Apakah anak Anda sering melamun dan menatap kosong tanpa alasan yang jelas? Sebagai orangtua, mungkin Anda bertanya-tanya mengapa anak saya selalu melamun, apakah ia sedang berimajinasi, merasa bosan, atau justru ada sesuatu yang mengganggu perasaannya.
Jadi, kenapa anak sering melamun dan apa yang harus dilakukan orangtua untuk mengatasinya? Ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa penyebab anak sering melamun?
Melamun atau bengong adalah kondisi di mana seseorang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Melamun bisa menjadi hal yang wajar pada perkembangan anak, misalnya saat mereka sedang berimajinasi.
Namun, bila melamun terjadi terlalu sering dan dalam durasi yang lama, orangtua mungkin perlu khawatir.
Oleh karena itu, memahami penyebab anak sering bengong dapat membantu orangtua memberikan solusi yang tepat. Berikut ini beberapa penyebab anak sering bengong.
1. Kurang tidur atau kelelahan
Anak yang kurang tidur atau mengalami kelelahan fisik dan mental cenderung sulit berkonsentrasi dan membuatnya sering bengong.
Pola tidur yang tidak teratur atau aktivitas harian yang terlalu padat dapat membuat anak mudah kehilangan fokus.
2. Merasa bosan
Penyebab anak sering bengong yang selanjutnya adalah ia merasa bosan atau tidak tertarik dengan kegiatan di sekitarnya.
Hal ini sering terjadi saat anak tidak mendapatkan cukup rangsangan untuk bermain dengan aktivitas yang menarik.
3. Anak mengalami ADHD
Anak dengan attention deficit disorder (ADD) atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) sering kali memiliki kesulitan dalam mempertahankan fokus.
Mereka mudah terdistraksi dan sering terlihat melamun atau kehilangan perhatian saat beraktivitas.
4. Maladaptive daydreaming
Meski umumnya merupakan bagian alami dari perkembangan anak, melamun terlalu sering bisa menjadi tanda anak mengalami maladaptive daydreaming atau gangguan melamun maladaptif (MD).
Melansir dari Cleveland Clinic, gangguan ini bisa membuat orang terlalu tenggelam dalam khayalannya hingga mengabaikan kehidupan nyata.
Bahkan, maladaptive daydreaming bisa membuat anak suka melamun meski sedang melakukan aktivitas tertentu.
5. Masalah emosional atau kesehatan mental
Beberapa anak yang mengalami kecemasan, depresi, atau trauma dapat menunjukkan gejala suka melamun.
Mereka mungkin terlihat seperti kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari atau sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
6. Kejang
Beberapa anak yang sering melamun sebenarnya mengalami kejang kecil, yang dikenal sebagai absence seizures.
Kejang ini biasanya berlangsung selama 5–15 detik dan sering kali tidak disadari oleh anak.
Ciri-cirinya meliputi tatapan kosong, tidak merespons saat diajak bicara, serta gerakan kecil seperti mengedipkan mata, menggerakkan bibir, atau memegang pakaian berulang kali.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Bagaimana cara mengatasi anak melamun?
Bila anak sering bengong hingga mengganggu aktivitasnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mereka lebih fokus.
1. Perhatikan pola tidur anak
Pastikan anak mendapatkan waktu tidur yang cukup sesuai dengan usianya agar ia tidak sering bengong. Apalagi jika selama ini anak suka bengong karena kurang tidur atau kelelahan.
Anak usia sekolah umumnya membutuhkan waktu tidur sekitar 9–11 jam per harinya.
2. Ajak anak bicara
Bila Anda melihat anak sering bengong, coba ajak anak berbicara dan tanyakan apakah ada sesuatu yang mengganggunya atau membuatnya merasa tidak nyaman.
Jika ada masalah tertentu yang dipikirkan atau anak melamun karena masalah emosional atau kesehatan mental, penting bagi orangtua untuk memberikan dukungan emosional.
3. Ajak anak melakukan aktivitas yang seru
Cara mengatasi anak yang sering bengong selanjutnya adalah melibatkan anak pada aktivitas yang dapat merangsang pikirannya. Anak yang lebih aktif cenderung memiliki waktu yang lebih sedikit untuk bengong.
Jika melamun berlebihan disebabkan oleh maladaptive daydreaming, ajarkan anak untuk mengelola waktu melamunnya dengan lebih baik.
Dorong ia menyalurkan imajinasinya melalui kegiatan yang lebih produktif, seperti menulis cerita atau menggambar.
4. Berkonsultasi kepada psikolog
Apabila anak memiliki tanda-tanda ADHD, seperti kesulitan fokus dan mudah terdistraksi, pertimbangkan untuk berkonsultasi kepada dokter atau psikolog anak.
Menerapkan rutinitas yang jelas, memberikan tugas dalam bagian kecil agar lebih mudah diselesaikan, serta menggunakan metode belajar interaktif bisa membantu anak lebih terorganisir dan meningkatkan konsentrasinya.
5. Segera bawa anak ke dokter
Jika orangtua mencurigai si Kecil mengalami kejang karena sering melamun dengan tatapan kosong dan tidak merespons selama beberapa detik, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter.
Merekam frekuensi kejadian dan memperhatikan tanda-tanda lain, seperti gerakan kecil yang berulang, dapat membantu dokter dalam mendiagnosis kondisi ini.
Itu dia beberapa penyebab anak sering melamun serta cara mengatasinya.
Meski ada manfaat melamun yang mungkin bisa didapat jika dilakukan dalam porsi yang wajar, melamun terlalu sering dapat mengganggu konsentrasi, interaksi sosial, dan perkembangan anak secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami penyebabnya dan mengambil langkah yang tepat agar anak dapat menyeimbangkan imajinasi dengan keterlibatan aktif dalam aktivitas sehari-hari.
Kesimpulan
- Melamun bisa menjadi bagian dari perkembangan anak, terutama saat mereka sedang berimajinasi.
- Namun, jika terjadi terlalu sering, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurang tidur, kebosanan, ADHD, maladaptive daydreaming, masalah emosional, atau bahkan kejang absence.
- Untuk mengatasinya, orangtua dapat memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup, mengajaknya berkomunikasi, memberikan aktivitas yang menarik, serta berkonsultasi kepada ahli jika diperlukan.