backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Kiat Jitu Melatih Si Kecil Supaya Berhenti Pakai Botol Susu

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

Kiat Jitu Melatih Si Kecil Supaya Berhenti Pakai Botol Susu

Anak bayi dan batita, mungkin sangat “nempel” dengan botol susunya. Namun, saat bertambah besar, buah hati Anda tentu pada akhirnya harus beralih menggunakan gelas untuk minum susu. Sayangnya, menghentikan penggunaan dot susu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lantas, bagaimana cara agar anak berhenti ngedot? Simak beberapa tipsnya berikut ini.

Cara agar anak berhenti ngedot

Selain memberi kemudahan saat menyapih anak di malam hari, penggunaan botol susu untuk minum susu formula mungkin juga bisa memberikan kemudahan dan kenyamanan pada anak.

Namun, penggunaan botol susu dalam waktu lama dapat menyebabkan efek buruk pada gigi anak, seperti gigi berlubang.

Selain itu, kebiasaan ini juga bisa menyebabkan mereka minum susu lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Seiring bertambahnya usia, anak perlu beradaptasi dengan tumbuh kembangnya, salah satunya berhenti ngedot dan mulai minum memakai gelas.

Supaya Anda tidak kewalahan dan gagal menghentikan kebiasaan ngedot pada anak, ikuti beberapa caranya berikut ini.

1. Lihat kesiapan anak berdasarkan usianya

beda karies rampan dan botol

Memastikan kesiapan anak merupakan cara dasar jika ingin melatih anak berhenti ngedot.

Umumnya, anak-anak sudah bisa dikenalkan dengan gelas bayi saat memasuki usia 6 bulan.

Setelah usianya mencapai 1 tahun, anak biasanya sudah bisa memegang gelas bayi sendiri dengan baik.

Pada usia inilah Anda bisa melatih anak untuk berhenti minum susu pakai botol dot.

Melansir dari National Library of Medicine, The American Academy of Pediatrics juga menyarankan agar anak berhenti ngedot sebelum usianya 12 bulan.

Jadi, jangan mengajari anak terlalu dini dan memaksanya karena bisa membuat anak frustrasi.

2. Ganti botol susu dengan gelas secara perlahan

Cara selanjutnya yang bisa Anda lakukan agar anak tidak ngedot lagi adalah melatihnya melepas botol dot dengan sabar. Jadi, lakukan hal ini secara perlahan, bukan tiba-tiba.

Misalnya, jika biasanya anak minum susu tiga kali sehari, ganti botol susu dengan gelas bayi saat minum susu di pagi hari.

Anda juga bisa lakukan ini secara bergantian, yaitu di waktu siang atau malam di hari selanjutnya.

Secara bertahap, ajari pula anak Anda untuk duduk di kursi bayi agar lebih mudah menggunakan gelas.

Agar lebih efektif, tetap konsisten dengan aturan yang telah dibuat ini. Jangan kembali memberikan dot ketika anak menangis atau rewel.

Artikel terkait

3. Beri contoh

minum susu setelah minum obat

Anak-anak belajar dengan cepat dengan melihat langsung apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.

Maka itu, minum susu bersama anak bisa jadi cara efektif agar anak mau berhenti ngedot.

Saat waktunya minum susu, Anda bisa memperlihatkan anak bahwa cara minum susu yang benar dengan menggunakan gelas.

Caranya, siapkan segelas susu untuk Anda dan susu dalam gelas bayi untuk si Kecil. Lalu, perlihatkan mudahnya minum susu dengan gelas.

4. Jauhkan botol dot dari jangkauan anak

Cara lainnya agar anak berhenti pakai botol dot adalah jauhkan botol susu yang ada di rumah dari jangkauannya.

Misalnya, Anda bisa memasukkannya ke dalam wadah tertutup dan diletakkan di atas lemari.

Hilangnya botol susu dari pandangan anak, bisa membantu bayi melupakan botol dot lebih cepat, sekaligus mencegah anak merengek meminta botol dotnya kembali.

5. Alihkan perhatian anak

Coba ciptakan rutinitas baru yang menyenangkan tanpa menggunakan dot di siang dan malam hari .

Pasalnya, ngedot di malam hari sambil tidur mungkin menjadi rutinitas harian anak yang membuatnya tidur dengan nyaman.

Maka itu, mengganti botol susu dengan gelas di malam hari mungkin lebih sulit dibanding waktu lainnya.

Anda bisa coba mengalihkan perhatian bayi dari rutinitas ngedot malam dengan aktivitas lain, seperti membacakan dongeng atau memberikan pijatan lembut yang bisa membuatnya mengantuk.

Sementara di siang hari, Anda juga bisa alihkan perhatian anak dengan aktivitas menarik, seperti bermain atau kegiatan kreatif lainnya.

Bila perlu, Anda juga bisa sediakan benda lain yang dapat memberikan rasa nyaman, seperti boneka, bantal, atau selimut favorit.

Benda pengganti ini bisa membantu anak merasa aman dan nyaman yang sebelumnya diperoleh dengan menggunakan dot.

6. Libatkan anak

anak tidak mau makan

Agar lebih mudah, coba ajak anak untuk terlibat dalam proses berhenti ngedot, misalnya dengan memilih hari khusus untuk berhenti.

Jelaskan dengan cara yang bisa dipahami anak tentang mengapa perlu berhenti ngedot.

Pastikan juga anak merasa diperhatikan dan mendapatkan cukup kasih sayang dan perhatian.

Pasalnya, kebiasaan ngedot bisa menjadi cara anak mencari kenyamanan emosional, jadi pastikan mereka merasa aman dan dicintai.

7. Beri pujian dan hadiah

Untuk memotivasi anak agar lebih semangat, berikan pujian setiap kali anak berhasil tidak menggunakan dot.

Pujian bisa memotivasi anak untuk melakukan yang terbaik. Bila latihan ini dilakukan dengan rutin, anak akan terbiasa dan melepas kebiasaan minum susu dengan botol dot.

Selain itu, Anda juga bisa berikan penghargaan kecil ketika anak berhasil tidak menggunakan dot.

Ini bisa berupa hal-hal yang mungkin disukai oleh anak, misalnya stiker, waktu bermain tambahan, atau hadiah kecil lainnya.

Kesimpulan

Penggunaan botol susu untuk anak sebaiknya dihentikan seiring pertambahan usia anak untuk mencegah efek buruk jika digunakan terlalu lama. Cara tepat agar anak mau berhenti ngedot yaitu dengan menghentikan penggunana botol susu di usia yang tepat dan secara perlahan. Untuk membantu orangtua dalam hal ini, orang tua bisa melakukan cara lain, seperti menjauhkan botol susu, mengalihkan perhatian anak dari botol susu, serta memberikan contoh cara yang benar menggunakan gelas. Agar lebih efektif, libatkan juga anak dalam membangun kebiasaan minum susu tanpa botol dan beri pujian setiap kali anak berhasil melakukannya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan