangtua yang memaksa kehendak anak selanjutnya adalah anak tidak bisa mengambil keputusan sendiri.

Ini terjadi karena anak terbiasa untuk menjalani hidup dengan aturan yang telah dibuat oleh orangtua. 

Dengan pola asuh seperti ini anak cenderung tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan karena memiliki ketergantungan yang berlebih pada orangtua. 

Hal ini dapat terjadi karena mereka merasa keputusan yang diambilnya mungkin akan salah dan tidak sesuai dengan kehendak orangtuanya. 

4. Mengganggu kesehatan mental 

Ada orangtua yang memaksakan anaknya untuk selalu mendapat nilai terbaik di sekolah. Hal ini menyebabkan orangtua memaksa mereka untuk belajar terus-terusan.

Alhasil, anak menganggap belajar adalah beban dan sebagai proses yang tidak menyenangkan. 

Tidak hanya itu, merangkum dari jurnal Frontiers tahun 2023, tuntutan orangtua yang harus memaksa mereka untuk belajar pun dapat membuat anak tertekan.

Hal ini bisa memicu terjadinya stres dan depresi

5. Perilaku memberontak 

Memaksakan kehendak anak juga bisa menyebabkan perilaku memberontak pada anak.

Semakin bertambahnya usia, beberapa anak mungkin akan merespons tuntutan dan pemaksaan kehendak orangtua ini dengan memberontak atau tidak patuh.

Hal ini bisa terjadi karena mereka merasa tertekan harus terus memenuhi tuntutan dari kedua orangtuanya. 

Bukan memaksa kehendak, bagaimana seharusnya orangtua bersikap? 

orangtua bohong pada anak

Mengingat memaksakan kehendak pada anak dapat menimbulkan dampak buruk bagi mereka, ada baiknya orangtua berusaha untuk memahami apa sebenarnya keinginan anak.  

Jadi, selama keinginannya masih positif, orangtua seharusnya perlu memberi semangat dan dukungan agar anak dapat berkembang menjadi lebih baik.

Ajak anak untuk berdiskusi tentang apa yang mereka inginkan.Tanyakan juga apa tujuan mereka dan bagaimana cara mereka ingin mencapainya.

Ini bukan berarti orangtua tidak boleh memberikan kritikan atau saran kepada anak. Namun, cobalah untuk memahami terlebih dahulu keinginannya dan hindari kritikan yang membuatnya tersudut. 

Yakinlah bahwa anak siap bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya. Setelah mengetahui visi anak, cobalah untuk menjadi temannya.

Berikan anak soal pandangan dan motivasi sehingga ia bisa mencapai yang ia inginkan.

Misalnya, anak ternyata memiliki hobi bermain musik dan ia ingin menjadi penyanyi. Anda bisa memberikan referensi penyanyi yang mengawali kariernya dengan perjuangan.

Lalu, berikan keyakinan pada anak bahwa ia bisa mengembangkan bakatnya.

Walaupun sulit bagi orangtua menerima anak yang memilih jalan lain, tapi mengertilah bahwa anak akan melakukan yang terbaik dan bisa belajar lebih banyak dari kemampuan dasar yang ia miliki. 

Kesimpulan

Maka dari itu, membangun komunikasi yang baik adalah kunci penting antara orangtua dan anak untuk lebih saling mengerti.  Jangan ada lagi orangtua yang memaksakan kehendak pada anak. Biarkan mereka berkembang dan menggali pengalaman mereka pada kehidupan selanjutnya.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Zheng, G., Zhang, Q., & Ran, G. (2023). The association between academic stress and test anxiety in college students: The mediating role of regulatory emotional self-efficacy and the moderating role of parental expectations. Frontiers In Psychology, 14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1008679

Sanvictores, T., & Mendez, M. (2022). Types of Parenting Styles and Effects On Children. Statpearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/ 

Rahmawati, D. A., & Widyastuti, T. M. (2022). PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK USIA DINI. Exponential (Education For Exceptional Children) Jurnal Pendidikan Luar Biasa, 3(1), 358-364. https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB/article/view/3489/2084

Meghan Tuohy Walls, P., Meghan Tuohy Walls, P., & Meghan Tuohy Walls, P. (2022). How to Avoid Putting Too Much Pressure on Kids – Nemours Blog. Retrieved 1 September 2023, from https://blog.nemours.org/2022/03/the-pressure-to-succeed/ 

Negative Effects of Parental Stress on Students – Bay Atlantic University – Washington, D.C. (2022). Retrieved 1 September 2023, from https://bau.edu/blog/effects-of-parental-stress-on-students/

Authoritarian Parenting Style. Retrieved 1 September 2023, from https://www.canr.msu.edu/news/authoritarian_parenting_style

Ellis, G. (2020). How to Be a Supportive Parent. Retrieved 1 September 2023, from https://firstthings.org/how-to-be-a-supportive-parent/ 

Versi Terbaru

08/09/2023

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

4 Tips Membangun Kembali Kepercayaan Anda Pada Anak yang Berulah

Ciri Pola Asuh Otoriter dan Dampaknya bagi Perkembangan Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 08/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan