Beberapa orang sering kali mengeluhkan gejala penyakit terlebih dahulu karena tidak tahu penyebabnya. Dalam kondisi ini, dokter bisa memberikan obat yang meredakan gejala, bukan mengatasi penyebab. Obat seperti ini dikenal dengan nama obat simptomatik.
Lantas, obat apa saja yang termasuk dalam simptomatik? Adakah aturan khusus saat menggunakannya? Simak informasi berikut untuk mengetahui jawabannya.
Apa itu obat simptomatik?
Obat simptomatik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gejala yang umum pada suatu penyakit, seperti mual, sakit kepala, muntah, atau nyeri.
Sesuai namanya, obat ini hanya bisa mengatasi gejala, tetapi tidak bisa menyembuhkan kondisi kesehatan yang menyebabkan suatu penyakit.
Contohnya, terapi dengan obat simptomatik bisa meredakan sakit kepala yang disebabkan oleh hipertensi. Namun, obat ini tidak bisa menyembuhkan hipertensi yang Anda miliki.
Jenis obat simptomatik
Obat simptomatik dibedakan berdasarkan gejala yang bisa diatasinya. Berikut adalah beberapa jenis obat simptomatik yang sering digunakan dalam suatu terapi pengobatan.
1. NSAID
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah obat yang digunakan untuk meredakan berbagai gejala penyakit yang disebabkan oleh peradangan, seperti demam, nyeri, hingga sakit kepala.
Ibuprofen, aspirin, dan asam mefenamat merupakan beberapa contoh obat NSAID. Obat-obatan ini tersedia dalam bentuk obat bebas dan obat resep.
Anda tidak dianjurkan mengonsumsi lebih dari satu jenis obat NSAID dalam waktu bersamaan, kecuali atas anjuran dokter. Obat ini juga tidak disarankan untuk dikonsumsi lebih dari 10 hari.
Meski beberapa jenis NSAID bisa didapatkan tanpa resep dokter, penggunaan obat secara berlebihan bisa menimbulkan berbagai efek samping seperti berikut.
- Sembelit.
- Diare.
- Sakit perut.
- Tekanan darah tinggi.
- Gangguan ginjal.
- Retensi cairan hingga gagal jantung.
- Luka di dalam lambung atau usus.
NSAID merupakan salah satu jenis analgesik (pereda nyeri). Selain NSAID, opioid merupakan analgesik yang juga termasuk sebagai obat simptomatik, tetapi penggunaannya lebih dibatasi.
2. Antidepresan
Sebagian besar jenis gangguan mental memang tidak memiliki obat khusus. Pasien biasanya diberikan obat untuk meredakan gejala yang menyertainya, seperti antidepresan.
Antidepresan bekerja dengan meredakan gejala depresi, seperti sulit tidur, gelisah, hingga ketidakstabilan emosi. Obat simptomatik ini biasanya diberikan dengan terapi psikologis.
Penggunaan antidepresan untuk anak-anak di bawah 18 tahun biasanya membutuhkan perhatian khusus.
Obat antidepresan juga perlu dikonsumsi sesuai aturan dari dokter. Jika tidak, antidepresan dikhawatirkan bisa menimbulkan berbagai efek samping seperti berikut.
- Penurunan gairah seksual.
- Kenaikan berat badan secara drastis.
- Pandangan kabur.
- Gangguan tidur, seperti insomnia.
Beberapa contoh obat antidepresan adalah sertraline, venlafaxine, clomipramine, dan phenelzine.
3. Antipiretik
Demam merupakan gejala dari berbagai macam penyakit. Untuk mengatasi gejala ini, dokter bisa memberikan obat antipiretik.
Selain menurunkan suhu tubuh, obat simptomatik ini juga bisa mengatasi rasa tidak nyaman yang muncul bersama demam.
Antipiretik hanya bisa bekerja ketika suhu tubuh mencapai sekitar 37,8°C. Artinya, obat ini tidak bisa bekerja pada suhu tubuh normal.
Sama seperti obat-obatan lainnya, antipiretik juga bisa menimbulkan berbagai efek samping seperti berikut.
- Peningkatan detak jantung.
- Mual.
- Diare.
- Sembelit.
Tahukah Anda?
Beberapa jenis obat antipiretik biasanya juga mengandung analgesik. Ibuprofen dan paracetamol adalah contoh obat yang bersifat antipiretik sekaligus analgesik. 4. Antihistamin
Contoh obat simptomatik selanjutnya adalah antihistamin. Obat ini digunakan untuk meredakan berbagai gejala alergi, seperti kulit gatal atau ruam, bersin-bersin, mata berair, hingga mual.
Sebagian besar jenis antihistamin akan menyebabkan kantuk. Maka, jangan berkendara atau mengerjakan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi tinggi setelah minum obat ini.
Pastikan untuk minum antihistamin sesuai anjuran dokter untuk menghindari berbagai risiko efek samping seperti berikut.
- Sakit kepala.
- Sulit buang air kecil.
- Pandangan kabur.
- Mulut kering.
Cetirizine, loratadine, dan desloratadine adalah beberapa contoh jenis obat antihistamin yang paling umum digunakan.
Obat simptomatik memang bisa digunakan secara bersamaan karena suatu penyakit bisa menunjukkan berbagai gejala sekaligus. Meski begitu, dosis dan aturan pakainya tetap harus diperhatikan.
Pasalnya, sebuah studi dalam jurnal terbitan Guncel Pediatri menyebutkan bahwa penggunaan obat simptomatik secara bersamaan justru bisa menyebabkan interaksi obat yang menimbulkan efek samping tertentu.
[embed-health-tool-bmi]