backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

5 Mitos Susu Soya untuk si Kecil dan Faktanya, Bunda Perlu Tahu

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/05/2024

5 Mitos Susu Soya untuk si Kecil dan Faktanya, Bunda Perlu Tahu

Bunda mungkin sudah sering dengar bahwa susu soya bisa menjadi pilihan jenis susu pengganti untuk si Kecil yang alergi terhadap susu sapi. Di samping itu, Bunda mungkin juga pernah mendengar mitos seputar susu soya.

Kabar tersebut mungkin membuat sebagian besar dari Bunda ragu untuk memberikan susu soya kepada si Kecil. Untuk memastikan kebenarannya, Bunda bisa membaca ulasan beberapa mitos terkait susu soya dan faktanya di bawah ini.

Mitos tentang susu soya untuk si Kecil

Ada beberapa mitos yang beredar mengenai susu soya untuk si Kecil, baik yang positif maupun negatif.

Mari bahas beberapa mitos susu soya dan bandingkan dengan fakta ilmiah yang ada di bawah ini.

1. Susu soya mengandung tinggi estrogen

beda susu uht dan pertumbuhan

Susu soya mengandung senyawa yang disebut fitoestrogen, khususnya isoflavon, yang memiliki struktur kimia mirip dengan hormon estrogen manusia.

Namun, kandungan ini masih dalam jumlah yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan hormon estrogen pada manusia.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui apakah konsumsi fitoestrogen dari susu soya dapat memengaruhi perkembangan hormon pada si Kecil.

Salah satunya, melansir sebuah tinjauan pada jurnal Environmental Health Perspectives, American Academy of Pediatrics menyimpulkan bahwa susu soya merupakan pilihan yang aman bagi si Kecil yang alergi terhadap susu sapi.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu soya dalam jumlah yang tidak berlebih tidak menyebabkan efek samping hormon yang parah pada si Kecil.

Tidak ada bukti yang membuktikan bahwa fitoestrogen dalam susu soya menyebabkan efek kesehatan negatif yang serius pada si Kecil.

2. Susu soya kurang gizi dibandingkan susu sapi

Bukan mitos, susu soya dan susu sapi memang memiliki kandungan nutrisi yang berbeda.

Namun, susu soya yang difortifikasi dapat memiliki kandungan nutrisi yang sebanding dengan susu sapi, termasuk protein, kalsium, dan vitamin D.

Pada umumnya, susu soya juga mengandung protein yang baik, tetapi profil asam aminonya sedikit berbeda dari susu sapi.

Akan tetapi, susu soya yang diproses biasanya difortifikasi untuk menyeimbangkan kandungan asam aminonya.

Selain itu, susu soya alami umumnya mengandung kalsium yang lebih rendah, tetapi banyak produk susu soya difortifikasi dengan kalsium untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian si Kecil.

Bahkan, banyak produk susu soya juga difortifikasi dengan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa susu soya alami mungkin memiliki nutrisi yang lebih rendah dibandingkan susu sapi untuk si Kecil.

Namun, susu soya yang difortifikasi sudah disesuaikan kadar gizinya agar si Kecil bisa mendapatkan nutrisi yang cukup.

3. Susu soya tidak baik untuk si Kecil dengan alergi susu sapi

Susu soya sering direkomendasikan sebagai alternatif bagi si Kecil yang alergi terhadap protein susu sapi.

Alergi terhadap susu sapi biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap protein seperti kasein dan whey.

Ini karena susu soya mengandung protein yang berbeda dari susu sapi. Faktanya, si Kecil yang alergi susu sapi bisa mentoleransi susu soya tanpa masalah.

Namun, beberapa dari si Kecil yang alergi susu sapi juga bisa alergi terhadap protein soya.

Gejala alergi terhadap susu soya bisa mirip dengan alergi susu sapi, termasuk ruam kulit, gatal-gatal, sakit perut, diare, muntah, dan dalam kasus yang parah, anafilaksis.

Oleh karena itu, konsultasi kepada dokter atau ahli gizi sangat penting sebelum mengganti susu sapi dengan susu soya.

4. Susu soya menyebabkan gangguan tiroid

Ada mitos mengenai potensi efek susu soya terhadap fungsi tiroid. Ini karena kandungan goitrogenik, yaitu senyawa yang dapat mengganggu fungsi tiroid, yang ada di dalamnya.

Soya diketahui mengandung senyawa goitrogenik, seperti isoflavon, yang dapat memengaruhi fungsi tiroid dengan mengganggu penyerapan yodium, yang penting untuk produksi hormon tiroid.

Namun, penelitian pada bayi yang mengonsumsi asupan berbasis soya, yang dipublikasikan di Frontiers in Endocrinology, menunjukkan bahwa risiko gangguan fungsi tiroid terjadi jika soya dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, bukti saat ini menunjukkan bahwa susu soya aman untuk dikonsumsi oleh si Kecil dalam jumlah yang wajar.

5. Susu soya tidak cocok untuk pertumbuhan si Kecil

Seperti yang telah dijelaskan di atas, susu soya bisa cocok untuk pertumbuhan si Kecil asalkan susu tersebut difortifikasi dan diberikan sebagai bagian dari pola makan yang seimbang.

Susu soya yang difortifikasi dengan kalsium dan vitamin D bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan si Kecil secara baik, yang mirip dengan susu sapi.

Protein dalam susu soya juga berkualitas tinggi dan dapat membantu dalam pembentukan otot dan jaringan tubuh lainnya.

Selain itu, susu soya yang difortifikasi mengandung berbagai vitamin dan mineral penting, seperti vitamin A, B12, dan riboflavin, yang semuanya penting untuk pertumbuhan dan perkembangan si Kecil.

Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai fakta dan mitos seputar susu soya, Bunda dapat membuat keputusan yang lebih bijak mengenai konsumsi susu ini untuk si Kecil.

Tips konsumsi susu soya yang aman untuk si Kecil

Selain mengetahui mitos seputar susu soya, agar lebih aman dalam memberikannya untuk si Kecil, Bunda bisa memperhatikan tips berikut ini.
  • Konsultasi kepada dokter sebelum memberikan susu soya untuk memastikan bahwa pilihan tersebut sesuai dengan kebutuhan gizi si Kecil.
  • Pastikan memilih susu soya yang difortifikasi dengan kalsium, vitamin D, dan nutrisi penting lainnya untuk memastikan si Kecil mendapatkan gizi yang cukup.
  • Perhatikan tanda-tanda alergi terhadap susu soya dan segera konsultasikan kepada dokter jika ada reaksi negatif.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/05/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan