Mampu menguasai banyak bahasa dirasa penting pada saat ini. Bahasa merupakan alat komunikasi, sehingga semakin banyak bahasa yang dapat dikuasai, semakin banyak juga anak belajar dan berkembang.
Kita tidak bisa menampik bahwa dunia semakin luas, sehingga peluang anak untuk bisa berkembang di dunia internasional semakin besar. Untuk itu, anak dituntut untuk dapat menguasai banyak bahasa. Namun, terkadang Anda sebagai orangtua bingung bagaimana dan kapan sebaiknya anak diperkenalkan dengan bahasa baru.
Kapan sebaiknya anak diperkenalkan dengan bahasa kedua?
Menurut berbagai penelitian, semakin dini mengajarkan anak bahasa kedua, semakin baik. Semakin dini anak diperkenalkan dengan bahasa baru artinya semakin banyak waktu yang tersedia bagi anak untuk belajar bahasa, dibandingkan dengan anak yang baru belajar bahasa di usianya yang kesekian. Lagipula, masa anak merupakan masa di mana anak mempunyai banyak waktu untuk belajar dan anak juga lebih mudah untuk menerima pembelajaran pada masa ini.
Masa di mana anak belum sekolah, terutama di usianya yang ke-3 tahun, merupakan masa di mana dasar-dasar untuk berpikir, bahasa, berperilaku, bersikap, bakat, dan karakteristik lainnya sedang berkembang dengan pesat, seperti kata Ronald Kotulak, penulis buku “Inside the Brain”, yang dilansir dari Early Childhood News. Sehingga, usia anak yang ketiga tahun merupakan awal yang baik untuk anak belajar bahasa.
Pada usia 3 tahun, anak sudah mulai fasih menggunakan bahasa ibu, dan pada usia ini juga anak sudah mulai siap untuk belajar bahasa baru, sehingga anak tidak kesulitan untuk membedakan mana bahasa ibunya dan mana bahasa keduanya.
Sebesar 50% kemampuan belajar anak berkembang saat usia 1 tahun dan 30% lainnya berkembang pada usia 8 tahun. Artinya, usia anak sampai 8 tahun merupakan periode kritis anak untuk banyak belajar dan berkembang. Selain itu, para ahli juga telah meneliti bagaimana fisiologi otak terhadap kemampuannya dalam belajar bahasa. Ternyata, otak anak sampai usia 8 tahun mempunyai sifat plastisitas atau fleksibel, yang memungkinkan anak untuk belajar bahasa dengan mudah. Pada masa kritis inilah otak mampu menyerap berbagai informasi dan pengetahuan dengan mudah.
Semakin dini anak diperkenalkan dengan bahasa baru, semakin mudah juga anak untuk dapat menerimanya. Semakin dini anak belajar bahasa, semakin baik pula ia dapat meniru suara baru dan pengucapannya. Pada masa anak, otak masih terbuka lebar untuk dapat menerima suara dan bahasa baru.
Selain itu, belajar bahasa kedua juga memberikan manfaat untuk anak. Penelitian oleh Harvard University menunjukkan bahwa belajar bahasa tambahan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan fleksibilitas pikiran pada anak. Dengan belajar bahasa yang diulang-ulang, juga mampu meningkatkan kekuatan otak dan ingatan anak.
Bagaimana cara mengajarkan bahasa kedua kepada anak?
Terdapat 6 hal utama yang dapat merangsang perkembangan otak pada periode kritis anak, yaitu melalui penglihatan, suara, rasa, sentuhan, penciuman, dan pergerakan. Oleh karena itu, Anda dapat mengajarkan anak bahasa kedua dengan cara merangsang 6 hal ini.
Berikut ini merupakan cara-cara yang dapat Anda lakukan dalam mengajarkan anak bahasa kedua.
- Menggunakan gambar. Anda dapat menunjukkan gambar, seperti gambar hewan, buah, sayuran, dan hal lainnya, sambil mengucapkan apa yang ada dalam gambar tersebut dengan menggunakan bahasa kedua.
- Belajar menggunakan musik dan irama. Musik merupakan salah satu cara untuk merangsang seluruh fungsi otak. Lirik yang dikombinasikan dengan musik membuat anak lebih mudah untuk belajar karena anak lebih mudah untuk mengingatnya.
- Belajar dengan menggunakan gerakan tubuh. Ajak anak untuk menggunakan tubuh dan pikirannya secara bersamaan. Ini dapat membantu anak untuk mengingat.
- Belajar dengan menyentuh. Anda dapat mengajarkan anak berhitung menggunakan bahasa kedua dengan menyanyikan sebuah lagu, menggerakkan, dan menyentuh jari Anda.
- Belajar dengan merasakan. Anda dapat menawarkan anak berbagai macam makanan dan mengajaknya untuk menyebutkan nama makanan tersebut dengan bahasa kedua.
- Belajar dengan mencium. Anda dapat mengajak anak bermain dengan cara menebak makanan atau benda berbau yang ada dalam tempat tertutup, kemudian minta anak untuk mengucapkan tebakannya menggunakan bahasa kedua.
- Bermain sambil belajar. Anda dapat melakukan berbagai hal menyenangkan dengan anak Anda sambil mengajaknya berbicara dengan bahasa kedua.
- Mengajarkan anak dengan santai. Jangan memarahi anak ketika ia tidak dapat mengikuti Anda. Membuat anak stres saat belajar dapat mengurungkan niat anak untuk belajar.
BACA JUGA
- 5 Makanan yang Memberikan Nutrisi untuk Otak Anak
- Chia Seed, Makanan Super Penangkal Berbagai Penyakit
- Mencegah dan Mengatasi Kecanduan Makanan Manis
[embed-health-tool-vaccination-tool]