Orangtua tentu ingin melihat anaknya sukses di masa depan. Namun, sebaiknya jangan sampai orangtua yang memaksakan kehendak pada anak. Pasalnya, saat memaksakan kehendak, ada beberapa dampak yang mungkin akan terjadi pada anak.
Apa saja dampak tersebut? Lalu bagaimana cara yang perlu ditempuh untuk menyampaikan keinginan orangtua kepada anak? Simak penjelasannya di bawah ini.
Berbagai dampak orangtua yang memaksakan kehendak pada anak
Setiap orangtua tentunya memiliki cara masing-masing untuk berinteraksi dan membimbing anak-anaknya.
Apalagi, setiap orangtua tentu ingin pengalaman hidupnya yang pahit tidak terjadi pada anaknya kelak.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan harapan tersebut bila anak menyetujuinya dan siap menjalaninya.
Namun, terkadang orangtua suka memaksakan kehendak pada anak agar ia mengikuti dan menjalani kehidupan sesuai dengan arahan orang tua.
Padahal, saat anak tidak mau, sebaiknya orangtua memberi kebebasan pada anak untuk belajar dan bertanggung jawab atas pilihan jalan hidupnya sendiri.
Jika tetap memaksakan kehendak pada anak, ada dampak yang bisa terjadi yang bisa memengaruhi perkembangannya. Berikut adalah beberapa dampak yang dimaksud.
1. Anak bersifat agresif
Orangtua yang memiliki pola asuh terbiasa memaksakan kehendak pada anak biasanya akan bersikap keras dengan alasan “mendidik”.
Terkadang, saat anak tidak mengikuti apa yang telah dikehendakinya, beberapa orangtua akan memberikan hukuman fisik maupun verbal.
Padahal, hal ini bisa membuat anak menjadi agresif. Sifat agresif yang anak tunjukkan menjadi salah satu cara melampiaskan kekesalan dan kemarahannya atas sikap orangtuanya.
Tidak jarang juga, bentuk kekesalannya ini dilampiaskan pada orang terdekatnya. Sebagai contoh, anak bisa merebut benda milik orang lain dan merusaknya karena merasa barang temannya lebih menarik.
2. Rendahnya rasa percaya diri
Anak yang selalu dipaksa untuk mengikuti kehendak orangtua akan merasa bahwa pendapat dan keinginannya tidak dihargai.
Alhasil, anak bisa merasa tidak percaya diri. Mereka pun mungkin akan memiliki harga diri (self-esteem) yang buruk.
Ini juga dapat menyebabkan anak menjadi pasif di lingkungan sekitarnya, termasuk sekolah.
Mereka jarang dan merasa takut untuk berpendapat dan berdiskusi dengan teman-temannya. Hal ini karena mereka tidak biasa untuk mengutarakan pendapatnya.
3. Tidak bisa mengambil keputusan sendiri
Dampak orangtua yang memaksa kehendak anak selanjutnya adalah anak tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
Ini terjadi karena anak terbiasa untuk menjalani hidup dengan aturan yang telah dibuat oleh orangtua.
Dengan pola asuh seperti ini anak cenderung tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan karena memiliki ketergantungan yang berlebih pada orangtua.
Hal ini dapat terjadi karena mereka merasa keputusan yang diambilnya mungkin akan salah dan tidak sesuai dengan kehendak orangtuanya.
4. Mengganggu kesehatan mental
Ada orangtua yang memaksakan anaknya untuk selalu mendapat nilai terbaik di sekolah. Hal ini menyebabkan orangtua memaksa mereka untuk belajar terus-terusan.
Alhasil, anak menganggap belajar adalah beban dan sebagai proses yang tidak menyenangkan.
Tidak hanya itu, merangkum dari jurnal Frontiers tahun 2023, tuntutan orangtua yang harus memaksa mereka untuk belajar pun dapat membuat anak tertekan.
Hal ini bisa memicu terjadinya stres dan depresi.
5. Perilaku memberontak
Memaksakan kehendak anak juga bisa menyebabkan perilaku memberontak pada anak.
Semakin bertambahnya usia, beberapa anak mungkin akan merespons tuntutan dan pemaksaan kehendak orangtua ini dengan memberontak atau tidak patuh.
Hal ini bisa terjadi karena mereka merasa tertekan harus terus memenuhi tuntutan dari kedua orangtuanya.
Bukan memaksa kehendak, bagaimana seharusnya orangtua bersikap?
Mengingat memaksakan kehendak pada anak dapat menimbulkan dampak buruk bagi mereka, ada baiknya orangtua berusaha untuk memahami apa sebenarnya keinginan anak.
Jadi, selama keinginannya masih positif, orangtua seharusnya perlu memberi semangat dan dukungan agar anak dapat berkembang menjadi lebih baik.
Ajak anak untuk berdiskusi tentang apa yang mereka inginkan.Tanyakan juga apa tujuan mereka dan bagaimana cara mereka ingin mencapainya.
Ini bukan berarti orangtua tidak boleh memberikan kritikan atau saran kepada anak. Namun, cobalah untuk memahami terlebih dahulu keinginannya dan hindari kritikan yang membuatnya tersudut.
Yakinlah bahwa anak siap bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya. Setelah mengetahui visi anak, cobalah untuk menjadi temannya.
Berikan anak soal pandangan dan motivasi sehingga ia bisa mencapai yang ia inginkan.
Misalnya, anak ternyata memiliki hobi bermain musik dan ia ingin menjadi penyanyi. Anda bisa memberikan referensi penyanyi yang mengawali kariernya dengan perjuangan.
Lalu, berikan keyakinan pada anak bahwa ia bisa mengembangkan bakatnya.
Walaupun sulit bagi orangtua menerima anak yang memilih jalan lain, tapi mengertilah bahwa anak akan melakukan yang terbaik dan bisa belajar lebih banyak dari kemampuan dasar yang ia miliki.
Kesimpulan
Maka dari itu, membangun komunikasi yang baik adalah kunci penting antara orangtua dan anak untuk lebih saling mengerti. Jangan ada lagi orangtua yang memaksakan kehendak pada anak. Biarkan mereka berkembang dan menggali pengalaman mereka pada kehidupan selanjutnya. [embed-health-tool-vaccination-tool]